Andreas memasuki rumah, dengan langkah tenang. Tapi, berbeda hati dan pikirannya tidak tenang. Ia memikirkan perjodohan yang Karina katakan kemarin. Membuka pintu rumahnya, hingga ia melihat sosok yang dikenalnya.
Karina, Chintia?
Ada apa gerangan gadis murahan itu datang ke rumahnya. Apa yang direncanakan mereka berdua. Andreas mengepalkan tangan hingga terlihat ujung kuku yang memutih. Andreas geram melihat wanita itu tidak heran dalam menjalankan rencananya. Kita lihat siapa yang akan menghancurkan rencana Karina. Ia ingin tahu seberapa besar kemampuan Karina dalam rencana perjodohan ini.
"Mau apa lagi kau!.." Desis Andreas menatap tajam wanita yang ada di depannya.
"Hai...Andreas.." Sapa Chintia yang diakhiri kedipan mata menggoda.
Bukan terpesona Andreas malah jijik melihat kelakuan murahan Chintia. Chintia beranjak dari duduknya, menghampiri Andreas bergelayut manja seperti koala. Andres menghempaskan tangan Chintia yang bergelayut manja di lengannya.
"Jangan kasar kau Andreas pada calon tunangan-mu.." bentak Karina menghampiri Chintia.
"Apa kamu tak apa Chintia?" Ucap Karina yang membuat Andreas muak.
Muak akan tingkah palsu Karina, ia dengan mudahnya mengkhawatirkan Chintia yang notabenenya bukan siapa-siapa. Sedangkan dirinya tak pernah dikhawatirkan sama sekali tapi malah dibentak dan dipukul ibu macam apa Karina.
"Mau apa lagi kau kesini!" Kini Andreas mulai tidak bisa menahan emosinya lagi.
"Ya, saya disini akan menjodohkan kamu dengan Chintia, ia kan?" Ucap Karina yang diiyakan oleh Chintia dengan senyum lebarnya.
"Itu tidak akan pernah.." Desis Andreas penuh penekanan. Meninggalkan Karina dan Chintia, membanting pintu kamarnya hingga menimbulkan suara yang keras.
"Kau dengar sendiri kan? Putraku tidak ingin dijodohkan.." Kini Ayah Andreas yang berbicara. "Kau jangan ikut campur urusanku!" Sengit Karina menatap tajam mantan suaminya itu. "Dia putraku..!" Bentak ayah Andreas yang mulai terpancing emosi. "Putramu apakah benar?" Pancing Karina. Deg Ayah Andreas langsung tidak bisa berkutik, ia tidak dapat menyangkal apa yang dikatakan oleh Karina. Kebenaran yang telah ia lupakan.
"Dia putraku.." Elak Alvaro menatap tajam Karina.
Tersenyum sinis Karina mencondongkan tubuhnya ke arah Rio.
"Kau tak bisa menyangkalkannya Rio, dia bukan anakmu atau anakku ia hanya anak yang dibuang oleh ibunya sendiri" Jelas Karina tersenyum sinis saat melihat Rio hanya diam mematung.
"Ingat itu, kalau kau tidak mau jika anak itu mengetahui kau bukan ayah kandung sebenarnya bagaimana reaksinya ya.." Mengelus dagu, Karina menatap Rio dengan tatapan mencemooh.
"Itu tidak akan terjadi...pergi kau dari sini..dan bawa pergi gadis ini" Usir Rio kepada Karina dan Chintia.
"Kau harus membuat Andreas dan Chintia tunangan, kalau tidak rahasia tentang kau akan ku bongkar ingat itu.." Ancam Karina lalu pergi meninggalkan Rio yang mengacak rambutnya frustasi.
"Aku pengen Andreas jadi milikku atau tidak kau akan aku penjara Karina.." Ancam Chintia pada Karina.
"Iya, iya aku akan berusaha..." Ucap Karina jengkel.
"Bagus aku tunggu dah.." pamit Chintia. Karina mendengus pelan, ia harus merencanakan hal lain untuk membuat Andreas menerima perjodohan ini, ia tak mau masuk penjara. Ya, itulah Karina dengan segala keserakahannya, ia mengorbankan anaknya ralat anak angkatnya hanya untuk mempermudah dirinya melunasi hutang.
Ia akui dulu sangat menyesal telah berselingkuh dengan Dani yang nyatanya tak membuat dirinya kaya, malah terlilit hutang yang sangat banyak. "Tak sia-sia aku mengasuh Andreas dari kecil..." Monolog Karina sambil tersenyum miring. Ia akan kaya lagi seperti dulu, karena kalau Andreas menerima perjodohan ini ia akan mendapatkan harta Chintia. Ia bersorak dalam hati ia bisa berbelanja dengan sepuas hati.
Sedangkan di dalam sebuah kamar seorang laki-laki kini tengah merenungkan kembali apa yang Karina ucapkan. Rio memegang foto Andreas kecil sangat tampan, itulah yang pertama kali terucap di bibir Rio. Bayi mungil nan lucu yang membuat hati kecil Rio tersentuh. Ia mengusap pelan foto yang nampak kusam. Tersenyum kecil saat ia mengingat kenangan kecil tentang Andreas. Ia tahu orang tua Andreas telah meninggalkan Andreas untuk selamanya.
Kecelakaan delapan belas tahun yang lalu, yang tidak akan pernah Rio lupakan selama hidupnya.
Ia menyesal karena tak memberitahukan kebenaran kepada Andreas ia takut Andreas membenci dirinya. Karena ia yang telah membunuh orang tua Andreas.
Ia tak sengaja menabrak orang tua Andreas hingga menyebabkan kematian. Kematian yang membuat Rio merasa bersalah. Flashback on Rio melakukan mobilnya dengan kecepatan sangat tinggi, ia sedang emosi sekarang ini. Selalu saja ada pertengkaran antara dirinya dengan Karina, ia sangat mencintai wanita itu, dan ketika mendengar istrinya ingin bercerai, ia merasa emosi. Meninggal istrinya yang sedang berteriak memanggil dirinya. Di tengah perjalanan yang cukup sepi karena hari sudah malam, membuat Rio mempercepat laju mobilnya. Kini ia tak bisa berfikir jernih yang ada dipikirannya hanya ucapan Karina. Hingga di arah berlawanan datang mobil, tak menyadari akan adanya mobil tersebut Rio terus melajukan mobilnya. Betapa kagetnya ia saat melihat mobil di depannya dengan sudah payah ia menginjak rem mobilnya, tapi sayang nasibnya tak berpihak padanya. Rio berusaha membelokkan mobilnya hingga menubruk sebuah tempat sampah. Ia mengelus dadanya saat ia bisa selamat dari maut.
Berjalan keluar, dengan langkah tertatih-tatih, Rio menghampiri mobil yang hampir ia tabrak. Tapi naas, mobil yang mereka kendarai menubruk sebuah pohon, dengan panik Rio menghampiri mereka. Ia berusaha membukakan pintu mobil.
Dengan susah payah akhirnya bisa. Rio membuka pintu mobil itu dan melihat orang yang ia tabrak. Menghampiri Mobil itu hingga melihat seseorang yang meringin meminta tolong.
"Tolong anak saya,..."
Pinta orang itu. Hingga suara tangisan membuat Rio menoleh ke asal suara. Terlihat bayi mungil yang sedang menangis di pangkuan ibunya. Hatinya Rio tergerak entah mengapa ia langsung menyukai bayi mungil itu. Rio dengan sigap, Rio memanggil bayi tersebut. Menenangkannya.
"Tolong jaga Andreas..."
Ucap orang itu menyatukan kedua telapak tangannya meminta dengan wajah sendu.
"Tapi___ "Saya mohon, saya sudah tidak kuat lagi..."
"Baiklah..."
Ucap tegas Rio membuat orang itu tersenyum ke arah anaknya yang sudah tidak menangis lagi.
"Maafkan ayahmu nak..."
Mengecup singkat pipi merah Andreas.
"Sekarang menjauhlah..."
Teriak ayah Andreas mendorong cepat Rio Dan Andreas. Hingga mereka terjatuh ke tanah.
Dorrrr...
Suara ledakan pun Tak bisa dihindari lagi, Mobil terbakar dengan sangat cepat. Mereka sudah tiada meninggalkan Rio yang terpaku sambil menggendong Andreas kecil Flashback of Masih terngiang di dalam pikirannya, bahwa dia adalah pembunuh kedua orang tua Andreas.
Ia Tak tahu harus apa?.
Di sisi lain ia takut kehilangan Andreas Dan di sisi lain juga ia tidak bisa membuat Andreas menerima perjodohan ini. Karena ia tahu Andreas itu mempunyai sifat keras kepala.