Chereads / The Oldest Land / Chapter 3 - Keluarga yang Hangat

Chapter 3 - Keluarga yang Hangat

Rumah Adi adalah rumah terbesar di desanya, itu bisa dimaklumi karena desa Lawang Sewu adalah desa dimana keluarga Adi secara turun temurun memimpin. Hal ini bisa terjadi karena gelar Demang yang diberikan oleh Raja pertama kepada leluhur Adi, yang masih kerabat jauh dari Raja. Jadi sudah menjadi hal yang lumrah dari setiap anak di keluarga Adi, untuk menjadi seorang kepala desa dengan gelar Demang, karena tanah dan gelar yang diberikan Raja kepada keluarganya.

Adi tergolong anak yang pendiam untuk warga desa tetapi tidak untuk keluarganya khususnya kakek dan neneknya, sikap pendiam Adi tidak terlepas dari kondisi keluarganya, yang hanya menyisahkan Adi dan kakek serta neneknya. Awalnya Adi adalah anak yang ceria dan suka bercanda, ini terjadi sebelum tragedi yang dialami olehnya ketika Adi berusia 10 tahun, keluarga yang bahagia dan penuh canda tawa itu, menjadi sepi selama beberapa tahun. Karena meninggalnya kedua orang tua Adi dan adik perempuannya dalam sebuah tragedi, kecelakaan yang menimpa Adi dan keluarganya, saat sedang dalam perjalanan mengunjungi kerabatnya di luar daerah.

Seperti pada umumnya di seluruh kerajaan Java, setiap anak dibawah 7 tahun memiliki kesempatan untuk menjadi seorang Penjaga, terlepas dari status dan kondisi keluarga mereka. setiap anak baik laki-laki maupun perempuan wajib menguji bakat mereka di sebuah gedung yang didedikasikan untuk mengetes jiwa dan kekuatan mental mereka. dan gedung tersebut bernama Budoyo, yang dimiliki setiap desa, dengan seorang Sesepuh sebagai pemimpinnya.

Pagi hari di sebuah halaman yang luas dengan pagar tembok setinggi 3 meter yang mengelilingi halaman tersebut. Duduk seorang anak laki-laki, dengan cara bersila dengan menyatukan kedua telapak tangan di depan dadanya. Berdiam diri dan mencoba khusuk memahami, aura alam semesta, ya bocah itu adalah adi, yang sedang berusaha keras untuk dapat menembus alam kebatinan diusia yang muda. Di dampingi oleh kakeknya, yang berperawakan kurus menggunakan kaca mata, tetapi memiliki mata yang tajam dan tegas. Duduk di depan Adi sejauh 5 meter, sambil memejamkan matanya dengan tangan yang menyatu. Mengangkat tinggi ke arah matahari, posisi mereka sudah bertahan semenjak subuh, sampai matahari yang sudah mulai meninggi dan mulai sejajar dengan bayangan mereka. Dan tepat saat matahari sejajar dengan kedua bayangan Adi dan kakeknya, hembusan awan putih keluar dari mulut Adi dan kakeknya. membuka kedua matanya secara peelahan, Adi melihat sosok lelaki paruh baya yang tersenyum kepadanya.

############ (BUAT BSK)

" kakek aku berhasil, akhirnya aku bisa mulai masuk tahap jasmani". Adi tersenyum sambil berbicara kepada kakeknya, untuk mengungkapkan rasa pencapaiannya.

" ya kamu berhasil le". sapaan sayang kakeknya kepada Adi. " Adi kamu harus ingat, jalan yang dilalui oleh seorang Penjaga adalah jalan yang tidak mudah. Banyak orang yang gagal, selama proses Mereka menjadi Penjaga dan hanya segelintir dari mereka yang mempunyai tekat dan usaha yang gigih yang mampu berhasil. kakek berharap kepada kamu, untuk terus berusaha dan jangan setengah-setengah dalam melakukan sesuatu. Terutama ilmu Kanuragan ini, karena akibatnya akan fatal. Dan sekali mereka menentukan untuk menjadi Penjaga, hanya akan ada dua pilihan nyaitu berhasil atau gagal".

" kenapa hanya ada dua pilihan ke? ". tanya Adi serius kepada kakeknya.

" kenapa kakek bilang hanya ada dua pilihan, karena sekali mereka menempuh ilmu kanuragan, disitu juga nasib mereka sebagai manusia biasa akan tergantikan. Nyaitu menjadi seorang Penjaga jika mereka berhasil dan menjadi tersesat ketika mereka gagal. Berhasil tolak ukurnya hati, jiwa, serta raga mereka menjadi satu yang disebut " Melebur" dengan kehendak alam. Dan nafsu sudah bukan lagi lawan mereka, karena mereka sudah bisa mengontrolnya. Sedangkan jika mereka gagal mereka akan menjadi budak nafsu, yang disebut "Gilani" yang akan menggerogoti diri Mereka dengan keangkuhan, takabur, dan keserakahan dalam pikiran dan tindakannya. Jadi kakek berharap kamu tidak boleh menyerah, dan terus berusaha sebaik yang kamu bisa, karena ini jalan yang kamu pilih". jawab kakek Adi dengan wajah serius.

" iya kek, Adi akan ingat nasehat kakek dan Adi juga berharap kepada kakek untuk selalu membimbing dan mengingatkan adi, jika Adi mulai salah mengambil jalan dalam perbuatan yang Adi lakukan". jawab Adi dengan suara yang mantap dan serius.

" bagus itu yang kakek harap dan ingat dari apa yang kamu katakan". tersenyum puas dengan jawaban adi, kakeknya menghela nafas.

" ayo-ayo sudah waktunya bagi kalian untuk makan siang, tidak selalu baik lupa waktu dengan apa yang kalian lakukan". panggilan seorang wanita paruh baya dengan tatapan lembut, yang membuat hati orang yang melihatnya menjadi nyaman.

" nenek-nenek Adi udah laper dari tadi, Adi udah ga sabar pengen makan masakan nenek". jawab Adi sambil berlari menuju kedalam rumah, untuk menemui neneknya.

" haaaa( menghela nafas) kalo sudah neneknya manggil soal makan, kakeknya di lupain, le le tole". bergumam kakek Adi mengikuti Adi masuk ke dalam rumah. Melewati lorong yang pendek dengan pot-pot bunga yang menghiasi pinggiran lorong, yang menghubungkan halaman belakang dengan bangunan utama rumah. memasuki rumah, menatap ruangan yang cukup besar dengan ukuran 5×6 M2, dengan meja makan yang panjang yang terbuat dari potongan lurus pohon mahoni yang berbentuk oval. tersenyum wanita separuh baya dengan mengenakan baju berwarna hijau tua, dengan lilitan ikat pinggang yang disebut stagen, khas daerah setempat. dengan rok panjang yang terbuat dari kain yang di tulis tinta malam. Adi menatap sosok neneknya yang tersenyum lembut.

" sana cuci tangan dan muka mu dulu di kamar mandi, dan lap keringat mu sebelum makan masakan nenek" perintah neneknya kepada Adi.

" baik nek, tunggu Adi sebentar cuci tangan dan muka ok". jawab Adi dengan riang menuju kamar mandi.

" masak opo mbok? kayaknya harum sekali, Akung bisa nyium dari luar" . tanya kakek Adi kepada istrinya".

" mbok masak sayur asem, sambel ulek, lalapan, ikan asin, tempe, dan ikan kembung goreng kesukaan Akung dan Adi". jawab sayang nenek Adi kepada suaminya.

" wah bisa habis sebakul ini nasi sama Adi, hahahaha sudah disiapkan tambahan nasinya mbok, tar takutnya kurang Adi" . Jawab kakek Adi sambil tertawa kepada istirnya.

" Oalah adi apa Akung yang ngabisin nasi, rasanya semalem mbok liat ada yang ngambilnya nasi sabakul di dapur pas malem- malem". tersenyum menyindir kakek Adi.

" hus, siapa yang kamu liat itu, semalem apa kamu ngelindur mbok, makanya kalo tidur itu jangan malem-malem inget umur kita mbok". Jawab kakek Adi berkelit .

" nenek, kakek ayo buru makan Adi udah bersih nih". panggil Adi yang telah kembali sehabis cuci tangan di kamar mandi.

" ayo nenek udah ambilin nasi buat kamu, sekarang kamu mau makan pake apa, biar nenek ambilin". tanya nenek Adi.

" loh kok Adi duluan, bukannya kakek duluan ya nek? ". tanya Adi bingung pada neneknya.

" ya mbok kenapa Adi duluan, bukanya Akung dulu?" , tanya kakek Adi bingung.

" apa kamu udah cuci tangan sama muka mu yang berkeringat itu, ha!!! ". jawab sinis nenek Adi kepada suaminya.

" Oalah mbok mbok ga usah marah begitu, maklum aku sudah sepuh jadi pikun hahahaha, ya sudah aku ke kamar mandi dulu, Adi kamu makanya duluan aja, kakek nanti nyusul". jawab kakek Adi kepada istrinya dan Adi.

" kek Adi nunggu kakek aja, paling ga ada lima menit". jawab Adi

" Oalah cak bagus ya mesti begitu, hormati kakeknya dulu hahaha". sambil terkekeh jawab kakeknya menuju kamar mandi.