Siapa sangka, belanja keperluan bayi sebagai kado memakan waktu yang lebih lama daripada belanja baju untuk Alexa? Padahal, yang biasanya memakan waktu paling lama adalah belanja keperluan para wanita. Namun, kali ini, malah belanja keperluan bayi yang memakan waktu paling lama.
Jika saja Skylar tidak terus mendebat dengan mengatakan, 'Tidak cocok', 'memangnya pantas diberi yang itu?' dan hal-hal lain, mereka tidak akan menghabiskan waktu nyaris tiga jam di toko yang sama. Pada akhirnya, pemuda itu menyerah dan menyerahkan segalanya pada sang pelayan karena dia mulai bosan serta lapar.
Tiga set pakaian bayi dan satu set peralatan mandi pun dibayar, sekaligus dibungkus dengan kado atas bantuan kasir. Semuanya dimasukkan ke dalam satu kotak besar, sehingga Skylar tak perlu repot-repot membawa banyak barang.
Jam sudah menunjukkan nyaris pukul tujuh. Harusnya, makan malam sudah siap jika mereka berada di rumah. Namun, Skylar tentu saja tidak mau menunggu gadis itu memasak. Apalagi, Alexa juga belum membeli bahan apapun saat Skylar 'menculik'nya tadi.
"Kau ingin makan apa?" tanya Skylar yang sudah duduk di kursi kemudi dan menginjak pedal gas.
Malam ini, sudah diputuskan jika mereka akan makan malam di luar. Hanya saja, ini pertama kalinya Skylar bertanya pada Alexa kemana gadis itu ingin makan. Siapa tahu ada satu makanan yang sangat ingin dicobanya namun tak pernah bisa karena terhalang kemiskinan atau hal-hal lain.
"Saya tidak keberatan Tuan akan makan di mana."
Di sisi lain, Alexa merasa tidak punya hak menentukan ingin makan di mana. Toh, pada akhirnya, pasti pemuda itu yang akan membayar. Bisa ikut makan di restoran saja Alexa sudah sangat senang.
"Kau yang tentukan. Aku sudah bosan kalau pergi ke restoran langganan." Paling-paling yang dipesannya juga steak dan semacamnya. Lagipula, di hotel pun entah sudah berapa kali Skylar menikmati steak sebagai makan malam. Barulah ketika Alexa mulai memasak di dapur, menu makanannya jadi lebih beragam ketimbang mengikuti menu hotel.
"… Boleh?"
"Katakan saja makanan apa yang paling ingin kau makan selama ini. Anggap saja kesempatan satu kali seumur hidup. Kau akan melewatkannya jika tidak memanfaatkannya sekarang." Tanpa mengalihkan pandangan dari jalanan, Skylar menjawab dengan kalimat cukup panjang. Anggap saja dia sedang berbaik hati dan juga sebagai rasa terima kasih dibantu memilihkan kado.
"Kalau begitu … saya ingin coba makan dim sum."
Meskipun Alexa lebih ingin makan pizza, tapi itu bisa menunggu. Dia bisa menabung gajinya untuk membeli pizza sendiri, atau malah bisa membuat di rumah. Di hotel, sudah ada dapur dengan peralatan yang cukup lengkap.
Berbeda dengan dim sum yang belum pernah Alexa makan. Dia hanya sering menonton di televisi atau video memasak. Betapa menggiurkan visual yang ditampilkan, amat menggugah selera. Namun, Alexa belum berani membuatnya karena tidak tahu rasanya seperti apa. Dia khawatir mengecewakan tuannya jika rasanya tidak sama dengan dim sum kebanyakan. Makanya, sekarang dia memanfaatkan tawaran tuannya dan meminta makan dim sum.
Mobil pun segera berpindah rute. Skylar memutar setir menuju restoran Cina terkenal yang dia tahu. Sambil membagi fokus pada jalanan, dia mengambil ponsel dan melakukan panggilan.
Setelah telepon tersambung dan terdengar sapaan dari seberang telepon, Skylar langsung bicara pada inti. "Masih ada meja kosong untuk malam ini?"
Ya, dia harus memesan tempat dulu, karena restoran tersebut merupakan restoran terkenal dengan bintang satu Michelin. Meski begitu, Skylar sedang menguji peruntungannya saat ini. Seharusnya, reservasi tempat dilakukan jauh-jauh hari, bukannya mepet seperti sekarang. Sayang sekali, Skylar tidak tahu restoran dim sum lain bisa menyajikan dim sum yang enak atau tidak. Dia tak mau ambil risiko. Kecuali tak ada pilihan lain dan restoran tujuannya sedang penuh, maka dia akan memutar setirnya dengan berat hati.
'Kebetulan ada satu meja kosong yang baru saja dibatalkan. Apakah Anda ingin memesan meja?' balas seseorang di seberang telepon.
Hela napas lega diembuskan. Syukurlah dia masih bisa makan di restoran yang biasa. Semua ini dilakukannya bukan semata-mata ingin membuat Alexa senang. Hanya saja, dia tidak terbiasa makan di restoran murah. Sementara di restoran dengan bintang Michelin, dia sudah yakin jika para kokinya pasti sangat handal dan bisa dipercaya.
"Satu meja untukku. Aku akan tiba sekitar 20 menit lagi," katanya dan segera memutus sambungan telepon. Fokusnya kembali pada jalanan di depan, membelah jalanan London yang masih ramai di malam hari.
Dua puluh menit berkendara, mobil pun diparkirkan. Bangunan di bagian luarnya saja sudah terlihat besar dan mewah. Terdapat tulisan 'Hakkasan Hanway Place Restaurant' yang menandakan nama tempat itu di bagian atas. Alexa bahkan lebih dibuat menganga lagi saat masuk ke bagian dalamnya. Suasana temaram namun tidak terlalu remang pun menyambut.
Dari pintu masuk, dia sudah bisa mencium aroma masakan yang menggugah selera. Aroma siumay kukus, bakpau, bebek peking, dan macam-macam masakan khas Cina lainnya pun menyerbu indera penciumannya. Perut yang semula masih tenang, mau tak mau pun menggeliat meminta diisi saat mencium aroma tersebut.
Namun, Alexa mendadak tersadar satu hal.
Kalau tidak salah ingat, jika makan di restoran mewah seperti ini, seseorang harus memakai pakaian yang amat rapi. Sedangkan dirinya sekarang hanyalah memakai pakaian biasa, alih-alih gaun seperti yang ada bayangannya. Yah, meskipun pakaian di tubuhnya saat ini pun harganya sangat mahal.
Mereka berdua berjalan dengan diiringi pelayan di depan, diantarkan menuju ke ruangan khusus yang terpisah dengan meja-meja lain. Meskipun ruangannya tidak terlalu tertutup, tapi paling tidak, terasa lebih privat daripada meja lainnya.
Setelah duduk dan memastikan pelayan pergi untuk mengambilkan buku menu, gadis itu bertanya dengan suara pelan, "Tu-Tuan … apakah tidak apa-apa kemari dengan pakaian seperti ini?"
Sepasang mata keemasan itu berkedip beberapa kali, seolah mencerna pertanyaan bodoh yang diutarakan oleh pelayannya. Mungkinkah Alexa mengira ini adalah sebuah fine dining yang mengharuskan pengunjungnya memakai pakaian rapi? Dengan dress dan kemeja serta jas? Hah. Dirinya bahkan hanya memakai kemeja tanpa jas.
"Ini bukan fine dining. Kau tidak akan diusir dengan pakaian seperti itu," balas Skylar seadanya.
Lagipula, pakaian yang dikenakan Alexa juga sudah rapi. Tidak ada satu pun dari pakaian-pakaian pemberiannya yang memiliki model pakaian murahan. Lagipula, jika gadis itu diusir dari sana, maka Skylar juga tidak akan makan sendirian. Toh, tujuan mereka kemari adalah atas permintaan dari sang gadis.
Tepat ketika Skylar menyelesaikan kalimatnya, pelayan kembali dengan dua buah buku menu yang cukup besar.
Begitu membuka menu dan melihat sepintas, Alexa tidak bisa menahan membelalakkan matanya. Beruntung karena tertutup buku menu, sehingga Skylar tidak melihat ekspresi kagetnya.
Bagaimana tidak? Bebek peking sebagai menu andalan di restoran ini paling murah seharga 110 poundsterling, sementara yang paling mahal adalah 320 poundsterling! Sementara itu, ada salad seharga 27 poundsterling. Ikan bakar 52 poundsterling, vegan dim sum seharga 22 poundsterling yang paling murah, sementara dim sum kukus klasik seharga 39 poundsterling.
Melihat harga-harga itu, matanya seolah berputar. Meskipun harusnya Alexa bisa sedikit menduga karena mereka masuk ke restoran mewah. Namun dia tidak tahu jika harganya bisa semahal itu! Mendadak, keinginan Alexa untuk makan dim sum menghilang seketika.
Memangnya dia punya hak untuk makan makanan semahal itu menggunakan uang tuannya?
"Mau pesan apa?" tanya Skylar.
Alexa menelan ludah. Dengan suara pelan, dia berkata pada pelayan di samping, "A-Aku pesan lumpia jamur saja…" Dengan harga paling murah, yaitu 15 poundsterling. Sebenarnya, ada nasi yang harganya lebih murah lagi. Namun dia tidak terbiasa makan nasi. Mana mungkin Alexa memesan nasi tanpa lauk.
Menyadari kalau Alexa terlalu sungkan untuk memesan makanan dengan harga fantastis di sana, Skylar menghela napas. Perubahan ekspresi pelayan yang sedang mencatat pesanan pun disadarinya.
Dengan segera, pemuda itu menyela, "Berikan kami Bebek Peking Hakkasan dengan caviar, lalu sup asam, ditambah dim sum kukus, dim sum bakar, dim sum vegan, dan dim sum supreme, masing-masing satu…"
Di tengah-tengah Skylar bicara pada pelayan, Alexa terus melihat-lihat harga di sana dan menghitung diam-diam di dalam kepala.
Kepalanya mendadak pusing ketika total harga menu pesanan tuannya mencapai 468 poundsterling! Itu pun Alexa masih mendengar tuannya memesan salad dan juga minuman…