Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

CINTAKU DI UJUNG SURGA

๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉNickscart_2
--
chs / week
--
NOT RATINGS
164.2k
Views
Synopsis
KEKASIH BAYANGAN : CINTA DI UJUNG SURGA "Kamu hadir di awal perjalanan hidupku, dan kamu juga yang hadir di akhir perjalananku hingga akhirku nanti. "(Marey Megan) Dean Luther (24 th) kembali ke Indonesia untuk menebus kesalahannya pada Marey Megan (23 th) kekasihnya yang lumpuh akibat kecelakaan saat bersamanya dua tahun yang lalu. Akibat kecelakaan itu wajah Dean mengalami rusak berat. Terpaksa Dean mengubah wajahnya seperti Luis Fedrick saudara sepupunya seorang Pilot. Dengan memakai identitas Luis Fedrick, Dean ingin mendapatkan cinta Marey kembali dalam hidupnya sebelum penyakit leukimia yang di deritanya merenggut nyawanya. Bagaimana kelanjutan kisah cinta Dean? apakah Dean bisa mendapatkan cinta Marey walau hidupnya sudah tidak lama lagi? Ataukah cinta Marey akan datang dalam hidup Luis Fedrick saat Dean menitipkan cintanya pada Luis Fedrick??
VIEW MORE

Chapter 1 - LUIS FREDRICK YANG ANEH

"Selamat pagi Nona cantik." sapa seorang laki-laki muda berambut gondrong dengan beraninya memanggil Marey dengan sebutan cantik.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Marey tanpa terpengaruh dengan sebutan laki-laki yang sama sekali tidak di kenalnya.

"Aku mendapat surat panggilan dari pemilik agency ini untuk menjadi karyawan di sini, aku harus menemui siapa ya?" tanya laki-laki itu dengan bola matanya yang jenaka.

"Bisa lihat surat panggilannya?" tanya Marey tanpa tersenyum.

"Hm, ini bisa kamu lihat..ada namaku juga di situ, mungkin saja kamu ingin berkenalan denganku Nona Marey." ucap laki-laki itu dengan tatapan penuh.

"Kamu tahu darimana namaku?" tanya Marey dengan tatapan curiga.

"hehehe, ada nama kamu di pengenal kamu Nona Marey." ucap laki-laki itu dengan santai.

Wajah Marey bersemu merah, sambil membaca jelas nama laki-laki yang telah tidak sopan sama sekali padanya.

"LUIS FREDRICK"

"Silahkan masuk dan duduk di kursi itu." ucap Marey setelah membaca surat panggilan Luis.

Dengan gaya dan penampilan yang santai Luis masuk ke ruangan Marey dan duduk seraya mengambil permen yang ada di dalam toples.

"Kalau mau ambil permen permisi dulu, kalau seperti itu sama saja dengan pencuri." ucap Marey yang datang dengan duduk di kursi rodanya.

Luis menatap Marey tak berkedip saat melihat Marry duduk di atas kursi roda.

"Kenapa kamu menatapku seperti itu! apa kamu tidak pernah melihat orang yang duduk di kursi roda?" tanya Marey yang sudah terbiasa dengan pandangan orang-orang yang iba atau pun meremehkannya.

"Tidak, bukan begitu..aku hanya sedikit kaget saja, wanita secantik dan semanis kamu harus duduk di kursi roda." ucap Luis dengan tatapan yang aneh.

"Kita bahas masalah pekerjaan ya, bukan masalah keadaanku." ucap Marey dengan tatapannya yang rumit.

"Oke, aku sudah siap dengan wawancaranya." ucap Luis masih menatap Marey tak berkedip hingga Marey mengalihkan pandangannya pada berkas panggilan yang di bawanya.

"Nama kamu?" tanya Marey dengan suara bergetar.

"Luis Fedrick." jawab Luis dengan santai.

"Ijazah terakhir?" tanya Marey menatap sekilas wajah Luis yang terlihat tampan dengan bola matanya yang bening.

"Hanya SMA di Hang Tuah." jawab Luis dengan santai tanpa beban.

"Kamu tahu Luis? yang kita cari lulusan sarjana bukan lulusan SMA? karena kita membutuhkan seorang Marketing di sini." jelas Marey dengan mengangkat salah satu alisnya.

"Aku tidak tahu, tentang hal itu..yang aku tahu salah satu pimpinan kamu menyuruhku datang kemari untuk bekerja di sini, entah sebagai apa aku tidak tahu." sahut Luis dengan secara lugas.

"Pimpinan yang mana, yang kamu maksud? di sini hanya Nona Sarah Cole yang menjadi pimpinan." ucap Marey sedikit senewen.

"Sean Cole, kamu bisa menanyakan padanya." jawab Luis seraya meraih ponselnya dan memberikannya pada Marey.

"Sean? hmm.. Sean Cole bukanlah pimpinan di Agency ini, mungkin kamu salah tempat, seharusnya kamu ke tempat perusahaan Sean." ucap Marey yang sangat tahu Sean Cole adalah kakak Sarah Cole.

"Aku tidak salah tempat, kamu bisa bertanya pada Sarah sekarang." ucap Luis menatap Marey dengan tatapan penuh.

"Baiklah aku akan meneleponnya." ucap Marey akhirnya mengalah dengan permintaan Luis.

Sambil menunggu Marey menelepon Sarah, Luis bangun dari tempat duduknya dan melihat-lihat beberapa lukisan yang ada di dinding ruangan.

Tepat pada lukisan dua wanita dan dua pria di mana salah satunya wajah Marey yang sedang berpelukan dengan seorang laki-laki tampan dengan sebuah senyuman pada kedua bibir mereka berdua.

"Apa yang kamu lihat? di sini kamu untuk bekerja bukan untuk melihat-lihat lukisan." ucap Marey dengan nada yang tidak senang dengan sikap Luis yang terlihat seenaknya.

"Oh, ya tentu saja... maafkan aku, aku orangnya tidak bisa diam, bagaimana jawabannya apa benar aku salah tempat?" tanya Luis dengan sebuah senyuman.

"Aku sudah bertanya pada Sarah, dan kata Sarah kamu bisa menjadi kurir harian untuk mengantar barang ke kantor ekspedisi cabang." ucap Marey mengembalikan surat panggilannya pada Luis.

"Jadi aku bekerja sebagai kurir di tempat ini? Hem..cukup menarik dan menantang." ucap Luis dengan wajah terlihat senang.

"Jangan senang dulu, dengan bekerja sebagai kurir kamu juga ada mengangkat barang kalau yang di kirim banyak." ucap Marey entah kenapa sama sekali tidak menyukai gaya Luis yang terlihat sok ramah.

"Tidak apa-apa, bekerja dengan keras akan baik untuk kesehatanku juga." ucap Luis dengan suara pelan.

"Baiklah aku rasa itu saja, kamu bisa pulang dan kembali besok pagi untuk mulai bekerja." ucap Marey memutar kursi rodanya kembali ke meja kerjanya di depan.

"Sekarang saja mulai kerjanya, aku sudah terlanjur bersemangat untuk bekerja hari ini." ucap Luis seraya meletakkan tas ranselnya di meja kerja Marey.

"Eiit..tas ransel kamu jangan di letakkan di situ dan ruangan kamu bukan di sini, tapi di lantai dua paling ujung, di sana para kurir mempunyai loker sendiri." ucap Marey mengambil ransel Luis dan di berikannya pada Luis.

Luis tertawa terkekeh, melihat Marey yang terlihat emosi dengan tas ranselnya yang ada di atas mejanya.

"Tugasku apa hari ini?" tanya Luis duduk di kursi di depan meja Marey.

"Sebentar aku lihat." ucap Marey seraya melihat laptopnya dan menekan tombol print untuk tugas pengiriman barang pada Luis.

"Nih, tugas kamu hari ini..dan jangan lupa jam dua belas ada istirahat untuk makan siang di lantai tiga." ucap Marey seraya memberikan lembar pengiriman pada Luis.

Luis menerimanya dengan senang hati.

"Apa barang-barang ini harus di kirim semuanya hari ini?" tanya Luis sedikit keder dengan banyaknya tujuan kantor ekspedisi cabang.

"Tidak... tahun depan kamu mengirimnya." jawab Marey dengan kesal.

Luis tertawa lepas, sangat paham dengan jawaban Marey yang sudah emosi tingkat dewa.

"Aku bertanya dengan sungguh-sungguh Marey? bisa saja bukan dengan pengiriman barang sebanyak ini di selesaikan dalam beberapa hari?" tanya Luis dengan kecerdasan di atas rata-rata, tidak seperti orang yang hanya lulusan SMA.

"Pengiriman barang itu harus selesai hari ini, ada tiga group yang nanti akan menyelesaikan tugas itu." jawab Marey yang marah duluan tanpa tahu maksud pertanyaan Luis.

"Hmm, oke...jadi aku di masukkan di group siapa? dalam satu group ada berapa orang?" tanya Luis dengan serius.

"Dalam satu group ada lima orang, dan kamu ikut groupnya Dimas." jawab Marey seraya memberikan satu lembar lagi pada Luis.

"Baiklah terimakasih Nona Marey cantik." ucap Luis sambil memasukkan lembar berkasnya ke dalam tas ranselnya.

"Karena waktunya sudah mendekati istirahat baiknya kamu kembali setelah istirahat." ucap Marey seraya mengambil sebotol air mineral, dan melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul dua belas kurang lima menit.

"Ohh, sudah waktunya makan siang ya? Emm Nona Marey bolehkah aku makan siang bersamamu?" tanya Luis dengan tenang tapi tidak bagi Marey.

"Uhukk.. Uhukk.. Uhukk"

Marey tersedak mendengar ucapan Luis yang menurutnya sudah kelewatan.

"Kamuuuu!!!"