Karena dari semalam Alea sulit untuk memejamkan matanya, pagi ini Alea merasakan ngantuk yang luar biasa.
Herdy meminta sarapan Alea dibawakan ke dalam kamar, para pelayan yang bekerja untuk melayani Alea pun segera melakukan tugasnya.
dari semalam sampai saat ini Herdy masih terus terjaga sambil mengusap lembut rambut Alea, aroma keringat dengan wangi vanilla bercampur menjadi satu.
"Kamu nggak akan pergi ninggalin aku, kan?" tanya Alea.
wanita itu masih takut dengan mimpi buruk semalam, mungkin karena demam Alea terlalu tinggi wanita itu sedikit berhalusinasi.
"Aku nggak bakalan ninggalin kamu, percaya sama aku, Alea. Ketika kamu bangun aku akan terus disamping kamu," kata Herdy dengan lembut.
Tangan Herdy masih terus mengusap surai Alea, membuat Alea semakin mengantuk dibuatnya.
Mata Alea semakin lama semakin berat, Herdy tak sedikitpun melepaskan pandangan matanya kepada Alea hingga wanita itu terlelap tidur.
Herdy memastikan dulu Alea, ia tak ingin jika Alea merasakan gerakannya.
Seorang pelayan masuk untuk menggantikan posisi Herdy tadi, dengan gerakan kode dari Herdy pelayan itu pun paham.
Kini Herdy langsung bergegas menuruni anak tangga, langkahnya begitu sangat cepat dan tergesa-gesa.
Herdy akan melakukan sesuatu hari ini ia tak ingin lagi berlama-lama menundanya.
"Semuanya sudah kau kerjakan?" tanya Herdy.
Lelaki itu masuk ke dalam mobil sambil menempelkan benda pipihnya, panggilan itu ditujukan untuk Bimo.
Herdy sedikit menggertakan giginya setelah mendengar ucapan Bimo tentang Herdy yang tak mau memberitau tentang istrinya itu.
Panggilan pun terputus begitu saja, Herdy sangat kesal hingga amarahnya naik ke ubun-ubun.
Mobil yang di kendarai olehnya pun langsung melesat kencang, Herdy harus langsung ke tempat dimana Erwin berada.
***
Bimo hanya menundukan kepalanya menyambut kedatangan Herdy yang terlihat begitu sangat dingin.
Langkah kaki Herdy begitu sangat terdengar nyaring membuat beberapa anak buah Bimo sedikit ketakutan.
Bimo langsung membuka kan pintu ruangan dimana Erwin yang begitu terlihat mengenaskan.
Herdy menyunggingkan senyumannya, lantas berjongkok melihat Erwin dengan senyuman sinisnya.
Plak! Herdy langsung memberikan sebuah pukulan agar Erwin bisa bangun.
Tentu saja Erwin mengerang merasakan rasa sakit yang semakin menjalar di tubuhnya.
"Ck!" suara Erwin terdengar berdecak.
Herdy hanya menggelengkan kepalanya, melihat musuhnya yang masih sanggup mengejek meskipun nyawa akan melayang saat ini juga.
"Sampai kapan kau akan bungkam, hmm?" tanya Herdy.
Erwin yang telah lemah pun mengumpulkan tenaganya sisanya, ia mendongkkan wajahnya menatap Herdy.
"Mereka tak ada hubungannya dengamu, perlu kau ingat. Kau telah membayar semua dendammu kepadaku," Erwin langsung berkata seperti itu.
Herdy langsung mencengkram kuat dagu Erwin membuat si pemilik dagu itu semakin meringis kesakitan.
"Mereka harus mati, Alea begitu sangat ketakutan karena ulahmu, jadi mereka pun harus mendapatkan hal yang setimpal!" desis Herdy.
Erwin hanya tersenyum, ia yakin jika Herdy tak bisa menemukan istrinya yang tengah mengandung itu.
Jika memang Herdy telah menemukan istrinya itu, mana mungkin Herdy datang dan menanyakan keberadaannya.
Bimo mengeluarkan sebuah pistol lantas memberikannya kepada Herdy, waktu Herdy tak banyak karena Alea sedang menunggunya di rumah.
"Jadi kau akan tutup mulut?" pertanyaan terakhir Herdy kepada Erwin.
Tak ada jawaban sama sekali, itu tandanya Erwin memang tak akan membuka mulut untuk selama-lama.
Herdy langsung saja berdiri, hanya selang beberapa langkah Herdy menarik pelatuknya tepat ke arah kepada Erwin.
Dor..dor..dor..
Erwin langsung meregang nyawanya saat itu juga, "Bersihkan semuanya, Mo." perintah Herdy mutlak.
Erwin yang masih merasakan detik-detik kehilangan nyawanya itu hanya bisa mengguman.
"Sampaikan maafku untuk Alea, sunggung aku tak bermaksud menyakitinya," suara Erwin terdengar terputus-putus.
Lantas Erwin menghembuskan napas terakhirnya, Herdy langsung melangkahkan kakinya untuk keluar dari ruangan tersebut.
Meskipun tadi Herdy mendengarkan semua gumanan Erwin namun Herdy tak ingin menyampaikan hal tersebut kepada Alea.
Alea sedang tak baik-baik saja karena tak bisa menghirup dunia luar, maka drai itu Herdy akan memulai lembaran barunya bersama Alea.
Hidup bahagia yang telah Alea dan Herdy rencanakan beberapa tahun yang lalu, ponsel Herdy berbunyi.
Herdy lantas masuk ke dalam mobilnya dan melajukan dengan kencang, Alea pasti sedang menunggunya dengan wajah cemberut.
Ah, memikirkannya saja membuat Herdy gemas pikirnya dalam hati.
*
Pelayan yang tadi menggantikan posisi Herdy pun hanya bisa terdiam kaku, Alea tak mau makan dan tak mau membuka suaranya setelah apa yang ia lihat bukanlah Herdy.
Tak lama kemudian pintu terbuka menampilkan Herdy dengan senyuman manisnya, Alea langsung membuang mukanya.
Kesal tentu saja itu pasti sebab Herdy telah membohonginya, "Marah, hmm?" tanya Herdy yang langsung duduk di ranjang.
Pelayan yangs edari tadi disisi Alea pun langsung keluar meninggalkan tuan dan nyonya mereka berdua.
Alea tak mau menjawab pertanyaan Herdy, 'pikir saja sendiri' guman Alea dalam hati.
Memangnya siapa yang tak akan sebal dan kesal, Herdy pergi begitu saja disaat ia terlelap tidur sementara tadi ia berjanji tak akan meninggalkannya.
Apakah kata-kata itu pantas Alea yakini, oh rasanya sungguh tidak. Alea takut jika Herdy akan melakukan hal serupa lagi seperti sekarang.
Bibir Alea masih saja terus cemberut, tak ada senyuman sama sekali diwajahnya namun Herdy sama sekali tak mempermasalahknnya.
Ia tau jika Alea sedang kesal kepadanya, "Mantan suami kamu meninggal," kata Herdy secara tiba-tiba.
Meskipun Herdy dalang dari semua ini namun Alea berhak tau, tapi tidak untuk sekarang.
Alea masih terdiam ia memang tak mau membahas Erwin yang telah menyakiti hidupnya, bahkan karena Erwin.
Alea bisa kehilangan nyawanya, hening sesaat Herdy berinisiatif untuk mengajak Alea makan.
"Kamu belum makan, biar aku yang suapin ya?" pinta Herdy dengan lembut.
Alea semakin membuang mukanya, ia masih kesal namun Herdy tak peka kepadanya.
kemana Herdy yang dulu selalu romantis, jangan-jangan selama kepergiannya ke jepang Herdy menjadi lupa cara memperlakukannya.
Entah telah berapa lama, Alea tak sedikitpun melirik ke arah Herdy.
"Kamu nggak pegel emangnya? Leher kamu bisa sakit kalo ngelihat kesana terus," kini Herdy langsung memprotes sikap Alea.
"Aku tau kamu marah, tapi please baby. Aku ada urusan,"
"Terus kamu dengan seenaknya ngelanggar janji?"
Herdy hanya bisa menghela napasnya, ia pikir melenyapkan Erwin akan cepat namun karena Erwin tak mau membuka mulutnya mau tak mau Herdy harus membuang waktu sehingga Alea lebih dulu terbangun.
"Maaf aku salah," cicit Herdy.
"Kamu bisa bangunin aku dulu, bukan caranya kayak gini," kini Herdy hanya memasang telinganya.
Bersiap mendengarkan amukan Alea, wanita yang kini sedang mengomelinya habis-habisan karena telah melanggar janjinya.
Setelah puas mengomel Alea merasakan kerongongannya kering, dengan sigap Herdy langsung mengambil segelas air yang berada di atas nakas dan memberikannya.
Meskipun wajah Alea terlihat sangat tak enak di pandang, namun kecantikannya tak pernah memudar.
Diam-diam Herdy mengulum senyumnya melihat Alea yang sedang meminum segelas air dengan sangat sexy.
***
Bersambung.