Chereads / The Oldest Land / Chapter 20 - Kekuatan Ajian Angin

Chapter 20 - Kekuatan Ajian Angin

Saat malam semakin gelap dan bayangan semakin menjadi kabur, bintang dan bulan menyembunyikan dirinya di balik awan

Disebuah bukit yang terhampar rumput hijau dengan bunga putri malu diantaranya, berdiri seorang remaja yang mengeluarkan keringat yang deras dari kepalanya

mengepalkan giginya dan mengertakan emosi serta fisiknya, dia berjuang dengan rasa sakit yang menyayatnya dari dalam tubuhnya

Semakin lama semakin berat apa yang dirasakannya, kepala mulai terasa pusing dan nafasnya semakin susah

Keberhasilannya atau kegagalannya hanya akan menjadi kenyataan saat dia berhasil bertahan

seberapa kuatlah tekatnya atau hanya sebatas itu saja batasan dirinya, dia bertanya tanya di dalam hati dan pikiranya

"aku sudah kepalang nanggung" gumamnya dan hanya ada satu kata yang bisa menggambarkanya yaitu Nekattttttt

Tetapi itulah semangat untuk menjadi seorang Penjaga, mereka yang hanya rela setengah jalan tidak akan mempunyai bentuk dan mereka yang bisa bertahan akan mampu membentuk jati dirinya

setelah waktu berlalu dan tidak diketahui tepatnya, terdengar bunyi "krekkk" seperti bunyi patah. Dan jika di lihat dengan seksama bunyi patah itu berasal dari tubuh anak remaja tersebut

" cukup le kamu bisa istirahat, kita lanjutkan besok. Kamu sekarang sudah berhasil untuk memahami bentuk angin dan dapat mempergunakanya dengan cara yang terbatas. seperti suara patah yang berasal dari tubuh kamu itu, terjadi karena kamu sudah berhasil mendorong angin yang ada di dalam diri kamu. Dan mengarahkannya ke pembulu darah mu untuk membersihkan kotoran yang tercampur dengan darah, sehingga membran yang memisahkan kotoran dan darahmu rusak dan menjadi lancar. mungkin kamu sekarang bisa merasakan aliran darah dan jantung mu semakin meningkat dan wajah serta lengan mu memiliki, warna yang kemerahan jika kamu bisa melihatnya sekarang".

" benar ke Adi merasa jauh lebih segar dan bisa di bilang semakin ringan tubuhnya, dan seperti keluhan dan pegal" yang Adi rasakan sebelumnya menjadi menghilang".

" nah itu lah terobosan pertama dalam ajian angin sekarang setelah kamu istirahat sejenak, coba kamu berlari disekitar dan rasakan aliran angin dan gunakan dalam langkah kakimu". mengintruksikan Adi dengan menunjuk hamparan rumput yang ada

" baik ke Adi coba"

berlari sambil mencoba mengingat ajaran kakeknya Adi memusatkan pikirannya, sampai dia merasa mulai seperti menginjak lapisan tipis angin dibawah kakinya. Tanpa menyadari dia berlari semakin cepat dan jika di lihat dari jauh dia seolah terbang rendah di atas tanah.