"Untung ada kamu yang bantu sampai tangan kamu terluka karenanya." ucap Marey dengan sebuah senyuman.
"Kalau kamu tersenyum lebih terlihat cantik Rey." ucap Luis dengan tatapan jernih.
"Kamu kenapa suka sekali ngegombal ya? sudah berapa banyak wanita yang terlena dengan rayuan kamu?" tanya Marey dengan nada mulai melunak dan sedikit terbuka.
"Tidak ada yang terlena dengan rayuanku Rey, karena aku tidak pernah merayu. Aku sudah mencintai seseorang sejak tujuh tahun yang lalu hingga sekarang." ucap Luis dengan serius.
"Ohhh...kamu sudah mempunyai kekasih ya?" tanya Marey sedikit tertarik dengan cerita Luis.
"Dulu ya...tidak tahu sekarang, apa dia masih mencintaiku atau tidak. Tapi bagiku dia tetap kekasihku yang aku cintai hingga aku mati." ucap Luis dengan suara bergetar.
"Kamu terlihat sangat mencintainya? kamu sangat setia ya?" ucap Marey sedikit membandingkan Luis dengan Dean.
"Seandainya Dean seperti kamu Luis? yang mencintai dengan setia." ucap Marey dalam hati.
"Kamu sendiri? kenapa kamu begitu sangat membenci Dean padahal kamu belum tahu cerita kebenarannya?" tanya Luis dengan tatapan penuh.
"Hatiku terluka sangat dalam Luis, kamu tidak tahu bagaimana rasanya aku seperti mayat hidup saat mendengar kematiannya. Aku baru mendengar dan melihat makamnya Dean setelah aku tersadar dari koma dan dalam keadaan lumpuh. Aku hancur... terasa duniaku telah hilang dari hidupku. Aku tidak bisa bangkit lagi hingga sampai saat terakhir aku mendengar kabar kalau dia masih hidup dan telah kembali. Saat itulah cintaku yang masih ada menjadi terbalik, aku sangat membencinya. Selama tiga tahun aku kehilangan harapan dan impian, cinta dan kebahagiaan karena kehilangan dirinya dan Dean tanpa ada rasa bersalah telah tega membohongiku dengan kematiannya. Aku sangat membencinya Luis." ucap Marey bercerita panjang lebar tentang Dean kekasihnya.
"Aku harap masalah kamu dengan Dean akan selesai dengan baik dan tidak ada kebencian lagi di hatimu pada Dean." ucap Luis dengan sangat serius.
"Kamu tidak merasakan rasa sakit yang aku rasakan Luis." ucap Marey dengan sedih.
"Aku rasa Dean masih mencintaimu, kalau dia tidak mencintaimu buat apa dia memberikan bunga pertanda cinta kalian berdua, dan juga kalau dia berniat meninggalkanmu dia tidak akan mungkin kembali, tapi dia kembali dan mengejarmu." ucap Luis menatap penuh wajah Marey.
"Itu pemikiranmu Luis, tapi tidak pemikiranku. Ahhh... sudahlah Luis, jangan bahas lagi soal Dean. Aku sudah melupakannya." ucap Marey dengan suara terdengar getir.
"Baiklah...kalau kamu sudah melupakannya lebih baik mulai sekarang kamu mengingatku saja. Aku jamin kamu akan senantiasa tertawa bahagia. Bagaimana Nona Marey yang cantik?" tanya Luis dengan wajah polosnya menatap Marey dengan sebuah senyuman andalannya.
"Maksudmu apa?" tanya Marey dengan kening berkerut.
"Aku mau kalau kamu sudah melupakan Dean, ingat aku saja biar kamu tidak sedih." ucap Luis dengan tertawa terkekeh.
Marey mengambil nafas panjang.
"Kamu tidak bisa di ajak bicara serius ya?" ucap Marey dengan gemas seraya memukul bahu Luis dengan sebuah majalah.
"Wuuiihhh, sudah berani memukul aku ya? bagaimana kalau mukulnya dengan sayang?" ucap Luis semakin menggoda Marey yang sudah pasang wajah angker.
"Luisss!! Aahhh... sudah.. sudah cepat kamu pulang aku mau bekerja lagi, waktu tinggal sedikit lagi aku masih belum selesai sortir resi." ucap Marey dengan bersungut-sungut.
"Sini! mana resi yang belum di sortir biar aku bantu." ucap Luis bangun dari duduknya mendekati meja Marey.
"Benar? kamu mau bantu aku?" tanya Marey dengan tatapan tak percaya.
"Tentu aku akan bantu, dengan syarat.. pulang kerja kamu ikut pulang bersamaku." ucap Luis yang sudah duduk di kursi di hadapan meja Marey.
Marey menjalankan kursi rodanya ke meja kerjanya.
"Baiklah siapa takut, sekarang... resi ini kamu pilah dengan kota yang sama." ucap Marey seraya memberikan setumpuk resi yang belum sempat dia kerjakan pada Luis.
"Marey? apa ini tidak terlalu sedikit?" tanya Luis dengan tatapan tak percaya harus memilah resi sebanyak itu.
"Katanya mau membantuku agar bisa pulang bersamaku? aku baru bisa pulang kalau pekerjaanku selesai Luis." ucap Marey dengan tersenyum penuh kemenangan, paling tidak kali ini dia lembur ada temannya.
Luis mengangkat wajahnya menatap wajah Marey, kemudian tersenyum terkulum.
"Hm.. siapa takut!! oke deal." ucap Luis mengambil resi itu dan mulai bekerja dengan sangat giat.
Marey tersenyum tertahan, melihat Luis yang begitu antusias dan bersemangat mengerjakan pekerjaannya dengan sangat cepat.
"Luis?" panggil Marey setelah hampir dua jam bekerja dengan di bantu Luis.
"Yap... ada apa Marey cantik?" sahut Luis sedikit lelah dengan pekerjaannya.
"Apa benar kamu hanya lulus SMA saja?" tanya Marey dengan tatapan penuh selidik.
"Kamu tidak percaya ya? kamu sudah baca sendiri ijazahku kan?" sahut Luis tak lepas dari pekerjaannya yang belum selesai.
"Ya aku sudah baca, tapi aku sama sekali tidak percaya kalau kamu hanya lulus SMA saja. Kamu terlihat smart dan tahu banyak tentang semua hal." ucap Marey memberikan pendapatnya.
"Aku suka sekali membaca, kalau sudah membaca aku akan lupa makan dan minum juga lupa tidur." sahut Luis sambil menegakkan punggungnya setelah selesai dengan pekerjaannya.
Marey terdiam menatap Luis dengan tatapan tak berkedip.
"Ada apa Rey? kenapa kamu menatapku seperti itu?" tanya Luis dengan heran.
"Hobby kamu sama dengan dia, dia juga suka sekali membaca dan karena itu nilaiku selalu di bawah dia." ucap Marey dengan tatapan berkabut.
"Dia? dia siapa?" tanya Luis dengan serius.
"Ahhh... kenapa kamu selalu tanya namanya! padahal kamu sudah tahu siapa yang aku maksud." ucap Marey dengan nada kesal.
"Maaf....maaf, aku hanya memastikan saja. Siapa tahu pemikiranku salah Rey, kamu jangan marah ya." ucap Luis dengan tatapan lembut.
"Di maafkan." ucap Marey dengan singkat.
"Marey, apa boleh aku minta air putih? aku harus minum vitamin ku." ucap Luis yang sedikit terlambat untuk minum obatnya yang harusnya selalu tepat waktu.
"Kamu minum vitamin memang harus berapa kali? aku rasa tadi siang kamu sudah minum? itu vitamin apa sih? tidak ada labelnya?" tanya Marey agak curiga dengan Luis yang tidak lepas dari obat vitaminnya.
"Aku harus minum 3 kali sehari, agar tubuhku semakin segar dan kuat. Kamu bisa lihat sendiri kan tubuhku tidak bisa gemuk, jadi aku harus minum vitamin ini biar bisa gemuk." jawab Luis dengan terkekeh.
"Dasar kamu! di tanya serius malah bercanda." ucap Marey dengan gemas.
"Kalau Dia, mantan kamu... apa dia kurus atau gemuk Rey?" tanya Luis masih dengan tersenyum.
"Dia tinggi tegap, tidak kurus juga tidak gemuk tapi yang pasti tingginya sama dengan kamu." jawab Marey dengan jujur.
"Apa dia tampan seperti aku Rey?" tanya Luis dengan nada menggoda.