Leo duduk tersandar di sebatang pohon. Merebahkan badan yang lemah dan sakit. Pandangan mata yang terlihat sayup. Sedikit demi sedikit mulai tampak bersemangat. Sambil terus menatapi mulut sumur.
Dentangan demi dentangan terus terjadi. Hantaman keras, cakaran, jeritan, melengkapi malam yang sunyi. Leo menyerahkan hidup pada jalan takdir. Jika siluman anak bisa berhasil keluar. Tidak ada perlawanan yang bisa Leo lakukan.
Tapi Yang Maha Kuasa masih menghendaki dia tetap mengarungi dunia ini. Sekeras apapun siluman anak sima berontak. Dia tidak bisa melepaskan diri dari sumur. Sebuah sumur dengan katup milik warga.
Sepengetahuan Leo, di kampung baya asli memang ada sumur berpenutup seperti ini. Untuk mencegah anak kecil tecebur kedalam sumur. Mengingat banyak anak kecil yang suka berkeliaran di lingkungan kampung.
Leo juga tidak menyangka jika dia bisa mengunakan sumur itu untuk menyegel siluman. Alu saja yang merupakan buatan kayu ulin bisa hancur. Gigitan siluman itu tidak bisa diremehkan.
Walaupun Leo menduga penutup sumur ini dibingkai baja dan dilapis besi. Namun Leo menduga karena tutup rapat dari semua sisi, serta penutup yang datar. Pontesi gigitan siluman tidak bisa dimasimalkan.
15 menit berlalu. Suara itu masih belum mereda. Sisi baiknya penutup itu cukup kokoh. Leo terlihat bisa bernafas dengan normal kembali. Sambil beristirahat menunggu kaki memiliki sedikit tenaga untuk berjalan.
30 menit berlalu, Leo mulai bangkit berjalan menuju ke geraja. Semua perlengkapan dasar dia ada disana. Termasuk juga perlengkapan P3K standar. Begitu Leo mulai menjauh dari sumur. Kepala sempat menoleh kebelakang. Tidak ada lagi hentakan keras yang terdengar. Menyisakan gertakan gigi serta suara rintihan anak kecil. Terkadang berubah menjadi panggilan mencari ibunya.
Isak tangis bisa didengar. Itu sangat menyedihkan. Tapi Leo tahu siapa dan apa yang memiliki suara itu. Tidak ada belas kasian yang terpancar dari mata. Melainkan kobaran semangat perjuangan. Kembali kaki melangkah menuju gereja.
:::::::::: 3 hari :::::::::::
Tidak ada batasan waktu selama di dungeon. Juga tidak ada batasan waktu kapan harus di selesaikan. Leo memiliki semua waktu yang ada untuk perlahan menapaki dungeon ini.
3 hari sudah cukup untuk Leo beristirahat. Walaupun luka belum sembuh total. Tapi sekarang sudah mengering. Rasa perih juga sudah sangat berkurang. Hanya menyisakan beberapa luka sayatan akibat pecahan kaca.
Luka itu cukup lebar, masih perlu tambahan beberapa hari untuk kering. masih berlapis perban. Sesekali Leo membuka untuk mengganti perban dan mengolesi salep.
Selama tenggang waktu itu hantu hantu Leo tidak tinggal diam. Masih terus mengawasi siluman yang terkurung di sumur. Juga mengawasi hantu ibu. Leo berniat hantunya dapat bertindak mandiri dan menangkap hantu wanita itu. Kunci untuk membunuh siluman mungkin ada bersama dia.
Sayang sekali, hantu hantunya sangat kaku. Seperti halnya robot mereka tidak bertindak melebihi batasan perintah. Tidak ada improvisasi sama sekali. Leo benar benar harus turun tangan untuk menyelesaikannya. Malam ini adalah malam yang tepat. Leo siap menangkap hantu ibu pendosa itu.
:::::::::: malam hari ::::::::::
Seperti malam sebelumnya. Leo sudah mengelilingi gudang genset. Kali ini formasinya berbeda. Hanya ada 2 hantu, yaitu hantu remaja dan hantu tukang jagal. Ujung tanduk tetap hantu remaja. Satu satunya hantu yang tidak terpengaruh oleh kemampuan hantu ibu. Sedangkan hantu tukang jagal, memiliki tugas menyegel mulut hantu ibu.
Satu satunya hantu yang bisa memegang senjata. bahkan kain sarung tergolong senjata. Walaupun serangannya tidak seberapa, tapi fungsi kain masih bisa digunakan untuk menyumpal mulut.
Leo belajar beberapa hal dalam malam malam terakhir ini. kemampuan hantu ibu itu bisa mengenai banyak hantu tanpa ada batasan. Namun dalam ruang lingkup paling jauh 2 meter dari dia.
Lebih dari itu suara dapat didengar, tapi kemampuannya tidak efektif. Belum lagi kemampuan itu dibatasi oleh MP. Tidak hanya hantu yang telah ditangkap. Hantu yang berkeliaran juga sepertinya dibatasi oleh jumlah MP, serta prasyarat penggunaan kemampuan.
Trik yang dilakukan Leo tidak jauh berbeda dengan malam sebelumnya. Tapi perangkap hanya jerat tali. Ketika hantu ibu lari dari gudang. Jerat tali aktif dan membuat dia tergantung terbalik di dahan pohon.
Dari situ hantu remaja menghampiri dan mulai menyerang. Leo tetap menunggu dari jauh. Hantu tukang jagal telah siaga. Mata Leo tertuju pada kantong kain yang selalu dipeluk oleh hantu ibu. Kunci untuk membunuh siluman mungkin ada disana.
Sekian waktu berlalu, Leo mendengar beberapa kali hantu ibu berbicara. Tapi Leo tidak langsung menyuruh hantu tukang jagal menghampiri. Melainkan memindai dengan hantu kakek.
Melihat status MP sudah berkurang. Leo melirik dan mengangguk ke arah hantu tukang jagal. hantu tukang jagal paham. Kemudian bergerak dari belakang hantu ibu dengan sebuah sarung ditangan.
hantu remaja memegang kepala hantu ibu. Membuat dia fokus kearahnya. Detik berikutnya sarung disumpal kemulut hantu ibu.
Srek!
Mengikatnya keras disana. Baru kemudian hantu tukang jagal memegang kedua lengan hantu ibu. Menahan dia untuk berusaha membuka sarung. Melihat situasi sudah aman baru Leo memberanikan diri keluar.
Memanggil hantu pemabuk keluar. Seranganpun dilancarkan dengan gencar. Tidak ada yang bisa dilakukan oleh hantu ibu. Lari juga tidak bisa. hanya utuh menerima nasib. Yang membawanya berubah jadi asap dan menjadi kartu.
Kantong kain yang selalu peluk hantu ibu tidak ikut menghilang. Setelah memungutnya Leo baru menyadari kalau ada sesuatu yang berdenyut didalam. Itu adalah sebuah jantung berwarna hitam.
Diatas telapak tangan Leo mencoba memerasnya. Itu kembali lagi kebentu semula dalam hitungan detik. Masuk kesalah satu dapur warga. Leo menancapkan jantung itu dengan pisau.
Walau tertancap di jantung. Tetap saja jantung itu terus berdenyut. Setelah dilepaskan bekas luka itu sembuh seketika. Begitu juga ketika Leo mencoba membelahnya dengan parang. Hasil tetap sama.
Leo mulai berfikir. Benda tajam tidak memiliki pengaruh sama sekali. maka sekarang Leo mencoba dengan api. menghidupkan tungku dengan kayu bakar lalu melemparkan jantung ke dalam bara api.
5 menit Leo menunggu. jantung tetap berwarna hitam dan tetap saja masih berdenyut dalam kobaran api. Kening kepala Leo mulai mengkerut. Bahkan setelah dalam kobaran api beberapa menit. jantung ini tidak panas sekali. Suhu tetap normal seperti suhu tubuh.
Semakin lama Leo pandang, semakin dia merasa jantung ini memiliki kehidupan. Tapi dia tidak termusnahkan. Leo teringat akan film Pirates of the Caribbean: Dead Man's Chest. jantung ini serasa seperti Jantung dari Davy Jones.
Leo berfikir apa mungkin dia akan menjadi siluman jika dapat memusnahkan jantung ini. Leo mulai membayangkan memiliki gigi taring. Kepala botak dengan kulit pucat. Berjalan dengan merangkak seperti cicak. Hayalan yang mengerikan. Segera Leo menghapus itu semua.
Sambil menggenggam jantung Leo melangkah keluar. Jika semua itu tidak bisa dilakukan. Maka akan ada prasyarat yang harus dipenuhi. Dengan kartu hantu ibu ditangan. mata mulai menatap kedepan. Kaki mulai melangkah. Leo bergerak menuju ke sumur dimana siluman tersegel.
Leo berdiri tepat didepan sumur. Seperti biasa, suara rintihan, gertakan gigi dan panggilan mencari ibu masih jelas terdengar. Leo tidak tahu pasti apakah ini akan berhasil. Untuk antisipasi hantu hantunya telah bersiaga disekitar.
Sambil memegang jantung dan kartu hantu ibu Leo menatap grendel penutup sumur. Pikiran berkecamukan dengan banyak hal. Ingatan menyakitkan ketika menghadapi siluman ini juga muncul. Ada keraguan dihati yang kian menderu dikepala.
Seolah olah menolak untuk melakukan hal yang bisa membuat dia tersakiti. Ketika tangan ingin menggapai grendel. Sempat terhenti sebentar. Getaran bisa terlihat ditangan. Jantung berdetak makin kencang. Bahkan tangan sempat ditarik sedikit untuk menghindari grendel.
Leo mulai menutup mata dan menarik nafas panjang. Menyakinkan dirinya sendiri. Bahwa dia tidak bisa keluar dari sini tanpa menyelesaikan semua ini. Mata kembali terbuka dengan tegas tangan membuka grendel.
Menarik langkah mundur Leo mulai menjaga jarak. Beberapa saat kemudian Penutup sumur mulai terbuka pelan. Dimulai dari dua buah tangan yang keluar dari dalam sumur. Secara perlahan penutup terangkat menampakan 2 mata merah dari balik bayang. Disusul dengan gigi tajam dari siluman.
Kiiiikkkk!
Bertengger dimulut sumur. Siluman anak sima menatap tajam ke arah Leo. Tapi dia tidak bergerak dan menyerang Leo secara langsung. Melainkan mengertakan gigi sambil terus menatap.
Leo melirik ke arah jantung ditangan. Menyodorkannya kedepan. Disaat itu juga siluman anak sima terlihat bergerak sedikit mundur. Ada rasa takut sedikit terlihat disana. Bisa dipastikan jantung memang memiliki makna.
Keluarlah!
Leo semakin yakin berada pada jalur yang tepat. Memanggil hantu ibu merupakan langkah berikutnya. Siluman anak sima tanpak siaga. Sesuatu yang baru keluar membuat dia mengerang tegas.
Tapi, setelah melihat hantu ibu. Mulut yang mengerang perlahan mulai tertutup. Tangan tidak lagi mencengkeram sumur dengan keras. Melainkan sudah mengendor. Secara perlahan siluman anak sima mulai turun ke tanah.
Suasana mencekam berubah menjadi malam yang sunyi dan dingin. bahkan apa yang dirasakan merupakan kesedihan yang mendalam. Walaupun tidak ada kata yang terucap diantara mereka. Tatapan mereka saja sudah mensiratkan sebuah kerinduan yang mendalam.
Ibu...
Isak tangis mewarnai suasana ketika memanggil sang ibu. Namun sang ibu tidak menjawab. Mencoba mengangkat tangan, tapi segera diturunkan sambil menunduk. Ada keraguan, ada penyesalan, juga ada kesedihan yang bisa dirasakan.
Ibu... Ibu...
Sekali lagi siluman anak sima memanggil ibu sambil menangis. Mengusap kedua mata dengan tangan. Mencoba membuang air mata kesedihan ini. Sang ibu mulai tidak tahan akan kerinduannya. Mengangkat kepala, tangan mulai terentang, kemudian melangkah pelan ke siluman anak sima.
Anak ku...!
Siluman anak sima berlari dan memeluk ibunya. Ibu juga membalas pelukan itu. Isak tangis mulai terjadi diantara mereka. Pelukan semakin erat dengan air mata membasahi keduanya.
Leo yang memandang dari jauh tidak luput juga dengan kesedihan ini. Mata kini mulai berkaca kaca. Tidak tahu apa yang terjadi. Tapi momen kerinduan dan kesedihan ini bisa dirasakan dalam hati kecil Leo. Segala macam ingatan yang menyakitkan dikala itu. Seperti terlupakan sesaat digantikan oleh momen ini.
Winggg!
Jantung ditangan mulai bercahaya. Perlahan warna hitam mulai memudar. Digantikan warna merah jantung yang sebenarnya. Tangan Leo merogok pisau dari pinggang. Siap menusukkannya ke jantung. Namun itu tertahan sebentar.
Leo tahu ini seharusnya begini. Tapi juga dia mulai merasa sedikit keraguan. Akhir cerita tidak harus seperti ini. Perlahan Leo melirik ke arah mereka. Terlihat sang ibu juga menatap Leo.
Sontak Leo merasa cerita tidak harus berakhir dengan pertumpahan darah. Berjalan pelan Leo menyodorkan jantung ke arah ibu. Mendapati jantung, sang ibu menatap siluman anak sima. Tatapan itu dibalas juga dengan senyuman. Pelahan jantung itu digerakan ke dada kiri.
Tersentuh pada dada kiri. Jantung itu terlihat tenggelam masuk kedalam. Cahaya mulai terpancar dari keduanya. Menyinari sekitar mereka. Leo menutup mata dengan lengan. Menghindari silau cahaya ini.
Kuku yang tajam mulai kembali normal. Gigi tidak lagi taring semua. Rambut mulai tumbuh. Kulit menjadi cerah. Seiring waktu siluman anak sima itu berubah menjadi gadis kecil yang imut dan manis. Mengenakan dress pink dengan sebuah pita kupu kupu dirambut.
Tidak hanya siluman anak yang berubah. Hantu ibu juga mengalami perubahan. Dari hantu ibu yang dingin, menjadi seorang ibu yang penyayang. Juga terus menatap gadis kecil didepannya. Sebuah akhir yang bahagia, kembalinya sang anak kedalam pelukan ibunya.
Teng! Teng! Teng!