"Buk..." Dengan kesal kuletakkan tas dan kumpulan tugas - tugas mahasiswa ke meja kerjaku. Hari Moodku sangat jelek, mungkin karena kurang tidur.
"Aduh, badanku sakit, aku kurang sehat kayaknya hari ini", batinku.
Sepanjang hari aku tidak kerjakan apa - apa di kantor, cuma bengong menghadap komputer.
"Krek......." suara pintu di buka
"Nit, cepat buat surat undangan rapat untuk dosen, waktunya minggu depan, jam 9 pagi, agendanya pembentukan tim penyusun borang akreditasi" perintah pak sekretaris program studi yang tiba - tiba datang tanpa salam membuatku kaget dan terkejut.
"Iya pak,..." sahutku lemah.
"Kamu kenapa lemes gitu, kayak kerupuk di tiup angin" canda atasanku.
" Hehehe.... tidak apa - apa pak bos" jawabku.
Dr. Agus Brata, M.Hum, itu nama sekretaris prodi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas XXX tempatku bekerja, dosen muda dengan segudang prestasi. Wajahnya yang tampan, orangnya yang baik dan humoris tidak jarang membuat para mahasiswi tergila - gila kepadanya. Hampir setiap mahasiswa yang pernah di ajar oleh beliau memberikan respon positif kepada beliau. Beliau dulu juga pernah menjadi dosenku waktu aku kuliah S1.
"Pak bos ini suratnya, mohon di tandatangani." Ucapku sambil menyerahkan surat yang sudah aku selesaikan ketik.
"Nih, perbaiki dulu....." jawabnya.
Aku bengong, apa yang salah????
Aku mengambil suratnya dan "Astaghfirullah....." Ucapku, ternyata nama beliau salah, aku malah lupa mengganti nama beliau, di surat itu masih nama ketua prodi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia di yaitu Prof. Bambang Santoso, M.Pd.
"Aduh... maaf pak bos" ucapku.
"Makanya kalau kerja itu jangan melamun, masak buat surat begitu aja salah" tegurnya.
Aku jadi semakin dongkol, Moodku semakin jelek gara - gara ucapan pak Agus. Setelah aku memperbaiki surat yang salah aku ketik, pak Agus menandatanganinya.
"Nita, sini.....!!!" Perintah beliau.
"Saya lihat kamu akhir - akhir ini terlalu akrab dengan beberapa mahasiswa baru???".
"Sebenarnya bagus kalau pengelola bisa akrab dengan mahasiswa, tapi jangan sampai kamu nanti di manfaatkan oleh mahasiswa itu." Ucap beliau tegas.
"Iya pak, saya tahu..." jawabku singkat.
"Bagus..."
"Panggilkan saya pak Kemo..!".
"Iya pak...." sahutku.
Aku segera mencari pak Kemo, satpam di kantorku. Orangnya lucu dan baik. Dia sangat suka bernyanyi sambil berjoget membuatku sering tertawa melihat tingkah lakunya yang kocak, seperti sekarang, pak Kemo lagi asyik mendengarkan musik dari Hp nya sambil ikut bernyanyi dan menggoyang - goyangkan kepala dan jempolnya.
"Pak Kemo..." Panggilku.
" Ya mbak cantik.....?" sahutnya.
Pak Kemo memang memiliki panggilan khusus untukku "Mbak Cantik". Katanya aku cantik jadi nama itu cocok untukku. Dasar pak Kemo. Bisa aja dia. Aku memang cantik sih.
"Pak, di panggil sama pak bos tuh" ucapku.
"Siap..... mbak cantik, saya meluncur" jawabnya kocak, sambil memperagakan gaya Superman yang lagi terbang. Sontak tingkah lakunya membuat aku tersenyum simpul. Dasar pak Kemo.
Siang itupun berlalu, seharian aku bekerja tanpa melihat Hp, sengaja Hp nya aku taruh di dalam tas dan tidak mau mengeluarkannya karena tiap lihat Hp maka aku akan teringat kejadian tadi malam. Betapa terkejutnya aku begitu melihat Hp, ternyata di layar Hp ku udah ada 10 panggilan tak terjawab dari Herri dan ada SMS dari dia juga. Sebenarnya aku malas untuk membaca SMS nya tapi rasa penasaran yang besar mengalahkan egoku untuk tidak membaca SMS itu.
"Hai, non, lagi ngapain....?"
"Lagi sibuk banget y di kampus?"
Ku baca SMS dari Herri, aku bingung apakah harus membalasnya atau tidak?. Kuputuskan untuk tidak membalas SMS nya dan kuputuskan untuk langsung pulang saja.
Aku segera meninggalkan ruangan ku dan bergegas ke tempat parkir motor.
"Nita... Nita.... Hai Nita....."
Aku menoleh mendengar namaku di panggil - panggil. Dari jauh kulihat sesesok laki - laki berlari - lari kecil menghampiriku. Aku penasaran, siapa gerangan lelaki yang memanggil dan menghampiriku.
"Maaf, ini siapa y, saya tidak ingat..." tanyakku. Dia cuma tersenyum simpul.
"Aku Edwin, temannya Aulia, teman SMP mu". Aku masih bingung di buatnya.
"Dulu kamu kan bekerja di perusahaan ABCDE? nah aku dulukan pernah melamar sebagai sales di sana, waktu aku tes tulis, kamu yang mengawasiku" ceritanya panjang lebar.
"Aku tahu ada lowongan di perusahaanmu dari Aulia karena dia dapat informasi dari kamu, makanya aku melamar di perusahaanmu, tapi aku gak diterima." Ceritanya lagi. Aku cuma bisa berucap
"ooooh begitu, terus sekarang kerja di mana?" tanyakku iseng.
"Aku jadi security di perusahan XYZ" jawabnya semangat.
"Lalu kenapa bisa sampai di sini?" selidikku.
"Tadi aku antar adik yang kuliah di sini, tapi tanpa sengaja aku lihat Nita bicara dengan satpam, kemudian aku tanyak ke satpamnya, dan katanya Nita memang benar kerja di sini, makanya aku tungguin kamu untuk memastikannya" ucapnya. Aku jadi besar kepala jadinya.
"Ini cowok bela - belain tunggu aku, ada apa y???" batinku.
"Iya aku kerja di sini sekarang, aku udah berhenti kerja di perusahaan ABCDE, capek" jawabku.
"Btw, ada apa mencariku?"
"Mau minta nomor Hp mu, karena nomormu hilang waktu Hp ku rusak terlindas mobil" sahutnya sambil cengar cengir.
"081xxxxxxxxx" jawabku singkat. Entah apa yang menyebabkan aku begitu mudah memberikan nomor Hp ku kepada Edwin, mungkin karena aku pikir percuma juga merahasiakan nomor Hp ku, toh dia pasti tahu karena nomor Hp ku kan tertera dalam brosure penerimaan mahasiswa baru. Setelah Edwin menyimpan nomorku, aku hendak berlalu dari hadapannya, tapi tiba - tiba dia menyetop motorku.
"nanti aku hubungi y....."
Aku bengong, sekaligus bingung, ini orang kenapa y? Karena aku sudah lelah dan pingin cepat pulang, y aku jawab saja tanpa pikir panjang, "iya...".
Aku segera meninggalkan kampus dan meninggalkan Edwin yang sedang senyum - senyum sendiri seperti orang gila.
Sesampai di rumah aku segera mandi dan mengganti pakaianku. Kulihat Bapak pulang dari masjid setelah menunaikan salat asar berjamaah.
"Bapak......" panggilku.
"Kapan Bapak pulang?"
"Mana oleh - olehnya?" tanyakku bertubi - tubi.
"Assalamualaikum....."
"Ini anak, bukannya kasih salam sama orang tua malah di teriakin" canda Bapak.
"Wa'alaikumsalam ..." jawabku sambil bermanja sama Bapak.
"Bapak pulang tadi siang..."
"Oleh - oleh untuk anak Bapak pasti ada lah, tuh di dalam tas, baju kotor" jawab Bapakku sambil mencubit hidungku.
"Ihhhh..... Bapak mah gitu" ucapku manja sambil memeluk pinggang Bapak.
"Ada, untuk anak bapak yang paling cantik pastilah Bapak belikan oleh - oleh".
"Horeee....." teriakku. Bapak cuma tersenyum melihat tingkahku.
"Ada apa ini teriak - teriak?" ucap Mamaku yang tiba - tiba datang dari belakang membawa pisang goreng dan secangkir teh hangat untuk Bapak. Memang kebiasaan di rumahku setiap sore Mama selalu membuatkan Bapak teh hangat dan cemilan sebagai pelengkapnya. Kemudian Bapak akan menikmati teh dan cemilan itu di serambi lantai dua rumah kami. Kalau matahari sudah terbenam baru Bapak turun untuk pergi salat magrib berjamaah. Kegiatan itu Bapak lakukan kalau tidak ada kerjaan yang mengharuskan beliau keluar kota. Sebagai seorang wiraswasta kecil - kecilkan Bapak memang harus sering keluar kota untuk mengurusi usahanya. Sebenarnya Bapak berharap aku yang bisa melanjutkan bisnisnya, tapi aku terlalu malas untuk itu. Tapi tidak menutup kemungkinan jika suatu hari nanti aku akan meneruskan usaha Bapak.
"Tidak ada apa - apa Ma," sahutku sambil cengar - cengir. Mama dan Bapak cuma bisa geleng - geleng kepala.