Pemuda itu terheran tak lepas memandangnya. Sementara Lavina sendiri tertawa lantaran tak mempercayai hal-hal yang tidak masuk akal logikanya.
"Apa anda tidak takut pada saya?" si Pria menampakkan ekspresi wajah penuh keseriusan serta sorot mata tajam bagaikan burung Elang itu.
"Kenapa aku harus takut padamu?" Lavina penuh percaya diri, tiada merasa curiga sedikitpun.
"Sungguh?" Pemuda itu belum lepas memandangnya.
"Tentu, kalaupun kamu benar iblis ... so, lihatlah ini aku bisa menyentuhmu bukan?" Lavina kian memegang tangan si pria, Lantas begitu ia memegangnya sungguh membuatnya terkejut hingga membuatnya langsung berdiri.
'Oh Tidak!' Batinnya penuh tanya lantaran tangan si pria sangatlah dingin bagaikan es dari kutub utara.
"Kenapa anda seperti terkejut? Apa ā¦ sekarang anda merasa takut pada saya?" Menyeringai si pria lekas berdiri jua.
"Em-- ti--Tidak, siapa juga yang takut padamu? kalau benar kamu iblis, aku ingin dengar cerita tentangmu." Semula tiada rasa curiga, tapi kini Lavina perlahan merasakan takut, dia menutupi rasa takutnya itu dengan kalimat dan ekspresi penuh percaya diri.
Lantas pria senyum seraya menggelengkan kepala lantaran kagum terhadap seorang gadis manusia yang memiliki keberanian tinggi semacam ini.
"Oeh, ke--kenapa kamu senyum-senyum seperti itu?" Lavina tak lepas pandang paras di pria lantaran baginya si dia sedang mengejeknya.
"Tidak-tidak, tapi ā¦ Baiklah saya akan ceritakan padamu dengarkan baik-baik" Pemuda itu menyadari dibalik seraut wajah si gadis itu.
"Bicarakalah" Lavina merestui
"Nama Saya Ang pinakamalakas generasi tunggal dari Raja iblis Mattagumpay dari Kaharian ang Demonyo." Jelas si pria secara perlahan.
"I--iblis? Be--benarkah?"
Si pria tak lepas menatapnya.
"Eb--baiklah, aku percaya, Jadi begitu ya ceritanya, hehe" Mengangguk-anggukan kepala sembari mengusap kedua tangan pada lengannya, pertanda saat ini ia kedinginan nan meredamkan gundah hati nan pikiran akan siapakah gerangan si pria didepannya itu.
Sementara si pria sangat kagum terhadap gadis manusia yang berdiri didepannya ini samasekali tidak tampak takut kepadanya. Lantas ia melangkahkan kaki mendekat ke arahnya seraya melepaskan jubah hitam yang melekat di tubuhnya.
Setelah jubah itu sempurna lepas dari tubuhnya, dia hendak pakaikan ke tubuh sang gadis dari arah belakangnya.
Lavina diam mematung bahkan degup jantung semakin terpacu tidak menentu, kala mata melihat paras tampan didepannya melepaskan jubah itu yang kini di letakkan pada tubuhnya.
"Pakailah ini, untuk mengurangi rasa dinginmu" Si pria semasih memakaikannya pada tubuhnya.
__
Lavina diam seribu bahasa, meresapi perlakuan yang telah menghangatkan hatinya. Dibalik kegiatan yang sedang berlangsung, setelah busana itu melekat dengan sempurna pada tubuhnya, lelaki itu lekas melingkarkan kedua tangan pada pinggangnya.
Rupa-rupanya, bau harum dari darah serta jantung wanita itu telah mendobrak suatu rasa akan suatu hal, sehingga hasrat tak tertahankan.
Sontak, tanpa disadari Lavina memutar tubuh hingga menghadap lelaki itu. Sementara dekapan tidak terlepas barang sedikit pun, karenanya si lelaki berusaha melancarkan siasatnya.
Lantas ā¦