Bunga mengulum senyuman, wajahnya penuh harap. Jelas bu direktur menunjuk ke arahnya.
"Risa!" lanjut bu direktur. Seketika senyum di bibir Bunga seketika hilang. Dia menoleh pada Risa yang berada di belakangnya. Risa melongo dengan wajah polos tak percaya.
"Risa, bisa kau pindah untuk sementara ke ruangan Alex. Dia membutuhkan banyak pengalaman baru di sini!" pinta bu direktur. Risa mencoba menggaris senyum. Terpaksa. Dengan kilat di sudut mata Risa menatap Hoon, dia berdecak kesal.
"Apa-apaan ini. Dia sengaja melakukannya kan!" kesal batin Risa, ditambah lagi wajah tanpa berdosa Hoon. Pemuda itu tersenyum sambil memainkan alisnya.
Hoon mendekati telinga bu direktur, dia berbisik, membicarakan sesuatu yang membuat dahi direktur sedikit berkerut. Apa lagi itu? duga Risa kesal. Hoon pasti merencanakan sesuatu! batin Risa bisa menduga dari wajah aneh Hoon.
"Ah, Risa.. Alex menyediakan sebuah hunian di apartemen yang sama. Kalian akan tinggal berdekatan selama dia di sini. Kau tak usah khawatir mengenai biaya dan kepindahan, Alex akan mengatur semuanya. Dia berharap banyak pada mu." What! wajah Risa menegang. Apa-apaan itu!
Semua rekan kerja Risa melongo sempurna, beberapa pasang mata menatap Risa dengan banyak arti.
"Apa kau keberatan?" tanya direktur memastikan Risa. Sementara yang ditanya bingung harus jawab apa. Hoon membuang wajah dan melirik Risa dengan penuh harap.
"I, iya.." jawab Risa ragu. Tingkah Hoon yang berpura-pura polos membuat Risa geram. Dia sungguh mengesalkan! Menyediakan apartemen apa? jelas-jelas hanya menumpang pada bos Glen! akkh! dia menyebalkan! gusar batin Risa kian emosi. Tapi wajahnya harus tetap terlihat ramah dengan senyuman palsu.
"Baiklah, aku harus meninggalkan kalian" direktur melirik arlojinya "Aku ada beberapa urusan yang harus segera ku selesaikan" semua menunduk sopan, mempersilahkan direktur untuk meninggalkan ruangan.
"Selamat belajar Hoon" ucapan terakhir bu direktur mendapat anggukan dan senyuman ramah Hoon. Risa memperhatikan tingkah Hoon dengan tatapan sinis. Lihatlah pemuda tampan dengan kulit putih gading itu. Dia tersenyum ramah dan ceria. Tapi terkadang dia membuat garis bibir datar dan sorotan mata tajam. Apalagi saat mereka sedang berdebat, mata tajam Hoon bahkan bisa lebih dari itu, dan senyuman ramah apa itu! pemuda itu bahkan bisa ngomel tanpa basa-basi pada orang yang berbuat baik padanya. Dia tak memakan masakanku! kesal Risa mengingat kejadian kemarin. "Dia bahkan tak minta maaf sudah mengotori dapur dengan serpihan sereal!" mengingat itu semua Risa kian jengkel.
Tatapan kesal Risa tak membuatnya sadar, jika rekan sejawatnya pun memberikan tatapan yang lain ke arahnya, terutama Bunga. Dia tak menyukai tatapan lekat Risa pada Hoon.
"Senang bisa bergabung disini. Semoga aku tak memberatkan pekerjaan kalian.." ujar Hoon penuh basa-basi. Tatapan pada Risa berganti ke arah Hoon tentu dengan cara pandang yang berbeda. Hoon terlihat bersinar dan ramah, sepertinya dia akan cepat beradaptasi di sini. Risa menepuk jidat dan kembali ke meja. Sementara rekan yang lain masih sedikit terlibat obrolan ringan seputar perusahaan bersama Hoon.
"Kita seumuran" ujar Reza, mendengar seperti itu Hoon tersenyum ramah, dan bahasa informalnya semakin jelas.
"Alex aku bersedia membantumu kapan pun, tanyakan apapun pada ku" ujar Joy manja, Hoon mengangguk cepat sambil menarik senyuman manis. Aahh.. wajah apa itu! dia bukan ingin bekerja, dia hanya tebar pesona! batin Risa kesal sambil merapikan file di mejanya. Walau tangannya sibuk, sesekali sudut mata Risa melirik tingkah Hoon pada rekan-rekannya, mereka terlihat akrab dan dekat. Risa sungguh tak menyukai itu, dia tak suka tingkah Hoon yang sok baik. Menurut Risa Hoon sangat menyebalkan.
***
Di ruang MD
Risa sedang merapikan meja nya, meringkas beberapa pekerjaan penting yang akan dia selesaikan selama menumpang di ruangan Hoon. Reza menghampiri meja Risa, tanpa mengganggu kegiatannya.
"Riss.. lu gapapa?" mendengar pertanyaan Reza yang ambigu membuat Risa menghentikan gerakannya dan menatap wajah penasaran Reza.
"Kenapa?" tanya Risa to the point. Reza ingin menanyakan hal lain dibalik kalimat tidak apa apa barusan kan!
"Mm, maksud gue."Reza terlihat ragu. Risa tak begitu peduli dia sudah biasa menjawab berbagai penasaran rekan kerjanya.
"Lu kan uda punya pacar yang juga klien disini. Emang si doi lagi ga disini. cuma kan.." Risa agaknya sudah faham maksud kalimat Reza, dia tetap tak ambil pusing.
"Maksud gue, lu kan bisa bilang ga mau jadi assist nya Alex, lagian bukan kewajiban lu juga kan.." lanjut Reza. Tangan Risa merapikan barang pentingnya ke dalam satu box, dengan sigap dia mengangkat sendiri box nya menuju ruangan Hoon. Sebelum berlalu gadis dengan pakaian simple itu menoleh ke arah Reza.
"Direktur yang meminta" jawabnya singkat lalu mendorong pintu.
Reza menatap tajam ke arah Risa yang menghilang perlahan dari jangkauan pintu kaca. Bunga dan Joy bangkit dari kursi menghampiri Reza.
"Gila ga sih, doi pake susuk apa ya!" ketus Bunga ngasal, Alika yang mendengar hanya geleng-geleng kepala.
"Gue ga ngerti lagi deh, kemaren Glen sekarang Alex, doi beruntung banget" gumam Joy dengan wajah penuh harap. "Risa pernah nyelamatin dunia kali ya di masa lalu" Reza mengangguk mendengar lanjutan kalimat Joy.
"Waktu Risa berjuang nyelamatin dunia kayaknya gue lagi asyik nyabut singkong, makanya keberuntungan ga ikut sama gue" balas Reza menimpali kalimat Joy. Keduanya saling melirik dan tertawa geli.
"Lu bedua kebanyakan halu tau! jelas-jelas Risa tuh gatel!" pungkas Bunga sambil berlalu kembali ke mejanya. Reza dan Joy hanya saling bertukar pandang, mereka tak heran jika Bunga begitu kesal, wajah penuh harap saat direktur menunjuk ke arahnya tadi. Reza dan Joy berusaha menahan tawa mengingat Bunga masih di sini. Jelas Bunga kecewa ternyata tunjuk itu bukan untuk Bunga. Ups.
***
"BRAAKK!!"
Hoon terkejut. Risa mendaratkan box plastik berisi alat kantornya dengan membanting di atas meja. Dia melirik Hoon sekilas. Menyukai reaksi terkejut dan terheran heran di wajah Hoon. Risa melirik dan tersenyum sinis. Hoon hanya bisa memberi tatapan bingung. Risa tak peduli. Dia mulai merapi kan barang-barangnya.
Mengatur sedemikian rupa. Menyusun tiap file di keranjang pada lemari di samping meja dengan seksama. Risa masih terus merapi kan sambil duduk. Dia mendorong kursi ke sana kemari tanpa berdiri. Suara roda pada lantai cukup mengganggu konsentrasi Hoon. Tapi mengingat wajah kesal Risa, Hoon belum berani menegur. Dia pasrah saja sambil sesekali melirik kesal dan melanjutkan meneliti layar monitornya.
Risa melirik sejenak ke arah Hoon. Pemuda itu sedang fokus pada layar komputer dan memainkan mouse di tangannya dengan cepat.
"Dia bisa serius juga" batin Risa tak percaya. Risa fikir Hoon hanyalah pemuda yang terpaksa pergi ke kantor karena tekanan. Nyatanya dia memang ingin belajar serius, Risa merasa tidak enak karena sudah berpikir buruk tentang Hoon. Mungkin penampilan dan gayanya saja yang santai, saat bekerja dia fokus dan serius, batin Risa menarik senyuman.
Risa meraih telepon dan menanyakan pengiriman barang untuk perusahaan Jung, agaknya sudah separuh jalan. Risa menarik nafas lega, pekerjaannya di akhir musim ini berjalan lancar. Dia seorang follow up yang hebat. Mengingat waktu santai, Risa bangkit dari duduk, dia beralih ke meja Hoon, meraih kursi dan duduk di belakang komputer milik Hoon, pria itu masih serius, bahkan alisnya sampai bertaut kuat.
Risa tak percaya melihat raut wajah Hoon, dia bahkan tampak konsen. Jiwa bekerja Hoon bahkan di atas bos Glen! Batin Risa berseru tak percaya.
"Hoon.." panggil Risa pelan. Tak ada jawaban, Hoon masih serius. Risa merasa ragu untuk kembali memanggil Hoon, dia akan mengganggu konsen pemuda ini.
"Hoon" ulang Risa dengan nada sedikit naik, tapi tetap terdengar nyaman. Hoon tak menjawab. Giliran Risa yang menautkan alis. Dia sedang belajar apa sampai serius seperti ini! Risa bangkit dari duduk mengambil posisi tepat di sisi Hoon. Matanya terbelalak melihat isi tampilan layar.
PLAK!!
"Aduh!" pekik Hoon mengelus punggungnya yang mendapat tepukan keras dari telapak tangan Risa. Bahkan si pemukul pun merasa panas di telapaknya. Hoon mencopot headset kecil di telinganya dan menaruh cepat dimeja.
"Apaa sih!!" tukas Hoon kesal, tapi wajah Risa lebih dari kesal, diatas kepalanya sudah mengepul awan hitam yang siap mengeluarkan guruh dan petir. Hoon mencoba menarik senyuman getir.
"KENAPA LU MALAH MAIN GAME!!!"
**
Bersambung..
Kirimkan dukungan kalian padakuu...
cara baca : (anyun-yun-yun-yun) y nya 4kali