Suasana hati Kirana sedang baik hari ini. Beberapa pasien anak demam berdarah berhasil melewati masa kritisnya. Kirana dan Mita terjaga selama 2 malam terakhir untuk memastikan kondisi anak-anak tersebut.
Mita yang pada dasarnya memiliki fisik yang lemah langsung kecapekan begitu melakukan 2 shift malam berturut-turut. Tapi semua itu terbayar dengan melihat senyum sehat anak-anak pagi ini.
"Dokter, dokter," seorang bocah laki-laki berumur 10 tahun gemuk berlari kecil mendekati Kirana yang baru saja membuka pintu bangsal anak-anak.
"Ada apa?" Kirana tersenyum melihat tingkah lucu bocah itu.
Dengan malu-malu bocah itu menyerahkan sebuah kartu persegi berwarna biru muda. Kirana membuka kartu itu. Ada tulisan acak-acakan berwarna-warni yang Kirana tahu pasti hasil meminjam bolpoin dari perawat.
Isinya berbunyi: terima kasih kakak dokter cantik (Eddie).
"Manisnya," Kirana berjongkok lalu membelai rambut bocah bernama Eddie itu. "Kakak dokter seneng banget sama hadiah dari kamu.
Pipi bocah bernama Eddie semakin memerah. Lalu ia berlari kembali ke kasurnya. Kirana memasukan kartu biru itu ke saku jas dokternya. Kemudian, ia melanjutkan memeriksa kondisi setiap anak di dalam bangsal.
....
Kirana baru saja keluar dari bangsal anak-anak ketika ponselnya berdering kencang. Dari Vero.
"Halo," sapa Kirana.
"Kiranaaaaa…" suara 10 oktaf melengking milik Vero membuat Kirana kaget setengah mati. "Kamu kemana aja dua hari ini? Kenapa gak pulang? Bukannya kamu janji akan mengurangi shift malam? Kenapa kamu malah ingkar janji?!"
"Dasar gadis sialan," gerutu Kirana. "Kamu bisa gak sih gak berteriak semelengking itu di telepon?"
"Jangan mengalihkan pembicaraan," omel Vero. "Kamu kemana aja dua hari ini hah?"
Kirana mendengus kesal. "Aku sama Mita jaga pasien anak demam berdarah sekarang. Banyak banget pasien anak akhir-akhir ini. Apalagi negara kita kena wabah demam berdarah kan? Kamu udah tahu beritanya di TV kan? Tapi tenang aja. Aku bakal pulang malam ini."
"Aku pegang janjimu," suara Vero mulai melunak. "Pokoknya kalau sampai lembur shift malam lagi, aku bakal dobrak pintu manajer rumah sakit. Akan kumarahi si botak itu karena sudah mempekerjakanmu seperti sapi!"
"Oke, Ibukuuuu…" sekarang Kirana yang kesal dengan Vero yang bertingkah seolah gadis itu ibu kandungnya.
"Oh ya satu lagi, aku tadi ngirim Grabfood. Dan kata abang ojolnya, makananmu diterima sama perawat. Jangan lupa makan yang banyak," kata Vero pada akhirnya.
Kirana mengangguk. "Baik, Bu. Anakmu, akan makan banyak makanan."
Klik. Vero memutuskan sambungan teleponnya.
Kirana hanya bisa berdecak lidah. Sejak kapan sahabatnya ini merasa dia ibu Kirana? Vero lebih cocok jadi ibu-ibu daripada seorang model. Mulutnya pedas dan teriakannya itu bisa membuat gendang telinga pecah. Pantas saja tidak ada pria yang tahan pacaran denganmu, gerutu Kirana dalam hati.
Ponselnya bergetar. Ada pesan masuk.
[Bastian: Hai. Apa pekerjaanmu sudah selesai?]
Astaga Bastian menchatnya. Kirana mendadak girang bukan main. Ini pertama kalinya pria itu menghubunginya. Buru-buru ia mengetik chat balasan.
[Kirana: Ya barusan. Ada apa?]
[Bastian: Hanya pengen memastikan kamu baik-baik aja. Jangan lupa makan dan istirahat]
[Kirana: Makasi banyak]
Kirana ingin sekali menari di koridor rumah sakit. Bastian menchatnya untuk mengecek kondisinya. Astaga belum pernah ada yang peduli padanya seperti ini di luar Yudhistira, Mita dan Vero.
Sekalipun Kirana tidak terlalu menyukai pria kaya namun Bastian berbeda. Ada sesuatu dalam diri pria itu yang membuat Kirana tidak risih dan tidak terganggu. Seolah Kirana sudah mengenal Bastian untuk waktu yang lama. Seolah mereka telah akrab.
[Bastian: Kapan kamu akan menggunakan kupon itu?]
Kirana mengerjap memandang pesan dari Bastian. Pria itu pasti sedang membahas kupon yang bisa mengabulkan semua permintaannya lagi!
[Kirana: Entahlah. Mungkin kapan-kapan]
[Bastian: Oke. Aku akan menghubungimu lain waktu]
Yesss!!! Bastian akan menghubungi Kirana.
Lalu tiba-tiba kesenangan Kirana harus terusik dengan suara berisik dari arah UGD.
"Wah terima kasih."
"Aku mau nasi goreng."
"Aku belum kebagian."
Langkah kaki Kirana terhenti di depan UGD. Persis di depannya UGD nampak ramai dengan perawat, cleaning service dan staf rumah sakit lainnya. Bahkan beberapa perawat yang berlari kecil menuju UGD dengan bersemangat. Kirana penasaran.
Di dalam UGD yang ukurannya hanya 10 meter persegi ada 30 orang saling berdesak-desakkan seperti sedang mengantri makanan. Mereka mengerumuni seseorang. Kirana menyipitkan mata. Victor? Mau apa dia disini, batin Kirana.
Victor dengan penampilannya yang super stylist berdiri di tengah ruangan sambil membagikan nasi kotak ke semua orang di ruangan itu. Ia melemparkan senyum paling cool yang dia miliki pada semua perawat wanita. Kirana bisa melihat dengan jelas kalau para perawat meleleh melihat senyumnya.
Kirana mendecakkan lidah. Ia kesal sekali. Hari ini harusnya para perawat mengurus anak-anak di bangsal. Pantas saja dari tadi bangsal anak sepi. Ternyata mereka semua sedang di sini mengantri makanan dari Victor.
Sewaktu Kirana berjalan mendekat, semua perawat langsung kabur. Mereka ketakutan melihat Kirana muncul tiba-tiba.
"Victor," Kirana memanggil pria itu.
"Hei, Dokter Cantik," sapanya dengan senyum menggoda.
Kirana memandangi pria di depannya dengan heran sekaligus malu. Dokter cantik? Kirana merasa tidak secantik itu bahkan.
"Apa yang kamu lakukan di sini?"
"Seperti yang kamu lihat, aku lagi bagi-bagi makanan," katanya tanpa dosa.
Kirana menghela napas.
"Apa ini perintah kakek?"
Victor menggeleng. "Ini inisiatifku kok."
"Kenapa kamu punya inisiatif bagi-bagi makanan?"
"Karena aku pengen ketemu kamu," Victor benar-benar menggoda Kirana sekarang.
Suasana mendadak canggung. Kirana hanya bisa menggigit bibir bingung harus membalas perkataan Victor apa. Belum lagi di balik pintu kaca, beberapa perawat mengintip dan menguping pembicaraan mereka.
"Aku berterima kasih kalau kamu jauh-jauh ke sini untuk bertemu denganku. Tapi kamu gak perlu repot-repot membagikan makanan hanya untuk melihatku," Kirana berusaha setegas mungkin. "Aku merasa gak nyaman karena nanti para perawat akan bergosip tentangku."
Victor malah tertawa. "Kamu khawatir bakal ada gosip tentang kita?"
Kirana menggangguk pelan.
"Wah, sayang sekali padahal aku pengen bikin gosip di rumah sakit. Aku pengen semua orang bicarain kalau Kirana si dokter cantik lagi di dekati cowok ganteng," goda Victor. "Lagian kamu gak punya pacar kan? Jadi gak akan ada yang tersakiti."
Ya di sisi lain Victor benar. Kirana tidak punya pacar. Dirinya hanya gadis dua puluh enam tahun yang masih single dan bahkan tidak pernah punya kisah cinta.
Tetapi dirinya seorang dokter. Dia adalah dokter yang sudah mendapat penghargaan sebagai dokter terbaik selama dua tahun berturut-turut. Citranya sebagai dokter terbaik akan dipertaruhkan.
"Sekalipun aku gak punya pacar, kamu gak boleh berbuat begini lagi. Aku gak mau para perawat mengira kita pacaran," kata Kirana.
"Yaudah kalau gak mau para perawat salah paham kalau kita pacaran ya kamu tinggal jadi pacarku aja. Gimana?"
Kirana melotot. Cowok ini benar-benar berusaha menggodanya secara terang-terangan. Astaga bagaimana mungkin Bastian punya sepupu seperti Victor.
Victor sangat pandai merayu dan menggoda. Kirana yakin sudah banyak gadis yang jatuh hati pada pria ini.
"Sebaiknya kamu pulang. Aku gak punya waktu meladeni kamu. Plis," Kirana menyerah menghadapi Victor. Dia lelah.
Victor tertawa melihat ekspresi sebal Kirana. Gadis ini jauh lebih menarik dari dugaannya. Gadis ini bahkan tidak tersipu malu ataupun pipinya bersemu merah setelah di tembak blak-blakan seperti tadi.
Mungkin Kirana memang berbeda dari gadis lainnya? Entahlah. Tapi Victor mulai tertarik untuk mengenal calon istri sepupunya ini.
"Oke oke aku akan pulang. Tapi aku akan ke sini lagi," kata Victor sambil berjalan menuju pintu. "Kayaknya di sini aku bakal punya banyak fans."
Setelah Victor keluar UGD, Kirana hanya bisa mencak-mencak sebal. Ada apa dengan keluarga Dewandra? Kenapa sikap mereka begitu aneh? Si Bastian memberinya hadiah berupa kupon permintaan dan bersikeras agar Kirana mau menggunakannya. Sementara, si Victor membelikan seluruh perawat dan staff rumah sakit makanan.
Apakah semua keluarga kaya seaneh ini?