Lavina terus-menerus berlari tanpa arah dan tujuan memasuki hutan belantara, selama berlari sesekali menoleh ke arah belakang untuk memastikan mahluk itu masih mengejarnya atau tidak.
Sekian lamanya ia berlari, akhirnya menghentikan langkahnya untuk mengambil napas sejenak, Tubuh sedikit membungkuk seraya tangan kanan memegangi perut, sementara tangan kiri menyapu bibirnya sendiri, pertanda penyesalan atas apa yang terjadi tadi, telah di cium oleh pemuda yang tidak di kenalinya, serta ciuman itu adalah ciuman pertamanya.
"Huff--Huff--Huff" Deruan napas pertanda betapa lelahnya ia saat ini.
Hembusan angin kencang dari arah depan menerjang tubuhnya tak ayal membuat rambut panjang terurai beterbangan dengan bebasnya.
Lantas Lavina kembali menegakkan posisi tubuhnya, memandang lurus ke arah depan hingga akhirnya ia pun menyadari apa yang dilihatnya didepan.
"Ufffhh ... Sungguh Sejuk sekali udaranya ini. Eh, ada telaga ternyata." Ucapnya setelah melihat apa yang ada didepan tak jauh dari ia berdiri saat ini, adalah sebuah telaga.
Perlahan memijakkan kaki ke arah depan, mendekati telaga tersebut. Setelah tubuh berdiri tepat di pinggir telaga itu tidak terpikirkan akan hal lain selain rasa kagum melihat suasana di sekitar telaga itu, tampak indah nan asri serta udaranya sangatlah sejuk.
Keheningan suasana disekitar telaga membuatnya lupa tentang mahluk yang ia jumpai sebelumnya, yang ada hanyalah suara percikan air di pinggiran telaga itu, serta suara burung-burung liar dari arah kejauhan.
Lantas menengok Air telaga itu sangatlah jernih maka membuatnya lekas jongkok untuk mengambil air tersebut dengan kedua telapak tangannya. Pertama-tama ia membasuh wajahnya untuk menyegarkan dirinya, kemudian ia pun meneguk air telaga tersebut lantaran rasa dahaga sudah sangat membelenggu tenggorokannya.
"Air ini sangat segar sekali" Ucapnya merasakan nikmat kesegaran dari air telaga itu, maka membuatnya meneguk air itu tidak hanya sekali saja.
Sesudahnya ia membasuh serta meminum air telaga, kembali berdiri seraya memandang sejauh matanya memandang ke seluruh penjuru arah telaga itu.
"Oh Tuhan, sungguh indah ciptaanmu ini, kesejukan udara ini sangat membuat hatiku damai." seraya memejamkan mata nan menghirup kembali segarnya udara di sana.
Semasih mata terpejam, lantas terdengar suara yang tidak ia ketahui berasal dari mana.
Kring ... kring ... kring ā¦
Hingga akhirnya lekas membuka kembali matanya, lantaran teringat tentang kehidupan aslinya.
"Oh Tidak!"
Yakni, ia teringat bahwa apa yang dia alami saat ini sangatlah berbalik dari kehidupan dia sebenarnya.
"Papa ... Mama ... Om ... Tante ... Kalian dimana? Ma ā¦ Papa ..." memanggil-manggil nama seluruh anggota keluarganya.
Lantas membuatnya kian bimbang hingga menuntun langkahnya berjalan kesana dan kemari di pinggiran telaga itu.
"Ma ... Pa ... Hiks, hiks, Ma ... Pa ... Vina ingin pulang, Mama ... Papa ..." Serunya hingga membuatnya menangis lantaran ia semakin bingung bahwa saat ini ia sedang di tempat asing.
Lantas Lavina kembali berjalan untuk mencari sumber suara yang masih berbunyi hingga saat ini yang ternyata ā¦. suara itu adalah suara jam alarm.
Kring .. kring .. kring ..
Akhirnya tiba-tiba ia menghilang dari pinggiran telaga itu dan kini ia kembali kedalam dunia aslinya. Yang mana didalam dunia aslinya posisi ia saat ini sedang tertidur dalam posisi duduk di meja belajar.