Andreas juga pura-pura tidur untuk menghindari pertanyaan kepo dari Lucito. Lucito yang melihat itu hanya geleng-geleng kepalanya gemas.
Lucito yang melihat Andreas menghindar darinya, padahal ia sedang kepo-keponya melihat Thia datang kesini. Lucito kira Thia hanya mengantarkan Jaketnya saja tapi ternyata....
"Wah..wah banyak yang gw gak ketahui disini..ok kalau kau tidak mau mengatakannya aku akan mencari tahu sendiri.." Monolog Lucito.
Lalu dengan senyum jahil nya Lucito bersembunyi di balik ranjang Andreas, haha Lucito akan bermain-main dengan Andreas sebentar. Membalas semua kelakuan Andreas.
Gara-gara Andreas, dirinya kehabisan pulsa hanya karena mengkhawatirkan dirinya..eh malah dihiraukan olehnya.
Andreas membawa selimut yang menutupi wajahnya, melihat ke sekeliling mencari keberadaan Lucito.
Menghela nafasnya, bersyukur Lucito tidak ada di sini. Jujur saja ia belum siap menjawab semua pertanyaan kepo dari Lucito.
Saat dirinya akan menutup mata, tiba-tiba dari bawah ranjang bergerak-gerak membuat Andreas heran. Andreas memegang lehernya yang terasa merinding.
Biarpun Andreas dingin dan cuek ia mempunyai ketakutan akan mistis apalagi HANTU.
Memeriksa bawah ranjangnya, sedikit menundukkan kepalanya dan..
"Ha..Aw.." Ucap seseorang membuat Andreas langsung terlonjak kaget.
Lucito yang tadinya ingin menjahili Andreas gagal seketika, bagaimana tidak, Andreas membawa sapu di tanganya dan memukul Lucito dengan ganas.
Andreas yang melihat hal itu tak sadar terkekeh pelan. Well, itulah akibatnya bila mengerjainya.
Lucito bangkit dari kubur* eh maksudnya bawah kasur* Author
Lucito memegang kepalanya yang terkenal pukulan maut Andreas, sedangkan yang memukul dirinya hanya santai tanpa memperdulikan sahabatnya yang mengerang kesakitan.
"Tega ya loe sama sahabat sendiri.." maki Lucito sambil mengusap-usap kepalanya untuk tidak lupa ingatan pikir Lucito.
Andreas diam tidak bergeming, Ia tak memperdulikan sahabat yang berceloteh ria memaki dirinya.
"Loe itu gimana sih sakit tahu kepala gw, bagaimana kalau nanti gw lupa ingatan.. untuk saja loe gak mukul gw di wajah bisa gawat wajah gw yang tampan ini bonyok..dan---"
"Shut Up!" Teriak Andreas yang mulai kesal dengan sikap cerewet Lucito, memijat kepalanya yang terasa pusing mendengar celotehan temannya.
Dengan tenaga yang tersisa, Andreas bangkit dari ranjang menarik Lucito kasar tanpa mau mendengarkan Lucito yang meringis kesakitan.
"Woy Andreas mau bawa gw kemana..gw masih normal ya!" Teriak Lucito.
Menghiraukan teriakan Lucito, Andreas mulai melepaskan tangan Lucito. Menghampiri Lucito dengan seringai nya. Membuat Lucito yang melihatnya langsung bergidik ngeri.
"Normal ya.." Tekan Andreas membuat Lucito langsung mendorong Andreas, lari menuju pintu tak menghiraukan Andreas yang terkekeh.
*
Andreas dengan langkah Arogantnya, mulai memasuki sekolahnya. Tak butuh waktu lama, akhirnya Andreas sembuh.
Melangkah kan kakinya menuju kelasnya duduk di sebelah Lucito, Lucito yang melihat Andreas duduk hanya menyeringai penuh arti.
Ia akan merencanakan pendekatan antara Andreas dengan Austhia. Memulai rencana pertama.
Menggoda Thia di hadapan Andreas.
"Thia.." Panggil Lucito dengan menoel-noel dagu Thia pelan tapi ditepis kasar oleh Thia.
Lucito sengaja memanas-manasi Andreas yang mengepalkan tangannya menatap Lucito yang menggoda Thia.
Tapi akhirnya ia bisa bernafas lega karena guru mata pelajaran datang, membuat Andreas senang Lucito tidak bisa menggoda Thia lagi.
Lucito yang melihat guru masuk, ia pun akhirnya menghentikan aktivitas nya. Melirik ke arah Andreas yang terlihat santai tak ada wajah penuh amarah. Ia menghela napasnya.
Misi pertama gagal!
Tapi itu tidak membuat Lucito putus asa, berulang kali Lucito terus berusaha mendekatkan Andreas dengan Thia tapi tetap saja gagal. Hingga Lucito menyerah tanpa melanjutkan misi nya.
"Biarkan takdir yang menyatukan mereka.." Monolog Lucito dalam hati berdoa supaya Andreas mengakui bahwa Andreas mulai menyukai Thia.
Andreas dengan wajah kesalnya menatap tajam Lucito, ia tahu rencana Lucito yang ingin menyatukan nya dengan Thia. Tapi itu tidak akan mungkin karena trauma masa lalunya yang membuat dirinya ingin melupakan perasaan yang mulai tumbuh itu.
**
"Kita mulai rencana kita..aku tak sabar untuk menghabisi dia.." Ucap seseorang yang sudah merencanakan untuk membunuh gadis yang telah merebut pujaan hatinya.
Chintia Gilbert dengan seringainya, ia sudah merencanakan semua ini dengan matang. Setelah ia pikir-pikir kenapa dirinya tidak membunuh Thia saja.
Ia tak suka apa yang jadi miliknya direbut oleh gadis murahan itu. Ia sudah lama menyukai Andreas bukan mencintai tapi terobsesi terhadap Andreas.
Ia melakukan berbagai cara demi mendapatkan Andreas, ia tak akan pernah menyerah sampai keinginan tercapai.
"Culik dia.." Perintah Chintia di balik telponnya.
"Tunggu aku Thia..kau akan merasakan kejamnya dunia hahaha" Ucap Chintia diakhiri tawa jahatnya.
**
Bel berbunyi menandakan sekolah bubar, Thia merapihkan semua barang-barang nya. Meninggalkan kelasnya lalu menuju parkiran.
Hingga tiba-tiba...
"Hmpptt" Mulut Thia dibekap seseorang membuat dirinya seketika tak sadarkan diri. Ternyata orang yang menculik Thia memakai obat bius di dalam sapu tangan itu.
Membawa Thia yang tak sadarkan diri, menyeretnya secara paksa membawa nya ke dalam mobilnya.
Sayang sekali ternyata ada orang yang melihat Thia diculik, Andreas dengan panik langsung menuju ke parkiran memakai helmnya dengan terburu-buru. Menancapkan gas nya lalu mengejar Mobil yang menculik Thia.
Orang yang menculik Thia hanya tersenyum sinis, Andreas tak akan menemukan Thia kecuali jika Thia Sudah mati.
"Sebentar lagi kau akan menjadi milikku Andreas haha" Ucap Chintia menyeringai keji kepada Thia yang tak sadarkan diri di depannya.
Andreas terus menerobos jalanan banyak yang mengumpati dirinya, tapi ia tak perduli. Yang ia inginkan menyelematkan Thia dari sang penculik.
Namun naas ia kehilangan jejak, motor yang dikendarai mogok secara tiba-tiba. Mengacak rambutnya frustasi Andreas pulang ke rumahnya dengan lesu. Ia akan mencari Thia setelah membenarkan motornya ke bengkel.
**
Thia membuka matanya menyesuaikan dengan cahaya yang menerpanya, melihat ke sekelilingnya yang nampak bukan kamarnya.
"Kau sudah bangun bicth.." Ucap seseorang membuat Thia langsung melirik ke arah suara.
"Kau.." Ucap Thia yang melihat seseorang yang telah menculiknya.
"Apa mau loe.." Lanjut Thia yang tidak mengerti kenapa Chintia menculik dirinya.
"Loe masih nanya..gw mau mengambil apa yang menjadi milik gw!" Desis Chintia menjambak rambut Thia hingga sang empunya meringis kesakitan.
"Apa maksud loe hah!" Bentak Thia yang merasakan sakit di kepalanya akibat Jambakan Chintia.
"Andreas..ya dia adalah milkku dan kau merebutnya dariku.." Ucap Chintia tajam membuat Thia menoleh ke arahnya tajam.
"Dan rasakan pembalasan gw Thia.." Ucap Chintia lalu meninggalkan Thia yang memberontak minta dilepaskan.
"Lepaskan gw Chintia sialan!" Teriak Thia keras.
Pintu tiba-tiba terbuka memperlihatkan gadis yang menculikknya.
"Berisik sialan" Teriak Chintia tak kalah lantangnya membuat emosi Thia langsung naik.
"Gw gak pernah merebut Andreas dari loe.." Aku Thia membuat Chintia langsung menatap tajam Thia.
"Ya..gw tahu, tapi tetap saja loe yang membuat Andreas tak pernah melirik gw.." Tak sadar air mata Chintia menetes membuat Thia tersentak kaget.
"Loe yang masih anak baru langsung dilirik olehnya, dan loe tahu saat Andreas membela loe di hadapan gw membuat gw muak!" Ucap Chintia.
Thia yang melihat hal itu hanya diam saja, tak mampu berbicara sama sekali.
"Gw nunggu Andreas untuk bisa melirik gw tapi nyatanya tidak dia lebih memilih loe daripada gw yang notabenenya dari dulu mengejar dirinya..itu semua karena loe!." Tunjuk Chintia.
"Gw mencintai nya.." Lanjut Chintia.
"Itu bukan cinta tapi obsesi.." Ucap Thia memperingati Chintia.
"Cih gw gak peduli loe harus mati di tangan gw Thia" Ucap Chintia lalu meninggalkan Thia yang pucat pasi mendengar hal itu.