Chapter 41 - Pembelaan

"Maaf untuk apa? Coba katakan apa kesalahanmu," tanya Aiden dengan suara dingin. Tatapan pria itu dingin, membuat tubuh Natali gemetar ketakutan.

Natali tidak tahu bagaimana ia harus menjawab pertanyaan itu …

Mengapa semuanya tidak berjalan sesuai dengan rencananya? Mengapa rencananya gagal total?

Ia berencana membuat Aiden terlihat berselingkuh dengan Anya. Dengan demikian, ia sebagai korban dari perselingkuhan itu terpaksa membatalkan pertunangan mereka. Itulah rencana yang ia pikirkan pada awalnya. Rencana itu telah ia susun dengan sangat sempurna.

Siapa sangka rencananya yang awalnya berjalan dengan mulus itu tiba-tiba hancur berantakan?

Ia tidak menyangka Aiden akan mengumumkan di depan semua orang bahwa ia dan Natali hanyalah perjodohan atas nama keluarga mereka, sementara Anya adalah wanita yang dicintainya.

Aiden sangat jarang tampil di depan umum. Namun demi Anya, cinta sejatinya, kali ini secara terang-terangan mengumumkan bahwa ia memilih untuk membatalkan pertunangannya dan merelakan kerjasamanya dengan perusahaan Tedjasukmana berakhir. Semua itu hanya untuk Anya.

Bagaimana mungkin semua orang tidak luluh melihat cara pria itu membela wanita yang dicintainya? Bagaimana mungkin semua orang tidak membela pria yang begitu mencintai seorang wanita sehingga rela melepaskan segalanya …

Sementara itu, bagaimana dengan Natali?

Natali harus menahan rasa sakit karena kulitnya yang terbakar oleh air panas. Ia harus pergi ke mengunjungi beberapa dokter kulit dan kecantikan agar luka itu tidak meninggalkan bekas di kulitnya yang mulus.

Selain itu, ia menjadi bulan-bulanan semua orang. Semua orang diam-diam menertawakannya dan menghinanya. Semua orang mengoloknya karena ia hanya digunakan sebagai alat dalam perjodohan oleh orang tuanya. Tidak hanya itu, Aiden yang dijodohkan dengannya bahkan tidak mau menerimanya dan membuangnya begitu saja.

Tidak ada satu orang pun yang membelanya …

Reputasinya telah hancur. Semua orang sekarang menganggapnya sebagai wanita jahat yang menjebak saudaranya sendiri. Semua orang menganggapnya sebagai wanita yang telah dibuang oleh Aiden Atmajaya. Siapa pria yang mau mendekatinya setelah mengetahui semua ini? Tidak akan ada yang pria yang mau menikahinya!

Melihat Natali yang tak kunjung menjawab, Deny merasa tidak sabar lagi. Tubuhnya terus menggeliat seperti cacing kepanasan dan tangannya terus berkeringat. Ia takut Aiden semakin marah karena Natali tidak mengatakan apa pun. Ia tidak bisa tinggal diam! Pada akhirnya ia memutuskan untuk angkat bicara.

"Aiden, Natali dan Anya kan bersaudara. Mereka adalah kakak adik. Natali tahu bahwa Anya menyukaimu, sehingga ia tidak mau bersaing dengan kakaknya. Sayangnya, cara yang ia pilih sungguh kekanakan …"

Anya memandang ayahnya dengan tatapan tidak percaya. Omong kosong macam apa yang diucapkan oleh ayahnya itu! Sejak kapan ayahnya pintar mengarang cerita seperti ini …

Aiden mengalihkan pandangannya dan menatap Deny. "Apakah aku bertanya padamu?" Aiden memotong kata-kata Deny, membuat Deny langsung menutup mulutnya rapat-rapat.

Deny bisa merasakan tatapan Aiden yang tajam, membuat sekujur tubuhnya gemetaran di bawah tatapan itu. Tangannya terasa semakin berkeringat sehingga ia berusaha untuk mengelap keringatnya itu di bajunya. Ia sama sekali tidak berani mengeluarkan suara sedikit pun. Pada akhirnya ia memutuskan untuk mengalihkan pandangannya pada Anya. Ia berusaha untuk meminta bantuan pada Anya.

Melihat tatapan ayahnya yang mendarat padanya, Anya merasa marah dan juga tidak berdaya. Di satu sisi, ia merasa kesal karena ayahnya baru menganggap keberadaannya di saat-saat seperti ini, di saat ia membutuhkan bantuannya. Sejak awal mereka masuk ke dalam rumah, apakah ayahnya itu pernah melirik ke arahnya? Tidak sedikit pun …

Tetapi di sisi lain, ia juga ingin membantu ayahnya.

Namun, apa yang bisa ia lakukan? Tidak ada yang bisa ia lakukan jika Natali tidak benar-benar tulus dan menyesali perbuatannya.

Ia hanya menggelengkan kepalanya, meminta ayahnya untuk diam dan tidak berusaha membela Natali. Semua ini demi kebaikan ayahnya sendiri. Semakin ayahnya itu membela Natali, Aiden akan semakin marah.

Natali telah melakukan kesalahan sehingga ia lah harus mengakui kesalahannya itu dan meminta maaf dengan tulus, bukan terus berpura-pura dan membela dirinya seperti ini.

Tetapi, sepertinya itu sudah tidak ada gunanya lagi. Aiden terlihat marah dan sudah malas mendengar alasan-alasan yang keluar dari mulut mereka berdua. Semua orang di tempat ini tidak bodoh dan bisa melihat bahwa Natali tidak tulus meminta maaf. Meskipun ia meminta maaf beribu-ribu kali pun, Aiden tidak akan pernah puas dengan permintaan maafnya.

"Aku … aku …" Natali terbata-bata. Ia menengadah dan melihat Aiden yang sedang memandangnya.

Jantungnya berdegup dengan kencang begitu melihat tatapan itu. Ia merasa bingung. Apakah Aiden bisa melihat?

Jika ia bisa melihat, mengapa biasanya ia berpura-pura seperti orang buta …

Tetapi jika ia buta, mengapa ia seolah bisa melihatnya saat ini?

Mata itu terlihat tajam dan sangat menakutkan!

"Anya, tolong bantu adikmu ini. Tolong bantu ayah untuk menyelesaikan situasi ini. Tidak peduli apa pun yang telah Natali lakukan, ia tetap adikmu!" Deny berusaha untuk memohon pada Anya.

Mendengar ayahnya terus membela Natali, Anya bisa merasakan kecemburuan di hatinya. Natali telah melakukan kesalahan, tetapi ayahnya terus saja membelanya seolah kesalahannya itu bukanlah kesalahan besar. Bagaimana dengan perasaannya sebagai korban? Apakah ayahnya tidak memikirkan perasaannya?

Pada akhirnya, Anya hanya menjawab dengan dingin, "Kalau memang ia sudah berbuat salah dan merugikan orang lain, apa bisa semuanya selesai hanya dengan kata maaf? Apalagi jika Natali mengatakannya tanpa perasaan dan ketulusan. Ia bahkan tidak merasa bersalah sama sekali. Bagaimana mungkin ia bisa dimaafkan?"

Kata-kata itu begitu tajam seolah berusaha untuk menusuk Natali secara langsung dan berusaha untuk membuatnya sadar. Tetapi tidak seperti harapan Anya, jawabannya itu malah membuat ayahnya melotot ke arahnya. Ayahnya membuka mulut dan berbicara tanpa mengeluarkan suara. Ia meminta Anya agar membaca gerak bibirnya.

"Jangan bicarakan hal-hal yang tidak penting. Cepat katakan padaku bagaimana agar Aiden memaafkan Natali?" bisik ayahnya. Aiden tidak buta. Ia bisa melihat semua itu, tetapi ia pura-pura diam saja.

Setelah membaca gerak bibir Deny, tubuh Anya menegang. Kekecewaan terpancar jelas di wajah Anya, membuatn wajahnya tampak pucat. Ayahnya itu bahkan sama sekali tidak berusaha untuk mendengarnya. Apakah penjelasannya masih kurang?

Anya tidak bisa menahan kekecewaan di hatinya sehingga ia berkata dengan nada yang sedikit tinggi, "Aku adalah korban terbesar dalam semua masalah ini. Mengapa ayah masih terus membela Natali?"

Deny merasa marah karena Anya tidak mau membantunya. Malah putrinya itu sengaja berbicara dengan keras di depan Aiden dan membuatnya malu. "Anya! Kamu …"

Namun, sebelum Deny bisa membentak Anya, Aiden tiba-tiba angkat bicara. "Tuan Deny, apakah kamu sudah tahu bahwa Natali ingin membatalkan pertunangannya denganku?"

Deny langsung tertegun ketika mendengar hal itu dan segera menjelaskan, "Aiden, kamu salah paham. Natali tidak berniat untuk membatalkan pertunangannya denganmu. Ia masih belum lulus, jadi ia ingin menikah setelah lulus sekolah. Namun, ternyata Anya juga memiliki perasaan padamu. Dua kakak beradik ini saling mencintai sehingga mereka tidak mau bersaing satu sama lain dan menimbulkan kesalahpahaman seperti ini …" Deny menjelaskan hal itu dengan terburu-buru.

Anya benar-benar kecewa mendengar jawaban ayahnya. Ayahnya sepertinya sekarang sudah menjadi pengarang cerita yang handal. Ia benar-benar tidak ingin mendengarkan semua omong kosong ini lagi.

Sementara itu, Aiden mengangkat alisnya saat mendengar jawaban Deny. Kemudian, ia bertanya pada Anya dengan suara mengejek seolah ingin menyindir Deny. "Anya, apakah kamu mencintai adikmu, Natali?"

Anya memandang Natali yang masih berlutut di tanah tanpa rasa kasihan sedikit pun dan menjawab dengan tenang, "Aku tidak punya adik."