Dalam jarak yang begitu dekat, kedua mata terus saling pandang. Gertakan gigi dan cakar yang menggores tungku, menyemarakan sepinya dapur. Anak mata Leo melirik kiri dan kanan sambil tetap mawas ke arah depan.
Kiiiikkkkk!
Anak sima berteriak kemudian melompat kearah Leo. Menanggapi itu Leo meraih tangkin kemudian melemparnya kedepan.
Srackk!
Tangkin tercerai berai hancur oleh cakar anak sima. Tapi, Leo sudah bergerak kesamping dekat lesung. Meraih alu sambil berguling ke sisi menghindar cakar yang datang.
Kiiiikkkk!
Anak sima terlihat marah ketika cakarnya meleset. Merangkak melalui dek, anak sima berlari mendekati Leo lagi. Tapi Leo telah siap sedia kali ini.
Tangan mulai erat megang alu dan ditarik kebelakang seperti batter dalam baseball. Mata mulai sipit seperti sniper, memandang anak sima yang kian mendekat.
Swingg!
Sampai kepada jarak pukul, Leo melesatkan sebuah ayunan kuat. Ujung alu yang sedikit lebih besar dari badan alu. Mengarah tepat dikepala anak sima. Leo terlihat serius. Jika ini berhasil, dia memiliki waktu untuk melarikan diri ke gereja. Setelah semua yang terjadi, tidak ada dalam pikiran dia bisa membunuh anak sima ini.
Bamn!
Pukulan Leo tepat mengarah ke mulut anak sima yang sedang menganga. Tapi alu tidak mementalkannya, melainkan melekat disitu. Kening Leo mulai mengkerut, ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
(keras kepala sekali siluman ni!)
Leo memaki dalam hati.
Tidak ada waktu untuk berlena lena, mengikuti momentum ayunan alu. Leo berniat menghempaskannya ke dinding disisi kanan. Tapi sayang, baru juga berayun sedikit. Alu yang menempel di mulut anak sima hancur berkeping keping. Alhasil Leo kehilangan momentum sekaligus keseimbangan.
Membuatnya berputar, sedangkan anak sima tampak gesit kembali menerjang ke arah Leo. Leo yang telah kehilangan keseimbangan, melihat kedatangan anak sima. Memaksa badan berputar lebih cepat sebelum jatuh.
Pak!
Sisa ujung alu berhasil menghantam kepala anak sima, sebelum berguling dan tekapar dilantai.
Brack! Brack!
Leo jatuh menghantam rak piring, menimbulkan keriuhan didapur. Beberapa goresan ada ditangan dan badan akibat piring pecah.
Ouchh!
Rasa sakit tidak menghalangi Leo untuk bangkit berdiri. Sambil mencabut beberapa pecahan kaca yang menempel ditangan. Leo terpandang sebuah gagang arit. Mata mulai tercerahkan, segera gagang diraih.
Dilain sisi, anak sima terpental kembali ke belakang.
Kiiiikkkk!
Lagi lagi anak sima melompat ke atas dek dapur dan terjun menerjang kearah Leo.
Srekkk!
Memegang gagang arit dan menariknya. Leo berniat menebas kepala anak sima sekali lagi. Sayang seribu sayang, itu hanya gagang dengan arit yang patah. Sontak muka Leo menjadi kecut dan melemparnya kearah anak sima.
Klentang!
Lemparan itu bahkan tidak berarti apa apa. Hanya dengan kibasan cakar arit patah pelanting kesamping. Anak sima langsung tiba dihadapan Leo dengan gigi tajam serta cakar.
Prang!
Sekali lagi Leo tersandar kedinding dan terbaring kelantai. Rasa nyilu dan sakit mulai terasa dipunggung akibat pecahan piring. Tapi Leo tidak punya waktu untuk untuk itu.
Cukup beruntung Leo berhasil menahan kepala anak sima dilehar dengan lengan. Gertakan gigi yang terkatuk katuk bersiap menggigit terlihat jelas didepan wajah Leo.
Sedikit saja tangan Leo meleset dan masuk ke dalam mulut itu. Nasibnya akan sama dengan ujung alu. Sedangkan tangan yang satu lagi, menahan tangan kanan anak sima. Tangan kiri yang lepas tidak tertahan, kerap menyerang badan dan lengan Leo.
Luka mengucur, sayatan cakar terlihat jelas didada dan lengan. Semakin lama semakin intens serangan anak sima. Sebaliknya Leo semakin lemah. Ditambah liur dari mulut anak sima kerap nyecer dimuka.
kaki Leo mulai meronta ronta berharap bisa menendang anak sima. Semua itu sia sia saja, kaki anak sima walaupun kecil terlihat mengapit dipinggang. Tangan kini mulai kesemutan, seiring waktu gigi itu makin mendekat. Leo berusahan sekuat tenaga sambil memalingkan wajah menjauh dari gigi.
Ketika berpaling, apa yang terlihat adalah sebuah kayu bakar rapuh. Leo kepikiran untuk meraih kayu, tapi dia harus merelakan tangan anak sima satunya lagi menjadi bebas. Leo tidak perduli, disaat tangan meraih kayu, disaat itu juga sayatan cakar bertambah.
Prackk!
Sedikit sentakan, kayu patah. Bagian lancip tegas ditancap ke mata anak sima.
Kiiikkkkk!
Anak sima mulai merintih kesakitan. Cakar masih terus menyerang dengan membabi buta. Tapi Leo bisa merasakan sedikit renggang. Ada ruang untuk bernafas ketikan cengkraman mulai kendor.
Mengeluarkan semua yang ada, Leo mendorong anak sima dengan kedua tangan memegang kayu yang menancap di mata. Menindih anak sima yang terkapar dilantai sambil meronta ronta.
Tidak cukup sampai disitu, pecahan kayu yang tersisa diambil. Segerah ditancapkan dimulut anak sima.
Pak! Pak! Pak!
Mengabaikan rasa sakit ditangan, Leo menghentak ujung kayu. Memaksa untuk terus masuk tertusuk kedalam. Leo terus menghentak dengan tangan sampai beberapa waktu berlalu. Melihat tidak ada pergerakan lagi, baru kemudian Leo berhenti. Luka dan memar bisa terlihat ditelapak tangan.
Hos! Hos! Hos!
Leo tersandar didinding dengan nafas tidak beraturan. Memandangi mayat siluman itu dari kejauhan. Darah hitam menyecer dimana mana, sesuatu yang tidak pernah ada ketika dia menghajar para hantu.
Setelah kembali normal sedikit, baru Leo mulai merasakan sakit yang luar biasa dari lukanya. Darah masih saja mengucur dari setiap luka. Bagai alarm yang terus berdering dikepala.
Keluarlah!
Leo memanggil hantu kikir, dengan susah payah mulai menunjuk ke arah mayat anak sima.
100 hitungan!
Hantu kikir berkata setelah memandangi mayat anak sima.
Apa maksudnya!
Banyaknya luka membuat emosi Leo tidak terkendali. Sekarang mulai marah dengan hantu kikir yang mengatakan sesuatu tanpa ada penjelasan. Tanpa memperdulikan Leo, malahan mulai menghitung mundur dari 100.
99, 98, 97, ....
Leo benar benar tidak bisa mikir dengan baik dengan semua luka ini. Dikala hati lagi dongkol dengan tabiat hantu kikir. Flash back ingatan akan semua tusukan kayu di lubang, disertai anak sima bangkit keluar. Membuat Leo tercerahkan. Bahwa siluman itu mungkin saja akan bangkit lagi setelah hitungan 100.
Melihat hantu kikir yang terus menghitung mundur sontak Leo memaksa bangkit lagi. bagaimanapun juga Itu adalah hitungan detik. Sekarang dia memiliki 75 hitungan sebelum anak sima bangkit. Tidak ada banyak waktu tersisa, dia harus segera kembali kegereja.
Berlari terus berlari dengan tertatih tatih. Berbeda dengan bagian badan diatas pinggang. Kaki Leo tidak mengalami luka yang serius. Berhasil membawa Leo ke tepi lapangan sebelum mencapai gereja. Setengah jalan berlalu suara jeritan anak sima bisa terdengar. Memacu Leo untuk terus berlari tanpa henti apapun yang terjadi.
Leo mulai pusing, pandangan mulai buram. Tapi masih ada puluhan meter lagi sebelum mencapai gereja. Bertekuk lutut dengan satu kaki, Leo mulai merasa telah mencapai batas. Kaki mulai terasa lemah, untuk bangkit berdiri saja sudah sulit.
Suara lengkingan anak sima kian mendekat. Leo merasa prustasi, menurutnya dia sudah berlari bahkan sebelum anak sima bangkit. Tapi, tidak tahu mengapa anak sima sepertinya tahu kemana Leo berlari. Jika ini diteruskan, dia sudah akan dicegat pada tengah lapangan. Ditempat terbuka itu adalah sebuah kematian yang pasti.
Disaat harapan sepertinya sirna, hantu remaja muncul dari balik semak mendekati Leo. Tanpa basa basi hantu remaja mengatakan jika ada sumur warga yang memiliki tutup dari besi. Leo sedikit bingung kenapa ada sumur diberi penutup besi.
Apapun itu Leo harus membuat keputusan. Jika terus berlari dia sudah tahu hasilnya. Karena itu Leo mempertaruhkan semuanya pada perangkap yang dirancang oleh hantu remaja.
Ditengah jalan Leo bertemu hantu tukang jagal. Tentu saja Leo senang, melihat hantu tukang jagal sudah lepas dari pengaruh kemampuan anak sima. Tapi reuni itu tidak lama berlangsung. Siluman anak sima terdengar berlari di belakang mengejar Leo.
Segera Leo memerintahkan hantu tukang jagal mencegat siluman anak sima. Dengan gerak lambatnya hantu tukang jagal berlari, dimata Leo itu malahan berjalan. Tentu saja tidak dapat mengimbangi kecepatan siluman anak sima.
Sedangkan siluman anak sima, hanya memandang hantu tukang jagal untuk sementara waktu sebelum berbalik lagi mengejar Leo. Benar benar tidak perduli lagi dengan yang lain, tujuan hanya satu, Leo. Setelah apa yang dialami, siluman anak sima mulai menaruh dendam dengan Leo.
Jarak mereka semakin dekat. Berlari sambil menoleh, Leo bisa melihat siluman anak sima yang tengah menerkam ke arahnya. Siluman akan sampai duluan sebelum Leo bisa mencapai sumur.
Tapi, sebuah penjolok terlihat berayun dari atas menghantam badan anak sima. Memukul dan membuatnya tekapar ditanah. hantu tukang jagal tiba tepat pada waktunya, Leo mengacung jempol. Sekarang dia memiliki sedikit waktu ditangan.
Kiiiikkkkk!
Jeritan bisa terdengar dari siluman anak sima. Dengan satu tangannya, penjolok dikibas ke sisi. Sekali lagi bangkit berdiri, merangkak cepat menuju Leo. Namun Leo telah tiba disumur. Berdiri dari sisi berlawanan arah dengan siluman anak sima.
Tangan terentang satu kedepan menunjuk ke arah siluman anak sima, seolah olah menantangnya untuk maju. Siluman anak sima mulai terprovokasi. Berlari makin kencang dan menerkam ke arah Leo.
Ini merupakan satu kesempatan tanpa boleh ada kegagalan disana. Leo mulai mencoba tenang sambil terus menatap siluman anak sima. Leo mulai memperkirakan timing yang tepat.
Sampai ketika siluman anak sima tiba di dekat dengan sumur. Segera katup sumur di buka.
Bang!
Hentakan hebat ketika siluman menabrak katup sumur yang terbuat dari besi. Mengerahkan semuanya, Leo menahan hentakan itu.
ARRGGGGGGG!!
Leo mulai berteriak dan mendorong katup untuk menutup. Tapi itu tidak tertutup rapat. Siluman anak sima yang tadi menempel disisi lain katup. Terlihat memegang mulut musur sehingga katup tidak tertutup rapat.
Walau itu hanya satu tangan, jika tidak rapat katup tidak bisa dikunci.
Pangg!
Sekali lagi hantu tukang jagal berhasil menyelamatkan hari. Dengan sisa penjolok hantu tukang jagal memangkong tangan siluman anak sima.
Splassh!
Percikan air itu menandakan siluman anak sima sudah tercebur kedalam sumur. Dengan gesit Leo merapatkan katup dan menguncinya dengan grendel.
Bang! Bang! Bang!
Jeritan dan hantaman bisa terdengar dari mulut sumur. Siluman anak sima mulai berontak berusaha keluar dari sumur.