Mataku melirik ke arah Visca, dia masih mengatur napas, keliatan marah campur sedih yang aku sendiri gak bisa menebak 'pasti' tentang itu. Sedikit dugaanku sebatas/hanya dia gak rela bisa-bisanya berciuman sama sesama cewek.
Jujur, aku merasa bersalah banget, malahan aku gak memikirkan diriku sendiri nanti bakal gimana. Toh selama ini aku udah di permainkan takdir dari kecil. Tapi kini yang aku pikirkan malah si Visca, So ... Dia pastinya terpukul banget dan juga kalau nanti teman-temannya berpikiran yang enggak-enggak ke dia gimana coba?
Aiiihh ...
Sial! Kenapa aku jadi baper?
Saat Rissa dan teman-teman Visca yang lain mendesaku supaya aku menjawab, tiba-tiba Visca berkata dengan satu kalimat doang "Udahlah!" Melirikku sebentar kemudian pergi.
Degup jantungku langsung "MAK DEG" Misterius sekali kata-kata dia? sedangkan teman-temannya menyusul Visca pergi sambil melirikku kayak jijik gitu.
'Ya Tuhan ...' banyak banget yang aku pikirkan saat itu, tanganku mengepal, kemudian aku hantam pintu yang ada didepanku sekeras-kerasnya.
Braak!
"Aargghhh!"
Teriakku, tapi bukan teriak karena tangan sakit, melainkan karena aku bener-bener bingung dan bimbang. Rasa sakit pun gak aku rasakan, sampai tanganku berdarah aku gak menyadarinya. Aku sandarkan punggungku ke dinding, perlahan turun sampai posisiku jongkok.
Tak terasa air mataku mengalir begitu aja, meski sedikitnya aku nyadar diri, kok aku bisa secengeng ini sih? tapi ... Masa bodo'lah, lagipula siapa juga yang melihatku disana?
___
Disaat aku masih menenggelamkan wajahku di tangan yang aku lipat dikedua lututku, tiba-tiba ada yang meraih tanganku.
"Hei, sedang apa kamu disini?" Kata dia, kedengarannya suara cowok.
Sial!
Ketahuan cowok pula posisiku lagi begini, aku langsung menyapu kedua air mata, tanpa menjawab maupun menoleh ke arah dia.
"Hei apa kamu menangis?" Tanya dia lagi, saat aku menoleh perlahan ... Alamak! Kenapa dia ngeliatin aku sampai sedekat ini?
Aku buru-buru lepasin tangan dia dari tanganku, kemudian berdiri. "Aku gak papa" Senyum palsu kuluncurkan, untuk menutupi rasa cemas dan gerogiku.
Ya, Aku gerogi ternyata cowok ini si ganteng dan keren yang aku lihat di koridor tadi!
Sumpah, masalah dengan Visca yang tadi sempat mengobok-obok otakku, sekarang tiba-tiba Ambyar! Entah mengapa aku gak bisa ngadepin cowok ini, akhirnya aku melangkah mau pergi.
Tapi, baru aja mau melangkah, tanganku di raih dia "Tunggu" Sambil ngeliatin tanganku.
"Tangan kamu kenapa?" tanya dia.
"Am ..." Aku Terbata, Dia ngeliatin darah di tanganku, sebelum aku lanjutin ngomong, dia ngeluarin suatu benda pusaka pribadi berupa sapu tangan. Langsung dia sapukan di tanganku.
"Awwh," Rintihku, rasanya emang sakit dan perih, So ... Nyawku kemana saat aku hantam pintu tadi coba? hahaha.
"Maaf, kalau terlalu keras. Aku pelankan sedikit ya ..." Lanjut dia suaranya kedengaran lembut, sambil meniup-niup tanganku.
Eh, eh, eh, apa ini? Kenapa mataku gak berpaling dari dia? Wahai Vincent yang menjelma jadi Viona, sadarlah ... Sadarlah ... !!
"Sebaiknya aku antar kamu ke UKS ya, takutnya nanti bisa infeksi kalau dibiarkan begini" Ucap dia, membuyarkan lamunanku saat menatap wajahnya.
"Em-Anu-Gak usah, aku bisa sendiri kok." Jawabku gerogi sambil mengenggam sapu tangan dia. "Aku akan kembalikan ini besok kalau udah bersih ya, Terima kasih" Pamitku.
"Hei, kamu tunggu." Panggil dia lagi.
Sial!
Kenapa Kakiku kayak ada magnetnya ...! tiba-tiba ngerem aja saat dia manggil. Akhirnya mau gak mau aku menoleh sebentar ke dia. "Ya ..."
"Aku Kenzi, boleh aku tahu siapa nama kamu?"
Aku diem sebentar, mungkin ada 15 detikan. Akhirnya aku jawab, "Namaku Viona." sedikitku berikan senyum, setelahnya aku langsung pergi dari sana.
Saat menuju ke ruang UKS mata dan kepalaku sambil menolah-noleh mencari seseorang. Siapa lagi kalau bukan Mikha teman terdekatku itu? biasanya tuh anak udah kayak prangko selalu nempel dan bareng sama aku, tapi tiba-tiba hari ini dia malah ngilang gak tau kemana, Sial!
Udah selesai mem-perban luka tanganku di UKS, bahkan sampai bell masuk sekolah bunyi, aku samasekali gak ketemu si Mikha. Sebelum aku masuk ke ruang kelasku, sempat ku intip di kelas dia dulu.
Hah?
Kenapa meja dia kosong? Bolos atau gimana dia ya? Aihh ... Tumben sekali tuh anak?
___
Setelah udah kembali di kegiatan literasi, jujur aku jadi takut mau menolah-noleh, apalagi ke meja Visca? Sumpah, Aku udah kayak orang pengidap paranoid akut!
Sedangkan dari sisi Kanan ada mahluk yang super-duper resek sejagat raya siapa lagi kalau bukan si kunyuk Lazarus? dia bolak-balik melempar buntelan kertas ke mejaku dan memberikan kode supaya aku mau baca tulisan di setiap kertas itu.
Tadinya aku masa bodo, dia mau lempar sekarung buntelan kertas pun, tak akan mau aku buka. Tapi aku juga mikir kalau nanti guru melangkah ke sisi mejaku lalu melihat sampah berupa buntelan kertas berserakan dimejaku gimana coba?
Akhirnya aku menuliskan kata di kertas juga 'Ya, akan aku buka tapi jangan lemparkan kertas lagi, Oke?' Lalu ku sobek dan lempar ke dia, sama persis yang dia lakukan padaku.
Setelah aku buka, isinya bikin aku gondok sampai mentok! Apa lagi kalau bukan rayuan-rayuan gombal Khas cowok? dasar cowok emang paling pinter ngegombal, Huh!
Eh, aku juga kan cowok ya? Hahaha.
Aku gak nyadar saat aku lempar kertas ke dia, dia lempar lagi, aku lempar lagi, dia lempar lagi,
Sampai akhirnya ....
"Laza! Viona! apa yang kalian berdua lakukan di jam pelajaran? sini kalian maju kedepan." Guru meneriaki kami.
Mampus!
Begitu aku dan Lazarus maju kedepan, langsung dapat teh hangat yang di oplos bertawali sama guru.
Hukuman yang super-duper melegenda sejak jaman purbakala juga siap akan kami terima.
Apa lagi kalau bukan hukum gantung? Iya, Hukum gantung-ngin satu kaki! sama gantungin tangan pegang telinga, sampai jam pulang sekolah.
SIAAAL!
Si kunyuk malah kegirangan senyum-seyum gak jelas saat kami berdua berdiri disana, seakan puas berdiri bersebelahan denganku.
Demi Para dedemit yang amit-amit mulutku gak berhenti-henti komat-kamit,
"Semua gara-gara kamu, tau!" Lirihku, melirik sinis ke dia.
"Bukankah semua ini momen yang sangat indah Viona ..." Menaik-turunkan alisnya. Sok Cool!
Sialan, malah mengambil kesempatan dalam kesempitan nih anak!