Chereads / LEO si DUKUN S-1 / Chapter 15 - CH 15 : Kejar Kejaran

Chapter 15 - CH 15 : Kejar Kejaran

Memiliki pertahanan yang rendah membuat anak sima tidak bisa berbuat banyak ketika balok kayu menghantam. Pukulan itu tepat dikepala, menyebabkan anak sima terpental dengan kepala terputar 185 derajat.

Mujurnya anak sima terjatuh pada salah lubang perangkap yang telah disiapkan. 1 menit berlalu tidak ada tanda tanda pergerakan maupun suara. Secara perlahan Leo mulai mendekati lubang, begitu juga hantu tukang jagal. Berbekal senter ditangan Leo mulai mengintip kedalam lubang dengan hati hati.

Anak sima terkapar didasar lubang. Beberapa pasak kayu menembus tubuhnya yang kecil. Leo terus menerangi badan menuju kaki. Leo merasa lega melihat semua tusukan kayu itu. Tidak ada tanda tanda pergerakan disana. Namun ketika Leo menerangi wajah anak sima. Tiba tiba mata terbuka dengan mulut yang menganga melebihi lebar mulut normal.

Kiiiiiikkkkkkkk!

Leo yang kaget bukan kepalang detik itu juga tersungkur mundur dan terduduk ditanah.

Sial dia masih hidup!

Persiapkan balokmu hantu jagal!

Leo berteriak dan memberi perintah untuk mempersiapkan diri. Siap siaga menunggu kedatangan anak sima keluar dari lubang. Tapi hantu jagal hanya terdiam kaku, masih tetap berdiri seperti semula tanpa ada pergerakan.

Hey! Hey!

Leo menaruh curiga melihat gelagat hantu jagal. Itu tidak seperti biasanya, namun inilah kenyataannya. Beberapa detik kemudian Leo tersadar akan kemampuan anak sima ini.

jangan bilang ini gelombang suara?

Kretek kretek tek tek

Sekali lagi Leo mendengar gertakan gigi yang berasal dari dalam lubang. Sebuah tangan mungil dengan kuku tajam terlihat muncul dipermukaan lubang. Beberapa detik kemudian muncul lagi tangan lain disisi sebelah mulut lubang.

Leo yang terkapar ditanah tanpa sadar bergerak sendiri dan terus mundur. Mendorong dengan kedua kaki sambil menyeret pantat ditanah.

Perlahan lahan kulit kepala botak muncul dari lubang. Tidak butuh waktu lama sebelum mata merah itu nonggol dan menatap Leo.

Pem...pe...mm..bo..hon...ng..

Bersamaan gertakan gigi anak sima berbicara dengan terbata bata. Sambil terus merangkak ditanah mengulang kata "pembohong" lagi. Seperti patah patah kepala miring ke kiri dan kanan dalam hentakan cepat.

Entah kenapa, ketika mata itu terpandang kaki Leo terasa lemas. Terus menjalar keseluruh badan, membuat Leo susah untuk bangkit berdiri. Bulu kudu sudah pada merinding. Rasa takut muncul kembali, sama dengan pertama kali Leo menemui hantu wanita.

Kengerian ini sedikit berbeda. Leo sedikit banyak sudah terbiasa dengan tingkat keseraman ini. Namun keganasakan anak sima menggigit setiap hantunya adalah hal berbeda. Leo belum siap menerima kengerian itu.

Memandang tajam, anak sima tiba tiba merangkak dengan sangat cepat kearah Leo.

Keluarlah!

Hantu nyawer muncul diantara mereka. Mulai bergoyang seperti apa adanya. Anak sima sempat terdiam sesaat.

KiiiiiKKkkk!

Namun itu tidak lama, dengan cepat anak sima melompat ke arah hantu nyawer. Sifatnya bengisnya semakin menjadi jadi. Tidak hanya menggigit, anak sima juga mencakar dan mencabik cabik hantu nyawer.

Hantu nyawer terus saja menari sebelum menjadi asap juga. Sebuah kematian yang tetap disertai senyum. Tapi Leo telah bangkit berdiri dan mulai berlari ke pohon didepan.

Dengan gesit Leo berlari dan mata tajam tertuju pada sesuatu disana. Sedangkan anak sima telah mengejar dibelakang Leo. Sampai pada posisi tertentu Leo melakukan sliding dan tanga menyentuh sesuatu.

Sesaat kemudian sebuah bambu melesat diatas kepala dan melewatinya.

Bang!

Ayunan bambu itu menghantam anak sima dan membuatnya terpental beberapa meter dibelakang. Leo tidak menoleh dan hanya langsung bangkit berdiri.

Kiiikkkk!

Anak sima telah pulih dan mulai berteriak. Dilanjutkan dengan pengejaran terhadap Leo. Melompat melewati tumpukan daun Leo bergegas menuju rumah warga didepan.

Kiiiikkk!

Sekali lagi Leo mendengar teriakan anak sima, tetap saja Leo tidak berniat menoleh. melainkan terus bergerak disamping rumah warga. Menghindari padangan anak sima, dari situ Leo berbelok dan memasuki rumah warga terdekat.

Sedangkan anak sima terkatung katung didahan pohon. Terbalik dengan kaki terjerat tali. Bergelut gelur seperti belut, berusaha melepas ikatan kaki.

Hoss!

Hoss!

Leo terengah engah dengan nafas tidak beraturan. Duduk tersandar didinding dalam salah satu kamar rumah warga.

Kretek tek tekk!

Menangkap suara gertakan gigi, jantung Leo terasa lemas. Anak mata melirik ke arah pintu kamar. Tetap terus diam tanpa melakukan gerak apapun. Suara terdengar dekat. Leo mulai menempelkan telinga di dinding.

Sreeekkk!

Tidak hanya gertakan gigi yang terdengar. Sura langkah dan cakaran dilantai juga terdengar jelas.

Prangg!

Sekarang terdengar suara kaca pecah. Leo masih terdiam dikamar. Tapi anak sima mulai mengobrak abrik dapur dibelakang.

Sial!

Apa lagi yang dibuat siluman tu didapur!

Setiap kali ada piring pecah maupun gelas. Jantung Leo terasa terhenyut. Seiring waktu suara suara itu mulai mengecil. Lama kelamaan hilang ditelan bumi. Satu menit berlalu, Leo masih menempelkan telinga di dinding kamar. Dipastikan siluman telah pergi menjauh.

Baru kemudian Leo bisa menarik nafas lega. Jantung yang berdetak kencang karena takut, kini bisa kembali tenang. Suasana kembali tenang dengan kamar yang gelap. Dengan kepala tersandar di dinding, Leo menerawang dek kamar.

Terlintas semua ingatan tentang apa yang terjadi malam ini. Apa yang membuat Leo tidak habis pikir adalah ketika anak sima berada dalam lubang perangkap. Bahkan dalam kondisi seperti itu, anak sima tidak mati.

Mengangkat baju, Leo mengambil buku saku yang terselip di punggung. Mencoba mengingat apa yang dikatakan hantu kakek. Status yang dimiliki oleh siluman itu. Setelah selesai mata tertuju pada kelemahan siluman anak sima.

Ibu?

Mungkin ini seperti hantu remaja?

Leo berusaha mengaitkan semua yang telah terjadi. Kesimpulan yang didapat, Leo harus menangkap hantu ibu. bagi Leo mungkin saja itu pra syarat yang harus dipenuhi jika ingin membunuh siluman anak sima.

Jika memang begitu kesimpulannya, maka hanya ada satu dalam pikiran saat ini. Hantu wanita yang bersembunyi di gudang genset. Mengingat kemampuan hantu wanita itu untuk memanipulasi lawan dengan perkataan. Leo pikir itu masuk akal juga.

Bila bisa menangkap hantu wanita, lalu memerintahkan siluman anak sima membunuh diri. Mungkin saja bisa berhasil. Leo mendapati secercah harapan.

Bangkit berdiri Leo berniat meninggalkan kamar. Tanpa segaja jari kaki tersandung tiang tempat tidur.

Awwww!

Dengan sigap Leo menutup mulut dengan tangan. Sambil tangan yang lain mengusap jari kaki yang terus berdenyut. Leo meringis kesakitan tanpa suara. Mata mulai cekatan melirik kiri dan kanan. Khawatir suara dia terdengar oleh siluman.

Terpandang dua bintik merah pada lemari baju disudut kamar.

Gajah!

Leo berteriak kaget sambil tersandar disudut kamar samping pintu.

Klik!

Tanpa sengaja saklar lampu kamar terpencet. Menerangi seisi kamar menunjukan wujud asli dari kedua mata ini.

Ahhh! Kamuu!!

Dengan latah Leo berteriak sambil menunjuk ke arah lemari baju. Itu tidak lain tidak bukan adalah sosok hantu wanita. Leo tidak menyangka jika hantu ini lari dan bersembunyi disini. Pertemuan ini tentu saja membuat kaget. Baru juga Leo berfikir mencari hantu wanita, eh sekarang muncul didepan mata.

Bangg!

Jendela kamar hancur berantakan. Membawa siluman anak sima bersamanya. Yang sekarang terlihat siap menerkam ke arah Leo. Bagaimanapun juga pintu dan jendela terletak pada satu garis lurus.

Bamm!

Refleks kaki Leo menendang kepala siluman. Membuatnya terpental ke dinding kamar dan telentang dilantai. Leo sempat kepikiran dan melirik ke arah kaki. Namun ketika mata mendapati siluman anak sima mulai bangkit berdiri. Berdesut Leo keluar dari kamar.

Bangg!

Siluman anak sima menjebol pintu kamar kemudian menempel di dinding rumah.

Kiiikkkk!

Sekali lagi siluman menerkam ke arah Leo. Melirik kebelakang terpandang sebuah rice cooker.

bangg!

Rice cooker tecerai berai menghantam kepala siluman. Terpental kebelakang berguling beberapa kali. Namun itu tidak lah cukup untuk menghentikan siluman anak sima. Yang kini telah mulai melompat ke dek dan merangkak seperti cecak mendekati Leo.

Tangan Leo menangkap kursi plastik dan mulai mengibaskannya ke arah siluman. Anak sima tertahan di dek rumah untuk sementara waktu sebelum akhirnya bergerak. Melompat dan langsung menerkam ke arah Leo. Tekanan itu membuat Leo tersandar ke lemari. Siluman dengan gesit mencakar ketika tertahan kursi diantara mereka.

Walaupun tertahan di lemari, membuat Leo susah bergerak. Namun tetap bertahan sekuat tenaga, menjaga cakar itu jauh dari muka. Mata mulai melirik kiri dan kanan. Apakah ada barang yang bisa digunakan pada situasi ini.

Dilaci yang terbuka sedikit, terpandang sebuah gunting besar. Namun tangan Leo sedang sibuk, sedikit saja dia melepaskan pegangan pada kursi. Siluman anak sima dipastikan menerkam ke arahnya.

Cracckk!

Sebuah suara retakan terdengar. Kursi plastik tua ini sepertinya sudah mencapai batas. Leo mulai menjadi panik, apa yang harus dia lakukan. Bahkan rice cooker tidak bisa menghentikannya. Leo membutuhkan senjata tajam saat ini.

Leo melirik ke arah dapur. Mungkin saja ada sesuatu disana yang bsia digunakan. Namun sebelumnya dia harus melepaskan diri dari siluman.

Bang!

Leo menendang kursi yang sekalian membuat siluman anak sima terlempar. Bergegas Leo mengambil gunting. Siluman anak sima yang terlempar, dengan gesit menerkam ke arah Leo.

Splash!

Sebuah gunting tertancap dimata siluman anak sima. Membuatnya terkapar dan berguling fuling dilantai sambil memegang gunting.

Kiiikkkk! Kiiikkk! Kikkk!

Jeritan demi jeritan bisa didengar. Bergegas Leo menuju dapur dan membongkar apapun yang ada disana mencari barang tajam. Dikepala Leo saat ini parang adalah pilihan terbaik, selain dari itu apapun tidak masalah bagi Leo.

Bukan berarti Leo tidak berniat lari keluar. Hanya saja melarikan diri tidak akan merubah keadaan. Siluman anak sima tetap akan mengejar dia, belum lagi kecepatan mereka tidak seimbang.

Brackkk!

Siluman anak sima bertengger ditungku api. Gunting sudah tidak ada lagi di mata. Bahkan bekas luka juga tidak ada.

Kikkkk!

Melihat keberadaan Leo siluman anak sima berteriak. Ada jejak kemarahan dimatanya. Ada jarak diantara mereka di dapur. Bertahan pada masing masih sudut dapur. Tangan Leo sudah terkepal sambil memasang kuda kuda. Jika harus mati paling tidak dia telah memberikan perlawanan. Terpancar jelas dari tatapan mata Leo.