Chereads / Bukan cinta yang salah / Chapter 39 - Malam berbeda

Chapter 39 - Malam berbeda

PRAK!!

"Ya tuhan" geram Risa

Keranjang sendok pun terjatuh dan berserakan di lantai. Risa melongo kesal. Hoon panik, dia segera kembali pada panci panas.

"Kenapa kau membawa whisk!" gusar Risa putus asa. Hoon menatap benda di tangannya yang seperti sarang lebah. Wajah polos Hoon semakin membuat Risa hilang harapan.

"Sebaiknya kau kembali duduk dan bermain game saja" Risa menumpahkan air panas di panci ke dalam wastafel, Hoon melongo melihat Risa bisa menyisakan mie di sudut dasar panci, dia bahkan tak memakai alat untuk mengambil mie.

Hoon menatap benda aneh di tangannya. Kalau bukan untuk mengambil mie, lalu apa fungsi benda ini? pikir Hoon heran. Dia baru saja hendak kembali ke kirsi tapi Risa menghentikannya.

"Mm, kau bisa membantu dengan memotong daun bawang, itu lebih mudah" ujar Risa menyerahkan batang daun bawang, talenan dan pisau kecil.

"terserah kau mau memotong dimana" Risa mendorong punggung Hoon, dia meminta Hoon memotong di meja makan. Hoon menurut saja.

Sementara Hoon mengerjakan permintaan Risa, gadis itu sudah mencicipi kuah sup buatannya, menggoreng bumbu dan bahan tambahan lain untuk mie goreng. Aroma sedap mengudara, membuat Risa merasa bangga. Hoon ikut menghirup aroma sedap dari masakan Risa. Sepertinya kali ini Hoon akan bisa menikmati makan malamnya, Risa tak menambahkan sedikitpun perasa pedas. Hoon anti rasa pedas.

"Apa kau sudah selesai?" tanya Risa seraya menghampiri Hoon di meja makan.

"Oh my god!" Risa menepak jidat mendapati hasil pekerjaan Hoon.

"Kau bahkan tak bisa memotong daun bawang?" tanya Risa dengan nada menyindir. Risa mengangkat hasil potongan Hoon.

"Kau yakin ini sudah dipotong?" tanya Risa kesal "bahkan potongan mu lebih panjang dari telunjukku!" sindir Risa, Hoon berdecak kesal. Dia menyerah dengan pekerjaan dapur.

"Aku bahkan tak pernah masuk ke dapur, bagaimana aku melakukan semua ini disini!" ujar Hoon kesal sendiri, Risa menyimak kalimat Hoon, apa katanya?! tak pernah ke dapur?

"Kau membuatku melakukan banyak hal, kau sungguh keterlaluan!" sungut Hoon pada Risa, mendapati kalimat sinis itu Risa bertolak pinggang tak mau kalah.

"Bisakah kau hilang saja daripada menjadi orang tak berguna, bahkan daun bawang itu lebih berguna daripada kau!" dengus Risa kesal sembari merauk kembali daun bawang ke dapur. Hoon melongo mendengar umpatan Risa.

"Daun bawang berguna di dapur, sedangkan aku berguna dalam kehidupan, perbandingan yang tidak relevan" jawab Hoon tanpa suara, dia tidak mau Risa mengomel lagi. Lagipula memang dia tak berguna di dapur. Sebenarnya bukan hanya di dapur sih.

Risa menuangkan sup pada mangkuk, membagi satu untuk Hoon, dan satu untuknya, sepiring mie goreng, salad buah dan nasi putih.

"Silahkan cicipi" ujar Risa kemudian, Hoon meraih sendok dan menyeruput kuah sop, dia tersenyum senang. "Enak!" pujinya sambil terus menyendok dan menikmati semangkuk sup yang Risa suguhkan.

"Makan dengan nasi mu!" ujar Risa menyodorkan sepiring nasi untuk Hoon. Dia segera menerima.

"Sup dengan nasi, dan mie goreng" bingung Hoon "bukankah terlalu banyak karbo dalam hidangan malam kita?" Risa mendengus mendengar pertanyaan Hoon.

"Kalau begitu kau makan ini saja!" Risa mengulurkan semangkuk besar salad sayur. Hoon melongo saat piring nasi dan mangkuk sop nya Risa angkat.

"Ah, maksudku tidak apa banyak karbo!" ralat Hoon tak mau kehilangan hidangannya "bukankah makanan lezat tidak akan meninggalkan lemak jahat?" Risa mengangguk setuju dengan kuota asal Hoon, terserah kau saja, yang penting masakanku laju, batin Risa senang. Hoon bahkan menganggap masakan Risa lezat, seketika rasa kesal seharian atas tingkah Hoon tiba-tiba menghilang, pujian adalah obat terbaik untuk wanita. Hoon dan Risa berbagi menu makan malam bersama, mereka berbagi obrolan walau kadang berakhir dengan perdebatan sengit. Keduanya bahkan berebut mengisi ulang mangkuk sup mereka.

***

Sementara itu,

Pukul 7 malam waktu Paris, diawali pertunjukan musik klasik dan opera era kerajaan Eropa. Gaun bervolume mendominasi pakaian tamu malam ini, khas kerajaan tempo dulu. Pesta meriah dengan wine berkualitas, suguhan di racik sedemikian rupa diatas nampan-nampan kuningan yang mengkilat. Tak bisa dibayangkan berat nampan ketika diangkat dengan tangan kosong. Cangkir cangkir dengan ukiran eksotis berisi minuman alkohol kelas dunia. Semua bersukacita menikmati pesta perayaan pernikahan keluarga Jung. Beberapa pasangan mulai turun ke lantai dansa dan menari, ini belum acara inti. Pasangan pengantin baru bahkan belum di pamerkan. Mereka masih berdiap di balik mimbar di atas panggung seperti pertunjukan opera jaman dulu. Eun menggandeng pergelangan tangan Glen, mereka berbagi senyum bahagia bersama. Glen terlihat gagah dan tampan dengan setelan tuxedo dan topengnya, dia seperti tokoh kartun idaman di tahun 90-an, tuxedo bertopeng. Ketika mimbar perlahan di angkat, nampak jelas pasangan baru bergandengan mesra. Semua tamu berdecak kagum dan bertepuk tangan. Jika semua memilih pakaian dress mewah dengan banyak aksen renda, berbeda dengan Eun, si ratu pertunjukan malam ini. Nyonya Kim berdecak berkali-kali, antara kagum dan juga iri, dia menggandeng erat pergelangan suaminya, dan berbisik sesuatu.

"Wanita itu sungguh cerdas, dia tak pernah bisa di tebak!" Tuan Kim mengangguk setuju.

Kilau tear drop dan swarovski di ujung gaun Eun berkilau di timpa cahaya lampu. Pakain dengan model slim membentuk body, bahan tulle tipis sewarna dengan kulitnya. Gaun mengembang para tamu sungguh tak bisa menjadi tandingannya. Eun tahu betul semua tamunya akan tampil maksimal mungkin dengan memilih gaun terbaik di era dulu, sayang sekali ratunya tidak. Dia mengenakan dress simple tanpa aksen renda, petiquet mengembang, korset ketat, pita menjuntai. Eun tersenyum lebar mendapati dugaannya tak pernah meleset. Tampil berbeda jika kau ingin menjadi pusat perhatian.

Orkestra memainkan melodi, Glen mengulurkan tangan pada pasangan dansa abadinya, Eun menyambut diiringi tepuk tangan penonton, mereka menari

Tarian waltz pertama setelah pernikahan, keduanya menari dengan tatapan penuh cinta, Glen berkali kali menempelkan bibirnya pada leher jenjang Eun, membuat tamu yang hadir terpaku dan kagum. Pasangan yang sangat serasi dan penuh cinta, dari ritme tarian tampak jelas bagaimana keduanya sangat sinkron dan saling mengisi. Eun yang menggerakkan tubuh sempurnanya dengan penuh penghayatan, sementara Glen menangkap tubuh istrinya dengan tenaga dan sorot mata penuh hasrat. Semua bertepuk tangan dan ikut bergabung ke lantai dansa, semua mulai menikmati pesta malam mewah sesuai keinginan Jung.

"Haruskah kita menghabiskan banyak waktu di sini?" bisik Eun ditengah dansa mereka. Glen menggeleng.

"Kau tahu betul apa yang ada di dalam pikiranku" ujar Glen, dia melepaskan Eun dari pelukan dan menahan dengan telapak tangan saling bertautan. Permata yang menjuntai di ujung dress Eun bergerak indah mengikuti tubuhnya yang berputar. Eun kembali lagi dalam pelukan suaminya dan menatap dalam mata Glen yang dihiasi topeng karet. Keduanya saling menatap penuh hasrat, dan saling melumat bibir. Eun mengangkat kedua tangannya mendorong kepala Glen, semakin melekatkan bibir mereka. Glen meraih pinggang Eun dan menariknya kian lekat, musik semakin keras dan panas. Lantai dansa semakin ramai dan penuh euforia. Glen dan Eun menari penuh hasrat dan cinta. Keduanya tak bisa lepas antar satu sama lain. Menikmati pesta romantis perayaan pernikahan mereka. Gelaran acara mewah yang tertutup untuk pers, hanya tamu tertentu saja yang diundang, Eun tak mau mengecewakan tamu-tamunya dia mempersiapkan pesta ini dengan sangat detail. Iringan orkestra, nyanyian merdu opera, gelaran pesta yang mengingatkan akan kisah manis negeri dongeng dengan putri Eun yang menguasai dunia, sementara Glen adalah panglima penyelamat yang mempersunting putri kerajaan. Cerita bak negeri dongeng impian setiap gadis. Wanita yang cantik hampir sempurna, dan pria gagah yang mempesona. Glen dan Eun membuat tamu menatap iri.

Glen tersenyum menarik garis bibir. Akhirnya aku menikahimu juga, aku kini dikenal resmi sebagai salah seorang direksi perusahaan. Glen tersenyum puas. 

Siapa kira diantara senyuman itu dia menyimpan sesuatu,