Chereads / The Oldest Land / Chapter 4 - Cikal

Chapter 4 - Cikal

Embun masih belum kering dari telapak daun, matahari baru bangun di ufuk timur, terdengar suara lari yang konstan membuat banyak hati bertanya.

Masih subuh saat Adi memulai latihan fisiknya, menjadi seorang Penjaga adalah perjalanan yang panjang. seperti hari ini untuk dapat naik ke tahap selanjutnya dari Ilmu Kanuragannya Adi wajib mengisi tubuhnya dengan makanan fisik dan rohani.

"sudah kamu selesaikan lari pagi mengelilingi desa le? ". tanya kakek Adi kepadanya.

" belum kek, Adi masih kurang dua putaran lagi, kalau sudah selesai Adi panggil kakek". jawabnya kepada kakeknya.

" yasudah lanjutkan, dan ingat jangan sampai matahari terbit, sebelum kamu dapat menyelesaikan lari mu". tegur kakeknya mengingatkan.

" ya kek, Adi tahu....." ( sambil berlari meninggalkan rumahnya melanjutkan mengelilingi desa).

dengan lingkar desa seluas 10 km² memang bukan pekerjaan yang mudah untuk anak remaja seusianya, yang harus berlari 5 putaran keliling desa, beruntung baginya kakeknya hanya memintanya mengitari lingkar dalam desanya, dan bukan lingkar keseluruhan desa. Tapi itulah syarat yang harus dilakukan Adi, untuk dapat mencapai batasan dari ilmu Kanuragan turun temurun, yang akan di wariskan kakeknya kepadanya.

Tidak ada jalan pintas dalam mendapatkan sesuatu yang berharga dan tahan lama. Itu yang ingin disampaikan kakeknya kepada Adi, bahwa tidak ada yang bertahan lama, jika pondasinya tidak kuat.

Dan ukuran desa Adi memang menjadi salah satu desa yang luas wilayahnya, dengan lingkar keseluruhan adalah 10 Km², dan lingkar dalam hanya 4 km² yang digunakan untuk tempat tinggal warga sekitar yang berkisar 125 KK keluarga di desanya. Dan memiliki warga sekitar 400 an warga desa yang baik muda dan tua hidup damai berdampingan.

hu..hu...hu...hu.... terdengar suara nafas yang sesak dan langkah kaki yang semakin berat, Adi mulai merasa tubuhnya sudah tidak mampu lagi, hanya tekat untuk bisa menjadi Penjaga yang masih menyisakan harapannya.

" aku terlalu lelah dan rasanya kaki ku seperti terikat tali yang berat, apa ini saja batas ku? atau hanya ini saja kemampuan ku?, bukanya kemarin aku menembus lapisan jasmani dan fisiknya menjadi 3 X ukuran kekuatan orang normal", sambil berpikir dan bertanya pada dirinya sendiri, Adi mencoba melanjutkan larinya.

hampir 10 menit sebelum matahari mulai keluar dan sosok Adi mulai terlihat di pintu gapura desanya.

" akhirnya gerbang surga terlihat, haaaa........ ( berteriak sambil berlari menambah kecepatan yang ada).

" sial kalo cuma segini kecepatannya ga akan sampai tepat waktu, ( melihat kebelakang untuk menyadari bayangan dirinya yang mulai nampak, akibat sinar matahari yang mulai terlihat di timur desa) ayoooooo terusss aahhhhh".

Kurang dari 2m sebelum Gapura desanya terdengar suara " gedebuk" suara jatuh benda yang berat.

" ahhhhhhhh akhirnya sampaiiiiiiii, aduhhhhhhh sialan kaki ku"( meringis menahan sakit akibat melompat untuk sampai ke batas gapura desanya).

" bagus kamu istirahat 10 menit, sebelum kita pulang ke rumah dan lanjutkan latihan sampai siang di halaman belakang". komentar kakeknya saat melihat Adi yang kelelahan terkapar di tanah seusai berlari.

Setelah beristirahat, Adi kembali berjalan dengan lelah menuju rumahnya, yang ada di ujung barat desanya.

" sekarang tarik nafasmu dan hembuskan secara perlahan dan teratur, jangan terburu" ikuti suara ritme jantung mu". pesan kakeknya kepada Adi.

Dengan duduk bersila dan menyatukan tangan di depan dadanya, dan memejamkan mata sambil mendengar instruksi kakeknya, Adi memulai latihan Kanuragannya.

mengatur nafas dan membangkitkan semangat, adalah tahap awal dari dasar mengolah Kanuragan. menyelaraskan pikiran dan menjadi satu dengan tubuh, adalah syarat mutlak membentuk konsentrasi dalam bermeditasi.

setelah menyelaraskan nafas dan detak jantung, Adi mulai merasa pikirannya kosong, memasuki keadaan mendalam Adi mencoba tetap fokus pada penyatuan rasa pikirannya.

Ketika matahari mulai sejajar di atas kepala Adi, terdengar suara kakeknya.

" hembuskan nafas mu secara perlahan dan buka matamu secara perlahan juga". Instruksi kakeknya kepada Adi.

Menghembuskan awan putih dari mulutnya, Adi mulai membuka perlahan matanya.

" Bagus, sekarang kita sudahi latihan siang ini, konsolidasi roh mu Dangan fisik mu nanti tengah malam adalah waktu yang paling tepat. Dan saat kamu sudah bisa mensejajaran pikiran dan roh mu disitu kita mulai memurnikan niat Kanuragan mu". penjelasan kakeknya kepada Adi.

" Baik ke". jawab Adi singkat dengan mata berbinar menantikan waktu malam tiba.