Before tragedy...
"Ini data yang anda minta, Sir." Lapor Leo dan menyerahkan map dokumen itu kepada Allan.
Allan mengambil laporan itu sambil menatap Leo dengan menaikkan satu alisnya.
"Apakah ini sudah semua??"
Leo menunduk.
"Sudah, Sir. Izinkan saya menjelaskannya kepada Anda."
Allan mengangguk kecil sambil membuka dokumen itu perlahan. Terlihat daftar riwayat hidup serta beberapa foto dari keluarga Steven.
"Jane Steven. Adalah anak dari Rain Steven dan juga Daren Steven. Daren bekerja sebagai pemilik sebuah perusahaan kecil yang bekerja di bidang bakery. Sedang kan istrinya, Rain Steven adalah seorang ibu rumah tangga"
"....Yang menyebarkan berita tentang anda adalah anak tunggalnya, Jane Steven yang bekerja sebagai wartawan di perusahaan stasiun televisi Xxx. Dengan menjadi mata mata, maka ia akan diberikan tunjangan tambahan oleh perusahaan. Selain itu, Jane adalah perempuan yang penuh obsesi dan antusiasme yang tinggi. Anda ingat berita tentang pencurian permata yang baru baru ini terjadi?? Polisi kekurangan bukti. Berkat perempuan itu, pekerjaan polisi selesai lebih cepat. Dan pencuri itu baru saja di masukkan ke jeruji besi 3 minggu yang lalu."
Allan kemudian mengerutkan keningnya ketika menemukan satu foto perempuan yang tampak asing di keluarga Steven.
"Ini siapa??" Ujar Allan sambil menunjukan sebuah foto perempuan dengan mata hazelnya.
"Dia adalah Belva Steven. Anak angkat Daren dan Rain. Mereka mengangkat Belva dengan alasan Belva tidak memiliki siapa siapa lagi di dunia ini. Jane yang meminta dan memohon kepada pasutri itu untuk mengangkat Belva menjadi saudari angkat karena ia kesepian. Belva di angkat menjadi anak sekitar 3 tahun yang lalu. Kini, gadis itu memiliki sebuah kafe yang bernama Diamond Cafe, tak jauh dari sini, Sir." Jelas Leo.
Allan menampilkan senyum miringnya.
"Belva.....ah. Wajahnya mengingatkan ku akan seseorang."
Leo mengerutkan keningnya tak paham.
"Cari tahu informasi yang ganjal mengenai gadis ini."
Leo menunduk.
"Baik, Sir. Saya pamit undur diri."
Allan mengangguk sekilas sampai Leo menghilang di balik pintu ruang kerjanya.
"Belva Stevan. Apa yang sebenarnya keluarga itu sembunyikan?"
Allan pernah melihat wajah ini. Tapi...dimana?? Allan menghembuskan nafasnya gusar. Entah itu di mimpi atau di masa lalu. Yang jelas, Allan yakin, ada yang tidak beres dengan wanita yang satu itu.
****
Ting!
Bell pintu berbunyi, membuat semua pandangan tertuju pada objek yang membuat suara itu sekarang.
Allan masuk dengan gaya acuhnya. Tak peduli dengan semua mata yang tertuju padanya. Tentu saja bukan hanya karena ketampanannya, tapi juga karena banyaknya bodyguard yang ia bawa.
Allan tersenyum miring ketika targetnya berada di didepan meja bar yang terlihat sedang mengelap ngelap meja itu. Ia sempat melirik ke belakang, di mana paparazi yang ia suruh, menyamar menjadi salah satu pelanggan kafe.
"Selamat datang di kafe diamond. Ada yang bisa saya bantu, Sir?" Sapa perempuan yang tak lain adalah target nya itu.
Allan menampilkan senyum manisnya. Belva. Ya. Belva lah targetnya. Padahal, yang menyebarkan berita tentang nya adalah Jane. Namun, entah mengapa ia ingin Belva lah yang menggantikan Jane. Toh saat ini Belva juga termasuk keluarga Steven. Bermain main sedikit dengan keluarga mereka ada serunya juga.
"Siapa namamu??"
Terlihat raut wajah wanita itu sedikit bingung dan kesal. Wanita itu menampilkan senyum terpaksa, walau di mata Allan senyuman wanita itu sungguh menggemaskan.
"Nama saya Eva—tidak. Maksudku, Belva Steven, Sir. Saya pemilik kafe ini. Ada yang bisa saya bantu??"
"Jadi, kau adalah Mrs. Steven??" Ucap Allan berbasa basi.
"Ya benar. Ada yang bisa saya bantu, Sir??"
Allan tersenyum penuh arti.
"Kau tidak tahu siapa aku, Miss?"
Wanita itu kemudian menggeleng polos.
"Maaf, Sir. Apa kita pernah bertemu sebelumnya??"
Allan mulai tersenyum geli. Menggoda perempuan ini sungguh menyenangkan, mengingat perempuan ini tak kenal siapa dirinya.
"Tidak, kita tidak pernah bertemu sebelumnya. Miss, bisakah kau mendekat. Aku jadi susah memesan sesuatu."
Tatapan perempuan itu mulai curiga, tetapi ia tetap mendekat walau dengan langkah pelan yang terlihat ragu ragu. Kini, wanita itu berdiri di hadapannya dengan pandangan waspada.
"Anda m-mau pesan ap-apa, Sir?"
Allan diam. Namun, senyuman devil khasnya itu tetap ia perlihatkan.
'Kita lihat, sampai mana batas kekesalan mu.'
Akhirnya, dengan perasaan jengah, wanita itu memutarkan kedua bola matanya.
"Sir, jika anda tidak memesan apapun, tolong tinggalkan kafe saya. Anda membuat pengunjung lain tidak nyaman dengan keberadaan Anda, dan juga keberadaan bodyguard anda." Ucapnya ketus.
Allan segera memeluk pingang ramping gadis itu dan langsung menyambar bibir ranum itu. Ia sedikit tersenyum di sela sela ciumannya. Dan ia tahu, bahwa paparazi yang ia undang mulai memotret dirinya.
Setelah melepaskan pangutannya, Allan tersenyum sambil membisikkan sesuatu pada wanita, yang tampak masih syok itu.
"Welcome to hell, honey." Bisiknya pelan.
"Ada apa ini?!!"
Sebuah suara membuat perhatian semua orang berpaling. Disana, Jane berdiri. Ia menatap takut ketika mata coklat Allan bersitatap dengan nya.
"A-Allan."
Allan tersenyum senang.
"Oh, well. Kau sudah menganggu kesenangan ku, miss. Kau mengganggu kisah romantis ku dengan wanita ini." Ucap Allan pelan.
Tatapan Jane lalu beralih ke arah saudari tirinya, yang tak lain adalah Eva.
"E-eva??" Bisiknya pelan.
Eva menatap ke arah Jane dengan tatapan yang sulit di pahami.
"Ada apa?? Mengapa tatapan kalian begitu??"
Keduanya langsung menatap Allan ketika berhasil memecahkan suasana.
Jane terlihat kesal.
"Apa yang kau lakukan dengan saudari ku??"
Allan mengangkat satu alisnya pura pura bingung.
"Saudari?? Jane, ku pikir kau adalah anak tunggal." Ucap Allan, sengaja di tujukan pada Eva yang membuat wanita itu mengerutkan keningnya tak paham.
Allan tertawa dalam hati. Mengerjai kedua wanita ini sungguh menyenangkan pikirnya.
"Kau salah orang tuan! Akulah Jane!! Dan lihatlah!! Kau mengganggu saudariku!! Saudari tiriku!!"
Allan memasang raut wajah pura pura terkejut.
"Oh! Berarti aku salah orang ya?"
Kemudian ia terkekeh.
"Tak masalah. Ku pikir, saudari mu sangat cantik, Jane. Ku ingatkan sekali lagi padamu untuk tidak mengganggu privasi ku." Ucap Allan penuh penekanan.
Jane menelan ludahnya kasar. Ia mengerti maksud Allan dalam artian lain. Benar kata Eva. Lelaki ini, sangat berbahaya!
-PrincessEscape-
——————————————————
-We have a bond of destiny. Cuz I just realized it-
——————————————————
I HOPE YOU LIKE IT!!
Thank you for always suport me!!
See you in next chapter!!
XoXo!
@DeeRouxx
@FranklinPrincess
Inst : @Qiqi_rz