"Dokter Jeny, bisa minta tolong untuk menurunkan sedikit tempat tidur Dean?" pinta Marey setelah berada di dalam ruang ICU.
Jeny menganggukkan kepalanya, kemudian menurunkan pelan tempat tidur Dean agar Marey bisa menjangkaunya.
"Aku pergi dulu ya Nona Marey, kalau ada sesuatu yang terjadi pada Tuan Dean bisa menghubungi aku atau Dokter Chan." ucap Jeny merasa berat meninggalkan Marey sendirian.
Marey menganggukkan kepalanya dengan pelan.
"Terima kasih Dokter Jeny." ucap Marey berusaha tersenyum pada Jeny sebelum pergi.
Setelah Jeny pergi Marey mendorong kursi rodanya mendekati Dean yang terbaring lemah dengan beberapa kabel yang melekat di dadanya.
Wajah dan bibir Dean sangat pucat, namun tidak mengurangi ketampanan Dean.
"Aku tidak tahu harus menangis atau berbuat apa Dean. Yang pasti saat ini aku sangat sedih dan takut kehilangan kamu." ucap Marey dengan suara lirih dan kedua matanya yang berkaca-kaca.