Hari ini adalah hari pertama tahun ajaran baru, dan merupakan hari yang aku tunggu - tunggu, karena hari ini aku akan bertemu Herri, laki - laki yang aku sukai secara diam - diam. Dia, Herri merupakan salah satu dari puluhan mahasiswa baru yang di terima kuliah di S2 Universitas XXX, Universitas ternama di Kotaku. Dalam hatiku aku begitu senang karena itu artinya aku akan sering bertemu dengannya, dan kebetulan dari kabar yang aku dengar dia terpilih sebagai ketua tingkat di kelasnya, itu berarti setiap jam kuliah dia akan bertemu denganku untuk mengambil daftar hadir dan Spidol untuk di gunakan dalam kelas. Siang itu aku menunggunya dengan perasaan campur baur, senang, gelisah dan gugup bercampur baur. Akhir orang yang kutunggu - tunggu datang, dia kelihatan begitu tampan, dan dengan senyum khasnya menyapaku "siang mbak Nita.... Aku mau ambil daftar hadir dan Spidol nih... " katanya, aku jadi salah tingkah di buatnya, aku benar - benar jatuh hati oleh laki - laki yang satu ini, senyumnya yang menawan, sosoknya yang lembut dan parasnya yang tampan begitu membuatku tergila - gila. Dengan gugup dan tersipu malu aku menyerahkan apa yang di minta dan tanpa sengaja tangan kami bersentuhan, jantungku terasa copot, detaknya begitu kencang membuatku terasa hampir meledak, aku tidak bisa mengendalikan detak jantungku. Aku segera mengalihkan perhatiannya dengan sengaja menegur teman kelasnya yang tiba - tiba hadir, "Pak Ismail?, mau cari Pak Herri kan?" kataku, Herri rupanya terkejut dengan kehadiran Pak Ismail yang tiba - tiba hadir, dan dia kelihatan salah tingkah sambil cepat - cepat mengambil daftar hadir dan Spidol dari tanganku. Pak Ismail tersenyum simpul melihat tingkah kami berdua yang salah tingkah atas kehadirannya. " Ehm.... maaf menggangu y. hehehe....." guraunya. "Ah Pak Ismail..." sahut kami hampir bersamaan, kami bertigapun tertawa. Mereka berdua pun pamit ke kelas kepadaku. Hari itu aku di kantor sampai sore karena harus menunggu perkuliahan selesai dulu baru bisa pulang. Kulihat Herri berjalan keruanganku sambil membawa daftar hadir dan Spidol yang dia ambil dariku tadi siang, "Mbak Nita belum pulang???", tanyaknya, sambil sengaja membereskan dokumen - dokumen yang berserakan di atas meja kerjaku, "ini mau pulang..." jawabku, sambil berusaha untuk terlihat sewajar mungkin. "Ayok jalan - jalan...." ujarnya tiba - tiba yang spontan membuatku berhenti berberes - beres. "Serius nih...." ujarku lirik. Padahal dalam hati merasa berbunga - bunga. Bayangkan saja, laki - laki yang aku puja dan kagumi dengan diam - diam ternyata tiba - tiba mengajakku jalan - jalan, rasanya seperti melayang di udara. " Iya, serius, maukan?...." ujarnya lagi. "iya deh.... mau..." jawabku. "Tapi aku harus izin orang tuaku dulu" kataku. "tentu, aku jemput di rumah y" jawabnya. Aku terheran - heran dengan jawabannya, "Emang kamu tahu rumahku???" tanyakku. "kan aku akan mengikuti Nita dari belakang sekarang" jawabnya santai. Hatiku begitu berbunga - bunga. "gak apa - apakan kalau aku panggil Nita? Kitakan sebaya, malah Nita lebih kecil dari segi usia, masak di panggil Mbak?" katanya, "iya, gak apa-apa..." jawabku singkat. Kami segera ke tempat parkir, waktu aku hendak mengeluarkan motorku Herri menarik tanganku, "biar aku yang keluarkan motornya, tunggu aja di sana" kata Herri sambil segera mengambil kunci motor dari tanganku, setelah mengeluarkan motor dari tempat parkir dan mengantarnya ke depanku, Herri turun dari motor dan mempersilahkan ku untuk naik ke atas motorku, sementara dia berdiri di samping motorku sambil membawakan helmku. Waktu aku hendak mengambil helm dari tangannya, tiba - tiba Herri langsung memakaikan helm itu ke kepalaku, begitu dekatnya kami saat itu membuat jantung berdebar dengan kencangnya, mukaku semerah tomat menahan malu akan perlakuan manisnya. "Udah selesai, hati - hati di jalan, aku ikuti dari belakang" katanya setelah selesai mengikat tali helmku. "iya....." jawabku sambil tersipu malu. Aku segera menghidupkan motorku, kulihat Herri memasuki mobilnya, mobil warna hitam yang sangat bagus. Aku tidak mengerti soal mobil, tapi yakin pasti mobil Herri itu mahal, aku spontar bergumam "Herri ternyata orang kaya, mana mungkin dia menerima cintaku, mungkin sekarang dia sudah punya pacar dan menganggapku cuma teman biasa" lirikku sedih.
******
Sesampai di rumah aku segera memasukkan motorku dan menunggu Herri di depan rumah. Melihatku diam di depan rumah dan tidak langsung masuk mamaku pun bertanyak "Nita, kamu kok bengong di depan?, sana masuk dan mandi, sudah sore" kata mama, "Nita tunggu teman Ma, nanti kalau dia sudah datang baru Nita masuk" jawabku. Tak lama kemudia mobil Herri sampai di depan rumahku, dia keluar dari mobilnya dan menghampiriku yang sedang menunggunya di depan rumah "Assalamualikum warohmatullohibarokattu" salamnya kepadaku dan mamaku yang dari tadi ikut menemaniku menunggu Herri di depan rumah. Rupanya diam - diam Mama penasaran, siapa teman dari anaknya yang akan datang. "Wa'alaikumsalam warohmatulloh wabarokattu" jawabku dan Mama hampir bersamaan, "ayo masuk..." kata mama curi star dari ku. "Herri, ini Mamaku..." kataku memperkenalkannya dengan Mamaku. "Baik Mak...." balasnya yang langsung membuatku bengong, aku tidak sangka kalau Herri akan berkata begitu, aku mengira dia akan bilang Tante atau Bibi ke Mamaku, bukanya bilang Mama. Kami bertiga pun masuk ke dalam rumah, setelah mempersilahkan Herri duduk, aku segera mandi dan berganti baju. Sementara itu Mama menyiapkan kopi untuk Herri. Setelah siap, aku dan Herri segera keluar dan tidak lupa Herri meminta izin kepada Mamaku untuk mengajakku jalan. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 16.30 wita ketika mobil Herri keluar dari rumahku. Sepanjang jalan menuju tempat yang hendak kami tuju, Herri terus bercerita tentang hari pertamanya masuk kuliah, tentang teman - teman satu kelasnya dan tentang kejadian satu bulan lalu, yaitu masa - masa orientasi mahasiswa baru dan matrikulasi. Memang, sebelum resmi menjadi mahasiswa, para mahasiswa baru itu harus mengikuti serangkaian kegiatan sebelum tahun ajaran baru di mulai, mulai dari ospek, dan dilanjutkan dengan matrikulasi yang cukup menguras tenaga dan pikiran. Walaupun mereka belum resmi kuliah, tapi dosen - dosen yang di tugaskan memberi materi di matrikulasi tidak segan - segan untuk memberikan tugas yang menggunung bagi mahasiswa baru. Selama hampir dua Minggu para mahasiswa baru ini harus mengikuti matrikulasi dan mengerjakan tugas yang di berikan oleh para dosennya. Karena Herri bercerita tentang matrikulasi, lantas akupun mengingat kembali kejadian - kejadian yang terjadi dua minggu yang lalu. Ketika ospek dan matrikulasi itulah waktunya bagi mahasiswa baru untuk Salang mengenal satu dengan yang lain, mulai mengenal dosen dan staf akademik yang akan melayani mereka selama mereka belajar di Universitas XXX, dari kegiatan ospek dan matrikulasi itulah aku mengenal banyak mahasiswa baru yang menjadi teman sekelas maupun beda kelas dengan Herri. Dari ospek itu juga aku mulai akrab dengan beberapa mahasiswa baru seperti Pak Ismail, Mbak Rita, Mbak Fitri dan yang lainnya. Rata - rata mahasiswa baru tahun ini berusia di atas 30 tahun, walaupun ada juga yang berusia antara 25 - 29 tahun. "Kita sudah sampai tuan putri..." gurau Herri menyadarkan ku dari lamunanku. Ternyata Herri mengajakku ke sebuah tempat wisata yang terkenal di kotaku. Sebuah pantai dengan pasir putihnya, dengan ombak yang tidak terlalu besar yang saling berkejaran, dengan angin yang bertiup semilir, dengan pemandangan matahari terbenam yang sangat indah dan begitu romantis. Aku begitu senang dan bahagia, kami mengobrol, bercanda dan tertawa bersama. Ingin rasanya waktu aku hentikan, seandainya aku bisa untuk menghentikan waktu...