Chereads / Jodoh dan Takdir / Chapter 2 - bab 2. Rumit

Chapter 2 - bab 2. Rumit

Sudah hampir dua bulan Aira meninggalkan keluarga Mawardi. dan sudah dua bulan juga Adila menikah dengan Fadhil. Ini seperti mimpi buruk untuk Adila. Rasanya  kalo mengikuti emosi Mungkin Adila juga ingin meninggal bersama kepergian Aira. Bagaimana tidak, Adila seketika harus.menikah dengan lelaki yang ia tak cintai, dalam dua bulan juga Satya menunggu Adila cerai dengan Suaminya.

Ini seperti permainan Tuhan, entah apa yang tuhan rencanakan tapi Bagi Adila, Fadhil, dan Satya. Ini sebuah permainan.

Tanpa rasa suka, cinta, dan sebagainya. Tiba-tiba saja mereka terikat dalam ikatan suci. seperti pernikahan maianan bagi Adila, tapi Tidak untuk Fadhil. Pernikahan yah tetap pernikahan, bukan permainan, tapi pernikahan itu Suci dan Sakral.

Tak pernah terbayangkan sebelumnya Adila harus menikah dengan kekasih kakanya sendiri. Yang notabennya tidak di Cintai sama sekali, fikiran dan cinta Adila masih tetap sama, yaitu tetap pada Satya, Kekasihnya.

Adila dan Fadhil tinggal dalam satu Atap, satu Kamar, tapi tidak satu tempat Tidur(Ranjang).

Bagaimana bisa Adila  tidur dengan lelaki yang tidak dirinha cintai begitupun sebaliknya. Selama 2 bulan ini mereka hanya bicara sepatah dua patah kata, itupun dalam keadaan terndesak saja.

Tatap mukapun mereka tidak pernah. Rasanya Adila ingin segera mengakhiri hubungan ini sekarang juga. Tapi adila memikirkan kembai akhibat yang akan terjadi pada orang tuanya.

Dan yang Adila tidak habis fikir bagaimana bisa Fadhil manerima permintaan terakhir Aira, sungguh ini sangat konyol dan sulit di mengerti bagi Adila. Kalo Adila yah jelas, karna ingin mengabulkan permintaan terakhir Aira, karna selama hidup, Aira tidak pernah meminta Apapun pada Adila. Selalu mengabulkan kemuan Adila, dan Adila hanya ingin membalas permuntaan terakhir kakanya, meski sebenarnya Adila hanya sementara waktu menikah dengan Fadhil.

Pagi ini seperti biasa, Adila menjalani aktifitasnya dengan berangkat ke kantor.

"Dila, sarapan dulu nak,"ucap Rossali yang sedang menyiapkan sarapan.

"Tidak mom, aku akan sarapan di kantor,"tegas Adila lalu menyoren tas di tangan kanannya.

"Dila, bawa bekal yang mamah siapkan yah, kamu harus jaga kesahatan,"ujar momi mengusap pangkal tangan Adila setelah itu, memasukan bekal ke dalam tas kerja Adila.

Seketika keceriaan rumah ini hilang bersama kepergian Aira, begitupun dengan Rosali dan Asbar. mereka sudah jarang sekali tertawa, bercanda, tau bahkan tersenyum.

Terlebih lagi sikap Rossali sekarang berlebihan Adila, begitu over protektif. Gerak gerik Adila tidak bisa bebas seperti dulu. Selalu di pantau setiap saatm

Aku berangkat mom, baik-baiklah di rumah."tegas Adila mencium pipi rosalie.

Begitupu sebaliknya.

Perlahan Adilapun masuk ke dalam mobil Fadhil yang sudah menunggunya sedari tadi, karna Rossali tidak mengijinkan putri yang tinggal semata wayangnua menyetir sendirian.

"Ingat  di halte depan turunkan aku,"tegas Adila pada Fadhil.

Seperti biasa Fadhil tidak pernah menjawab pertanyaan Adila. Kini mobil Fadhilpun melajukan kendaraanya dengan kecepatan sedang menuju jalan raya.

"Berhenti disitu, mobil pacarku sudah menunggu,"tegas Adila datar.

Perlahan fadhilpun menghentikan mobilnya ke bahu jalan.

Sedangkan Adila langsung turun dari mobil Fadhil.

"Ingat jangan pernah bilang ini pada momi,"tegas Adila. Membalikan tubuhnya kembali ke arah Fadhil

Fadhil hanya sedikit menganggukan kepalanya, dan melemparkan senyuman masamnya pada Adila.

Setelah memperingati Fadhil, kini Adilapun menghampiri mobil kekasihnya, yang tak lain adalah Satya.

"Maaf sayang, harus nunggu lama,"ucap adila seketika masuk dalam.mobil satya.

Seketika satyapun terdiam tidak menjawab ucapan adila seperti biasanya.

"Sayang, kenapa diam, ayo kita berangkat. Ini sudah siang,"tegas Adila.

"Sampai kapan, kita akan terus begini,"tiba-tiba satya membuka suara.

"Sayang, kenapa kamu bilang seperti ini."

"Entahlah, yang jelas aku ingin kamu segera meninggalkan lelaki itu,  dan setelah itu kita menikah secepatnya.

"Sayang tidak semudah itu, seratus kali aku minta cerai, kalo Fadhil tidak mentalak aku.  Tidak akan ada kata cerai. Aku selalu membuatnya jengkel setiap hari tapi dia mana pernah mempedulikan itu.

"Terus sampai kapan aku harus menunggu seperti ini, sampe kalian saling jatuh cinta, hemm," tegas Satya

"Itu tidak akan pernah terjadi sayang. Sampe detik ini, tidak ada yang bisa gantiin posisi kamu,"tegas Adila memegang tangan kekasihnha.

"Entahlah, aku tidak yakin,"tegasnya.

Seketika satyapun menyalakan stater dan melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh menuju kantor adila.

.

.

.

.

Bersambung.