Malam Minggu datang, Herri datang ke rumahku, memang dia pernah bilang akan datang ke rumahku malam Minggu, tapi waktu itu aku kira dia cuma bercanda. Tentu saja aku sedikit kelabakan di buatnya. Aku benar - benar tidak percaya akan kedatangan Herri. Laki - laki ini memang aneh, biasanya kalau kita ada janji dengan teman, tapi kemudian kita musuhan atau kelahi biasanya kita kan membatalkan janji temu dengan berbagai alasan, tapi ini Herri malah tetap datang,
"Wah, kejutan, aku kirain tidak jadi datang?" tanyakku.
"emangnya kenapa?" tanyaknya balik
"Lo bukannya mas Herri lagi kesal ama aku?"
"Kan keselnya kemarin malam, malam ini enggak tuh"
"ooooh.. aku kiraian masih kesel karena seharian gak SMS aku" jawabku menyelidik.
"Maaf, hari ini aku sibuk banget, banyak tugas numpuk di tambah kerjaan juga banyak jadi gak sempat SMS Nita, dan lagi Nita kan lagi marah, makanya aku tunggu malam biar bisa sekalian ketemu dan minta maaf" jelasnya.
Aku tersenyum simpul mendengar penjelasannya, tanpa bicara, cuma tersenyum.
Herri menatapku intens, mata kami Saling menatap dan itu membuatku salah tingkah. Aku baru sadar ternyata bola mata Herri berwarna agak kecoklatan. Begitu tenang rasanya menatap mata coklat itu.
"Ini minum dan gorengannya", tiba - tiba Mamaku datang mengagetkan kami berdua.
"Terimakasih Mama, kok repot - repot" katanya kepada Mamaku,
"Enggak repot kok Nak Herri, ayo di minum" jawab Mamaku sambil kembali ke dalam.
Sepeninggal Mamaku, kami kembali melanjutkan obrolan kami.
"Malam ini kok cantik banget Non"
"Gombal" sahutku sambil tersipu malu
"Serius...."
"Terimakasih" jawabku
"Keluar yuk, jalan - jalan" tawarnya
"Boleh, tapi aku izin sama Mama dan Bapak dulu" kataku.
"Oh Bapak ada?" tanyaknya balik.
"Iya, tunggu bentar y, aku kenalin sama Bapakku".
"Ok, ..." jawabnya singkat.
Aku segera masuk ke dalam, di tengah Bapak sedang asyik menonton berita, aku menghampiri Bapak.
"Bapak..., Herri mau berkenalan, sekalian mau izin mau keluar" ujarku.
"Temannya Nita?" tanyak Bapak
"Iya....." jawabku sambil mengangguk. Bapak mengikutiku ke ruang tamu.
"Mas Herri, ini Bapakku, Bapak ini Herri..." ucapku. Herri segera bangun untuk menjabat tangan Bapakku.
"Taufik..." ucap Bapakku, sambil memberi isyarat kepada Herri untuk duduk, sementara beliau juga mengambil posisi untuk duduk
"Herri..." ucap Herri, sambil duduk
"Aku ganti baju dulu y...." izinku kepada Bapak. Bapak mengangguk tanda setuju. Akupun pergi meninggalkan mereka berdua, samar - samar aku mendengar Bapak mulai melancarkan pertanyaan - pertanyaan menyelidikinya kepada Herri.
Beberapa menit kemudian aku kembali ke ruang tamu, ku lihat Herri dan Bapak sudah mulai akrab, mereka kelihatan menikmati obrolan mereka.
"Aku dah siap...." ujarku.
"Bapak, boleh saya dan Nita keluar?" izin Herri kepada Bapakku.
"Boleh, tapi jangan terlalu malam y pulangnya" izin Bapakku.
"Iya Pak...." Jawab Herri.
Setelah mengucapkan salam, kami pun keluar meninggalkan rumahku. Sepanjang jalan Herri terus bercerita tentang betapa asyiknya Bapakku, aku cuma mendengarkan saja.
Akhirnya kami sampai ke tempat tujuan kami, sebuah Cafe tempat nongkrong pasangan - pasangan kekasih, aku jadi sedikit salah tingkah. Suasana Cafe itu romantis banget, di tambah alunan lagu - lagu bernuansa percintaan yang selalu di lantunkan oleh band lokal semakin membuat suasana romantis.
Herri mengajakku ke sebuah meja kosong dimana dari meja itu kita bisa langsung melihat suasana taman indah dengan lampu warna warninya, di meja sudah ada sebuah lilin untuk menambah nuansa romantis.
Jelang beberapa detik setelah kami duduk, seorang pelayan memberikan kami menu makanan, kami pun asyik melihat menu makanan yang disodorkan oleh pelayan tadi
"Mau makan apa?" tanyak Herri
"Masih bingung nih" Jawabku
"Aku mau pesan nasi goreng spesial aja deh dan minumnya jus alpukat" gumamnya.
"Aku sama deh" ucapku.
"Seneng gak malam ini?"
"Seneng banget" ujarku.
"Nita cantik banget malam ini, aku tambah suka" katanya.
Mendengar kata - kata itu aku seperti melayang. Dia "Suka" katanya? Apakah artinya dia nembak aku? Apakah aku dan dia sudah jadian? Tapi diakan tidak ngomong "Kamu mau jadi pacarku?" batinku. Tapi aku terlalu bahagia malam ini, sehingga cukup dengan kata "suka" darinya saja sudah aku puas.
Beberapa saat kemudian makanan kami datang, kami makan malam sambil mengobrol santai. Sejujurnya sih lebih ke dia yang cerita, aku yang dengerin. Semua dia ceritakan, tentang keluarganya, pekerjaannya dan kuliahnya. Dari dia juga aku bisa tahu karakter teman - teman sekelasnya walaupun cuma garis besarnya saja, dan aku juga tahu bagaimana dosen kalau di kelas, semua dari cerita Herri. Tanpa terasa malam semakin larut, akhirnya kami pun keluar dari Cafe. Seperti biasa, Herri yang bayar di kasir semua yang kami makan, sebenarnya aku tidak terlalu suka, tapi karena dia yang ajak y sudah, biar saja.
Kami keluar dari Cafe menuju tempat parkir, tiba - tiba Herri menggenggam tanganku, jantungku terasa copot, mukaku terasa panas, padahal udara malam cukup dingin, aku benar - benar melayang, apalagi ketika mendekati mobil Herri melingkarkan tangannya ke pinggangku, rasanya aku mau pingsan karena bahagianya.
"Nita tidak apa - apa?" tanyaknya
"Tidak apa - apa" jawabku sambil tertunduk malu.
"Nita malu y?" godanya
Aku langsung mendorongnya, tapi dengan tangkas Herri menangkap tanganku dan aku pun langsung masuk ke dalam pelukannya, aku benar - benar malu, badanku gemetar hebat menahan gejolak hatiku. Herri memelukku sangat erat, rasanya aku tidak bisa bernafas, beberapa detik kemudia dia melepaskan pelukannya dan secepat kilat mencium pipiku. Aku cuma berdiri terpaku, kepalaku kosong, terkejut dengan apa yang terjadi. Herri membukakan pintu mobilnya, dan aku pun naik dengan tersipu malu. Rasanya malu banget, aku takut menatap Herri, sepanjang perjalanan pulang aku diam seribu bahasa.
Sesampainya di rumah, Herri mengantarku sampai dalam, setelah pamitan dengan orang tuaku, diapun pamit.
"Si Herri itu anaknya sopan banget" kata Bapakku.
"Bapak suka sama Herri, apapun hubungan kalian, Bapak setuju" ujar Bapakku tiba - tiba.
"Apaan sih Bapak ini, aku dan Herri cuma teman" jawabku
"Bapak kan pernah muda Nak, kalau ada laki - laki yang bela - belain datang malam Minggu ke rumah wanita, berarti wanita itu spesial" kata Bapak.
"Idih Bapak, kita lihat aja besok, sekarang Nita mau istirahat dulu, ngantuk" ucapku. Bapak cuma geleng - geleng.
Di kamar, aku terus teringat kejadian di tempat parkir Cafe tadi, otakku terus saja membayangkannya, bagaimanapun aku berusaha untuk melupakannya tapi rasanya ada terus. Seperti bunyi iklan sebuah permen di televisi.
"Rasanya ada terus...." bunyi iklannya.
"Ada SMS...." Hpku berbunyi
Aku ambil Hpku dan ku lihat ada SMS dari Herri.
"Udah tidur cantik....?"
"Belum....." jawabku
"kenapa belum tidur.....?" tanyaknya
"Belum ngantuk" jawabku
"Nita tahu gak sekarang aku lagi apa?"
"Gak tahu..." jawabku
"Lagi lihat salak, aku punya dua salak, besar - besar lagi" ceritanya.
"salak???" tanyakku lagi. Pikiranku mulai ngeres, "ini laki - laki kok mesum sih" batinku.
"Nita mau lihat gak kedua salakku?" tanyaknya di SMS berikutnya.
"Enggak ah" jawabku. Pikiran mesum mulai memenuhi pikiranku.
"Serius nih gak mau lihat salakku, nanti nyesel lo" ujarnya meyakinkanku.
Aku mulai terpengaruh bujukan setan, dan tiba - tiba aja aku menulis SMS
"Mana foto salaknya, coba aku lihat"
"Aku kirim fotonya sekarang" SMSnya
Pikiranku sudah kotor banget, membayangkan sesuatu yang terlarang.
"Ada SMS" bunyi Hp ku
Aku segera membuka MMS yang dikirim Herri, ketika foto terbuka ternyata Herri memang mengirimkan aku foto dua buah salak yang diletakkan di atas piring dan memang ukuran kedua buah salak itu jumbo. Aku cuma senyum masam.
"Bagaimana? Besarkan salakku?" tanyaknya.
"Iya besar, gak sangka aku ada salak sebesar itu" jawabku untuk menyenangkan hatinya
"Nita mau....?" tanyaknya
"Aku maunya salak yang lain, bukan salak di foto" batinku, dasar piktor (pikiran kotor) aku ini.
"Mau.... " SMSku
"Besok aku bawakan ke kampus deh" jawabnya.
"Oke, aku tunggu" SMSku
"Sekarang kita tidur y, udah ngantuk nih" SMSnya
"Oke, met tidur Mas Herri, mimpi indah" tulisku.
"Met tidur cantik...." SMSnya.
"Aku malam ini kayaknya bakal kesulitan tidur nih" batinku.
Aku berusaha memejamkan mataku, tapi otak mesumku tidak mau bekerja sama. Setelah berjam - jam bergelut dengan pikiranku yang ke sana kemari akhirnya aku tertidur juga.