Kepalanya mendadak pusing ketika total harga menu pesanan tuannya mencapai 468 poundsterling! Itu pun Alexa masih mendengar tuannya memesan salad dan juga minuman…
"Oh, batalkan pesanan lumpianya."
Itulah kalimat terakhir yang diucapkan tuannya, kemudian segera menyuruh pelayan pergi menyiapkan pesanan, sebelum Alexa sempat mencegah dan mengatakan macam-macam. Sepertinya pelayan restoran itu juga paham jika tamu wanita di sana adalah orang yang tidak terbiasa di tempat seperti ini. Jadi, dia buru-buru mengambil dua buku menu dan berjalan menjauh sambil tersenyum.
Setelah memastikan pelayan sudah menjauh dan tak akan mendengar percakapan di ruangan terbuka tersebut, Alexa berkata dengan setengah berbisik, "Ke-kenapa lumpianya dibatalkan?"
"Kau bilang ingin makan dim sum, kan? Kenapa pesan lumpia?"
Gadis itu langsung menunduk, seolah pertanyaan balik dari tuannya menjadi sebuah pukulan telak. Dia tidak bisa bilang karena sungkan meminta setelah melihat harganya. Setelah semua benda yang diberikan Skylar padanya, Alexa tetap tidak terbiasa menikmati benda-benda mahal.
"Sa-saya berubah pikiran dan mendadak ingin makan lumpia," balasnya lirih.
Sebuah seringai muncul di wajah Skylar. Dia mendengus mendengar jawaban bohong dari pelayannya. "Sepupuku yang masih 10 tahun bahkan bisa berbohong lebih baik darimu, Alexa."
Pemuda itu pun bukannya tidak sadar dengan sikap sungkan dari Alexa. Tentu saja, semua orang pasti akan merasa demikian setelah menerima macam-macam barang yang tak murah darinya. Kecuali jika orang itu adalah orang yang tamak. Mereka bisa gelap mata dan merasa di atas angin setelah merasakan barang-barang mahal.
Namun, tidak dengan Alexa. Gadis itu terus merasa sungkan dengan begitu banyak uang yang Skylar keluarkan demi dia. Itulah salah satu sifat yang Skylar sukai dan memutuskan membelinya dari tempat pelacuran. Dia butuh orang penurut dan tidak tamak seperti Alexa untuk memercayakan barang-barangnya di dalam rumah.
Gadis itu tidak menjawab dan masih menunduk. Skylar juga tidak berminat untuk semakin memojokannya, sehingga dia memutuskan mengambil ponsel, kemudian mencari berita terbaru mengenai bisnis. Beberapa pesan yang muncul dari grup keluarganya pun dibalas satu per satu. Semuanya menyinggung tentang perjalanannya ke Stockholm dua hari lagi.
Perhatiannya baru teralih saat beberapa pelayan wanita datang untuk membawakan makanan mereka. Empat wadah dim sum diletakkan di atas meja, menyusul dengan makanan lain. Aroma bebek peking yang masih mengeluarkan asap, seketika membuat perut Alexa menggeliat. Salivanya mengalir deras di dalam mulut, seakan amat ingin mencobanya.
Wadah dim sum dibuka begitu pelayan pergi meninggalkan meja. Asap yang masih mengepul dari sana, menandakan jika makanannya baru selesai dimasak, bukan hanya dihangatkan semata.
"Kau bisa pakai sumpit?"
Skylar baru menyadari satu hal ini, yaitu cara penggunaan sumpit untuk makan. Bagi Alexa yang mungkin tak pernah menikmati makanan seperti ini, pasti amat asing dengan cara menggunakan sumpit.
Benar saja, gadis itu menggeleng. Sebenarnya, Alexa pernah melihat bagaimana orang lain memegang sumpit dari televisi. Berdasar ingatan, dia pun mencoba hal yang sama. Dua sumpit dari besi diletakkan dengan disangga oleh jari telunjuk dan jari tengah. Sampai sini, sumpitnya tidak terjatuh. Namun saat digunakan mengambil sesuatu, sumpitnya malah bergerak tak terkendali, kemudian jatuh ke atas lantai.
Pelayan pun buru-buru menghampiri dan mengambilkan sumpit yang jatuh. Dia pun pergi dan mengambilkan dengan yang baru. Setelah mendapatkan sepasang sumpit baru, Skylar memindahkan kursinya ke sebelah kursi Alexa dan mulai mengajari cara memegang sumpit.
Sesungguhnya, mereka bisa meminta pelayan mengambilkan pisau, garpu, ataupun sendok. Namun Skylar tidak mau dan memutuskan mengajari Alexa cara makan dengan sumpit. Di masa depan, mereka pasti akan sering makan di tempat-tempat mewah seperti ini. Dia tidak ingin pelayannya terlihat norak atau terlihat jelas tidak mengerti table manner.
Beruntung sekarang mereka berada di ruangan VIP, tidak banyak orang yang melihat mereka. Pelayan pun segera menyingkir dari sana, memastikan keadaan ruangan VIP benar-benar privat.
"Kemari. Kuajari cara pakai sumpit. Nanti kau bisa beli sumpit khusus anak-anak dan latihan di rumah."
Tangan sang pemuda yang lebih besar, menarik pergelangan tangan Alexa dan meletakkan dua batang sumpit besi di antara ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah.
"Pegang seperti ini. Kalau ingin menyumpit sesuatu, lakukan seperti ini." Lagi-lagi, Skylar menggerakkan jari-jari Alexa untuk membuat gerakan menyumpit. Satu dim sum berukuran sedang dicoba untuk dijepit menggunakan sumpit.
"Jangan terlalu kaku. Jangan terlalu kuat, nanti makanannya melompat dan jatuh."
Gadis itu hanya mengangguk mendengar arahan, sembari mengabaikan jantungnya yang bedebar cepat. Di luar pekerjaan lamanya yang mengharuskan melakukan sentuhan-sentuhan kulit dengan pria, Alexa tak pernah diperlakukan selembut ini. Bahkan, pemuda itu mengajarinya dengan sabar. Telapak tangannya yang hangat, sedikit mengacaukan konsentrasi.
"Cobalah sendiri. Pelan-pelan. Aku tidak akan menghabiskan makanannya, tenang saja."
Pemuda itu berkata seolah Alexa adalah orang kelaparan dan berusaha sebaik mungkin memahami cara memakai sumpit agar makanannya tidak dihabiskan lebih dahulu.
"Sa-saya tidak begitu." Alexa manyun dengan pipi merona. Dia tidak bisa menyangkal kalau ingin makan sesegera mungkin. Tapi selapar apapun dirinya, dia menahan diri agar tidak berlebihan. "Lagipula, semua ini kan makanan Tuan…"
Skylar mendengus dan menahan tawanya.
"Bicara apa kau? Aku memesankannya untukmu karena kau pasti sungkan setelah melihat harganya, lalu memilih yang paling murah, kan?"
Gerakan Alexa langsung berhenti. Dia sekarang seperti patung. Semua itu karena kalimat tuannya sangat benar, sampai-sampai menyambarnya bagai petir. Sejelas itukah gelagatnya terlihat?
"Makanlah. Kalau sudah tahu rasanya, kau bisa membuatnya di rumah, kan?" seloroh Skylar santai. Nampaknya dia sudah mulai terbiasa dengan masakan-masakan yang dibuat oleh pelayannya. Skylar jadi menilai Alexa terlalu tinggi, dan menganggap gadis itu bisa membuat apapun selama pernah merasakannya.
"… Bisa. Tapi saya rasa tidak akan seenak buatan koki di restoran mahal…"
"Yang menilai adalah aku."
Wajah Skylar saat mengucapkan kalimat itu terlihat bangga, seolah mengatakan pada Alexa agar tidak perlu khawatir soal rasa. Dia tak ingin gadis itu terbebani olehnya yang seolah menuntut masakan dengan rasa mirip koki di restoran berbintang Michelin.
Kalau boleh jujur, bahkan Skylar akan lebih memilih makan sandwich buatan pelayannya ketimbang makan ayam panggang buatan koki di restoran hotelnya.
"Ini. Cobalah makan dim sum bakarnya."
Sang pemuda membawa keranjang bambu berisi dim sum bakar, menunggu Alexa menyumpit dim sum dan memakannya. Dia tak keberatan menunggu gadis itu selama apapun, karena Skylar tahu Alexa memang sedang belajar menggunakan sumpit.
Ada kekeh kecil yang lolos dari bibirnya kala melihat Alexa masih kesusahan menggunakan sumpit. "Tusukkan saja sumpitnya ke dim sum kalau kau kesulitan." Pada akhirnya, dia memberikan solusi yang mudah.
"Seharusnya tidak boleh menusuk makanan dengan sumpit. Tapi tidak ada yang lihat di sini, jadi tidak masalah."
Biasanya, yang kental dengan budaya Cina asli di tempat ini adalah koki, sementara pelayan-pelayannya belum tentu. Mereka yang bertugas membawakan makanan juga belum tahu cara makan bebek peking yang benar. Melihat pelanggan makan dengan menancapkan sumpit pada makanan pun rasanya mereka akan bersikap biasa saja.
Pemuda itu bisa melihat raut terkejut pada wajah Alexa setelah mencoba gigitan pertama. Senyum tipis tersungging di wajahnya.
"Enak?"
Alexa mengangguk cepat. Bahkan matanya mulai memanas karena terlalu senang. Ini pertama kalinya Alexa bisa menikmati dim sum. Sebelumnya, dia hanya bisa melihat dari layar, betapa menggiurkan makanan itu jika masuk ke dalam mulutnya. Hari ini, keinginannya terkabul. Tidak tanggung-tanggung, itu adalah dim sum berharga puluhan pounds, bukan dim sum murahan yang dijual di restoran pinggir jalan.
"Saya boleh coba yang lain?" tanya gadis itu setelah menelan dim sum di mulutnya.
"Makan saja. Kalau kau sanggup menghabiskan semuanya juga tidak masalah," kelakarnya.