Sesampai di kamar, Amanda melempar dirinya ke tempat tidur ia menangis. Ini pertama kalinya menangis karena seseorang yang dicintainya, Dulu ia tidak perduli dengan lelaki setelah berbagai masalah yang berhubungan dengan itu, begitupun juga dengan berteman. Kini ketika semua sudah ia dapatkan teman dan sahabat yang baik serta seorang lelaki yang mengerti dirinya dia harus kembali mendapat masalah, kini dari mamanya sendiri.
Amanda tidak mengerti dengan jalan hidupnya sendiri, kenapa ia harus seperti ini ? selama ini ia banyak berfikir, apa ia terlalu protektif terhadap dirinya sendiri sehingga menutup diri dari teman atau seorang lelaki ? Ia merasa sebagai perempuan yamg aneh. Tak heran orang-orang menganggap dirinya seperti itu dia tidak perduli awalnya kini ia menyadari semuanya.
Hp nya berdering, ia bangkit dati tempat tidur mengusap air matanya dan mengambil tas karena hpnya ia simpan di sana. Ketika ia melihat siapa yang menelpon Amanda tersenyum.
"Hallo ?"
"Kamu engga apa-apa ?" tanya Andrian, ia khawatir setelah kejadian tadi.
"Iya aku engga apa-apa !" jawab Amanda entah kenapa hatinya sedih berubah tenang.
"Kamu nangis ?"
"Engga !
"Jangan bohong, ini karena mamamu ?" tanya Andrian yang memang sudah tiba dirumah dan sedang ada di kamarnya, ia tahu perasaan Amanda.
"Iya ..." Amanda menghela nafas.
"Kenapa ? ada sesuatu yang dikatakan mamamu ?" tanya Andrian.
"Iya ..., dia melarang kita pacaran !" jawab Amanda tanpa terasa air matanya kembali menetes. Andrian terdiam.
"Sudah, kamu jangan nangis ya ? aku akan selalu ada untukmu ! sebaiknya istirahat jangan dipikirkan tentang hal itu, oke !" Andrian berusaha memberi semangat kepada Amanda, sedikit banyak Andrian diberitahu Mira tentang kedua orang tua Amanda.
Iya !" Amanda menarik nafas, dan mengusap air matanya. "Kamu juga !" jawabmya sambil tetsenyum.
"Iya, I love you !"
"I love you too !" keduanya menutup telpon, Amanda membaringkan tubuhnya di tempat tidur sambil memegang hp nya dan tertidur.
Amanda terbangun dari tidurnya setelah pintu kamarnya ketuk oleh bi Inem pembantunya.
"Non Amanda, ini bi Inem sudah sore, makan malam sebentar lagi disiapkan ! tadi non tidak makan siang !" ujar bi Inem khawatir atas kesehatan putri majikannya yang sangat disayanginya itu.
"Iya bi, ini juga sudah bangun ! aku mau mandi dulu ! nanti aku turun kebawah !" jawab Amanda tanpa membuka pintu karena melihat matanya sembab karena tadi banyak menangis.
"Iya non, bibi tunggu di bawah ya ?"
"Iya bi !" Bi Inem pun turun ke bawah hatinya sangat lega.
Amanda pun menuju kamar mandi dan membersihkan tubuhnya, setelah tadi siang baru datang dari luar kota karena tugas kampus, tiba-tiba terjadi masalah seperti ini. Tubuhnya terasa pegal, tapi kini cukup segar.
Setelah mandi, memakai baju tidur ia turun ke bawah. Ia tertegun suasana terasa sepi kemama papa dan mamanya.
"Non makan malamnya sudah siap !" bi Inem agak mengejutkannya.
"Iya bi, anu .. bi, papa mama kemana ?" tanya Amanda. Bi Inem tersenyum.
"Tuan sama nyonya ke luar tadi ! tapi tidak bilang, hanya siapkan makan malam buat non ! mungkin pulangnya malam !" jawab bi Inem.
"Oh !" jawab Amanda pendek, perutnya memang terasa lapar. Ia pun duduk di meja makan, ia terkejut ada sebuah kotak dan buket bunga di atasnya. Ia mengambil sebuah kertas berisi tulisan.
"Jangan menangis, selalu tersenyum ! kuat dan semangat !" ada inisial A dibawahnya Amanda tersenyum dia tahu dari siapa dan buru-buru di bukanya kotak itu ia tertegun ternyata kue kesukaannya Cheese cake !
"Waduh seneng banget non !" Bi Inem menggoda.
"Ini dateng kapan bi ? tanyanya.
"Tadi barusan, ada yang kirim katanya buat non !" jawab bi Inem, "Dari siapa non ? pasti pacar ya ?" godanya lagi. Amanda mengangguk. Bi Inem tertegun awalnya hanya menggoda ternyata beneran, pantes nyonya besar marah. Tapi baginya asal Amanda bahagia sudah cukup dan itu terlihat sekali, ia merasa kasihan pada Amanda.
"Wah, selamat ya non ! nanti bibi kenalin ya ?"
"Iya bi !" Amanda tersenyum bahagia. Ia pun makan dengan lahap setelah itu ia meminta Bi Inem membawa vas bunga ke kamarnya.
Di kamar ia merangkai bunga buket pemberian Andrian, Amanda mencium bunga mawar berwarna pink itu sangat indah dan harum wanginya. Hp nya berdering dan mengangkatnya.
"Kamu suka ?" tanya seseorang lelaki di luar sana. Amanda mengangguk tanpa sadar padahal dia tidak melihatnya karena di telpon.
"Iya, aku suka ! terima kasih kuenya juga !" jawab Amanda.
"Kalau begitu jangan sedih lagi ya ?"
"Iya, aku janji !" Amanda merasa bahagia. Hatinya berbunga-bunga.
"Oke, selamat malam !"
"Malam sayang !" Andrian tersenyum, dia melihat diluar rumah Amanda dan menatap ke arah jendela kamar kekasihnya itu, dia pun pergi menggunakan motornya. Amanda terkejut dan melihat jendela hanya sekilas melihat seseorang berlalu di atas motor. Amanda tersenyum dan menarik nafas kega. Ia sudah memutuskan tak akan mundur.
-------------
Keesokan harinya ia pergi ke kampus sebentar, sebenarnya masih ada beberapa hari lagi liburan akan usai. Seperti biasa regitrasi kemahasiswaan. Amanda sudah rapi dengan pakaian, dia menatap cermin ia sudah siap dengan apapun yang terjadi. Amanda turun ke bawah.
Di bawah ia melihat kedua orang tuanya sedang sarapan, untuk sesaat ia terdiam mengumpulkan keberanian untuk memberitahu tentang perasaannya. Ia menarik nafas dan bersikap biasa.
"Pagi, mah ! pah !" senyumnya menyapa kedua orang tuanya.
"Pagi sayang ! bagaimana kemarin bakti sosialnya ?" tanya papanya.
"Baik pa, sangat menyenangkan dan banyak pengalaman baru !"
"Oh syukurlah !" papanya tersenyum, Amanda pun membalas tersenyum, ia mengambil roti. Shinta menatap putrinya.
"Hari ini biar mang Diman yang mengantarmu !" ujar mamanya, Amanda menatapnya dengan heran.
"Oh !" hanya itu jawaban Amanda, kenudian mengambil selai.
"Lelaki itu sudah menutuskanmu !" lanjut mamanya, Amanda terkejut.
"Maksud mama, Andrian ?" dia tak percaya, mamanya mengangguk.
"Memutuskan apa mah ? maksudnya Amanda punya pacar ?" papanya juga terkejut.
"Tanya putrimu itu, diam-diam sudah punya pacar ! pake ciuman segala lagi !" ujar mama seperti mengadu ke suaminya.
"Kapan Andrian mengatakan hal itu ?" Tanya Amanda.
"Kemarin dia datang dan bertemu mama ! ia ingin berbicara dan intinya ia akan memutuskanmu !" Jawab Shinta tenang. Sementara Amanda terdiam.
"Maksud mama pacar Amanda itu anak si Dewi, Andrian ?"
"Siapa lagi ?" jawab Shinta kepada suaminya, Amanda tak percaya Andrian melakukan itu tanpa memberitahu dirinya, apa ia bermaksud melindunginya.
"Mah, pah ! Amanda pergi dulu takut terlambat !" Ia pamitan pergi.
"Kok mama malah meminta putus sih !" tanyanya setelah Amanda pergi,
"Apa papa tidak tahu tentang Andrian dia itu bad boy, bahkan tahun kemarin tinggal kelas ! apa papa mau punya menantu seperti itu ?" jawab Shinta.
"Tapi ini kan hanya pacaran ! bukan menikah !"
"Papa kayak tidak tahu pergaulan anak jaman sekarang aja !"
"Maksud mama, takut Amanda hamil gitu ?"
"Tentu saja !" keduanya terdiam, mereka mungkin tidak berharap itu tidak terjadi.
Bersambung ...