Thia merasakan sesuatu yang menyentuh bahunya, mendongakkan kepalanya ke atas melihat siapa yang memberikan dirinya kehangatan. Hingga ia melihat Andreas yang menyandarkan jaket miliknya kepada Thia. Membuat Thia gugup seketika. Entah apa yang membuat dirinya merasa gugup seperti ini.
Thia yang merasa tidak enak kepada Andreas, ia langsung melepaskan jaket Andreas , hingga tangan kokoh Andreas menahan Thia untuk tidak melepaskan jaketnya. Menggelengkan kepala
"Tapi--
Ucapan Thia terpotong saat Andreas meletakan jari telunjuknya pada bibir merah muda Thia mengisyaratkan untuk tidak membantah.
"Kau lebih membutuhkannya.." Ucap Andreas memalingkan wajahnya menatap hujan yang mengguyur jalanan.
"Terima kasih.." Ucap Thia tulus membuat Andreas yang sedari tadi menatap guyuran hujan menoleh pada Thia.
"Sama-sama" Jawab Andreas tak sadar ia tersenyum tipis pada Thia.
Walaupun Andreas tersenyum tipis, akan tetapi membuat Thia terpesona akan Andreas. Kadar ketampanan yang tak pernah menghilang bahkan melebihi saat dirinya tersenyum.
Thia memalingkan wajahnya ke samping, tiba-tiba saja wajahnya memerah seperti tomat, hampir saja ia terpesona senyuman dari Andreas.
Menggelengkan kepalanya, menghilangkan wajah Andreas yang tersenyum tadi. Hingga jantungnya berdetak sangat cepat tidak seperti biasanya.
Mungkin Thia harus memeriksa kesehatan jantungnya yang mungkin saja bermasalah.
Atau apakah retakan jantung yang cepat disebabkan oleh orang di depannya. Entahlah saat ia berdekatan dengan Andreas detak jantung tidak stabil.
Thia pernah membaca buku yang ia beli pada saat ia masih SMP, masih ingat saat dirinya membaca buku tersebut.
Jantung yang berdetak sangat cepat bukanlah awal yang buruk, karena pada nantinya ia akan menyadari apakah itu hanya disebabkan oleh penyakit ataukan jatuh cinta.
Cinta datang seiring dengan waktu, cinta yang membuat mereka tidak mau mengenal apa itu cinta? mau tidak mau harus merasakannya.
Cinta yang datang secara tiba-tiba tanpa mengenal waktu. Cinta yang tumbuh sangat cepat hingga kita tidak bisa mendefinisikan cinta yang sebenarnya.
Cinta, satu kata yang mengandung makna banyak. Orang-orang berbondong-bondong mengartikan yang namanya cinta. Hingga mereka bingung mendefinisikan nya seperti apa. Mereka hanya mengartikan seperti apa yang mereka lihat bukan dirasakan.
Orang berkata cinta adalah dimana seorang pria dan wanita bertemu hingga benih-benih cinta datang kepada mereka. Hingga mereka merasakan cinta yang berujung bahagia.
Tapi apakah cinta itu akan selamanya bahagia?.
Apakah jatuh cinta hanya di definisikan oleh pertemuan pria dan wanita? Ataukah masih ada yang lainya?
Thia merasa pusing saat memikirkan hal itu, membuat dirinya pusing saja.
Itulah yang Andreas rasakan saat ini, berdua berteduh menunggu hujan yang tak kunjung reda. Suara petir terus bergemuruh tiada henti.
Hening, tidak ada yang mau memulai bicara, hanya suara hujan dan petir saja.
Hari mulai petang, akhirnya hujan yang ditunggu-tunggu pun reda. Hanya tinggal gerimis yang membasahi jalanan.
Thia tak sadar menggigit bibir bahwanya bingung hari mulai petang bagaimana ia pulang jika motor nya saja mogok.
Andreas yang melihat hujan mulai reda melangkahkan kakinya menuju motonya meninggalkan Thia dengan teganya. Thia mendengus saat ketidakpekaan Andreas.
Beberapa detik kemudia suara deru mesin membuyarkan lamunan Thia, menoleh ke arah suara. Melihat Andreas dengan mengendarai motornya.
Andreas mengisyaratkan untuk Thia untuk menaiki motornya. Thia yang mengerti isyarat Andreas hanya diam saja mengigit bibirnya.
Ia ingin naik, tapi egonya terlalu besar, tapi setelah ia pikirkan. Bagaimana caranya ia pulang jika motornya saja mogok.
Andreas yang melihat Thia hanya diam sambil mengigit bibir bawahnya membuat Andreas gemas ingin rasanya ia mengecup bibir merah muda itu. Eh, Andreas merutuki dirinya sendiri, bisa-bisa nya ia berfikiran mesum seperti itu.
Thia yang tidak mempunyai pilihan lain, terpaksa ikut dengan Andreas. Melangkahkan kakinya sambil mengeratkan jaket yang ada dipundaknya.
Menaiki motor Andreas, melilitkan tangannya pada pinggang Andreas. Membuat Andreas menegang jantungnya berdetak sangat cepat.
Tersenyum tipis di balik helmnya, melajukan motornya, menerobos gerimis.
Andreas melajukan motornya sangat kencang, membuat Thia mengeratkan pelukannya pada pinggang Andreas takut jatuh.
"Di mana alamatmu.." Tanya Andreas memecahkan keheningan.
Thia pun menyebut alamat rumahnya, Andreas hanya mengangguk saja tanda mengerti. Dan setelah itu tidak ada percakapan lagi.
Sampaiah di pekarangan rumah Thia, satpam yang bertugas langsung membukakan pintu gerbang. Mempersilahkan Thia untuk masuk.
Menurunkan kakinya dari motor Andreas.
"Terima kasih.." Ucap Thia tulus.
Andreas hanya menganggukkan kepalanya, lalu menyalakan mesin motornya. Tanpa melihat ke arah Thia, melakukan motornya meninggalkan rumah Thia.
Thia hanya menatap punggung Andreas, sampai hilang di balik gerbang, tak sadar Thia tersenyum setelah sekian lama ia tidak tersenyum akhirnya bisa juga.
Memegang dadanya yang berdetak sangat cepat menggelengkan kepalanya, lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumahnya.
Melepaskan sepatu basahnya ke rak sepatu, menaiki tangga menuju kamarnya di lantai 2.
Membuka pintu kamarnya, menuju kamar mandi untuk mandi setelah selesai ia melangkahkan kakinya untuk berpakaian. Mengeringkan rambutnya dengan handuk yang sedang dipegangnya.
Hingga matanya tak sengaja melihat jaket yang ada di balas, jaket pemberian Andreas. Melangkah kakinya mendekati jaket yang tergeletak.
Membawanya ke dalam dekapannya, menghirup jaket Andreas, wangi mint menyeruak masuk ke dalam hidungnya. Wangi yang menenangkan.
Membaringkan dirinya di kasur kesayangannya, tanpa melepaskan jaket yang ada di dekapannya. Menatap langit-langit kamarnya.
Akibat kelelahan dan kedinginan membuat Thia terlelap sambil mendekap jaket Andreas.
**
Andreas baru saja pulang ke rumahnya, dengan baju sedikit basah akibat gerimis tadi. Memasuki rumahnya, melepaskan sepatunya.
Melangkahkan kakinya ke kamarnya, menuju kamar mandi menyelesaikan ritual mandinya.
Melilitkan handuk ke pinggang nya, mengeringkan rambutnya yang basah, hingga..
Hacih..
Andreas bersin-bersin, pasti Alerginya datang lagi. Ia harus menerima resiko jika ingin menolong seseorang yang kedinginan. Sedangkan dirinya juga alergi dengan namanya dingin tapi entah mengapa ia mau memberikan jaket kesayangan pada Thia.
Padahal jika dipikir-pikir ia tak pernah memberikan jaket kesayangan pada orang lain. Tapi sekarang ia memberikannya luar biasa.
Bersin Andreas tiada hentinya, membuat Ayahnya Andreas menghampiri Andreas dengan mendorong kursi rodanya.
Andreas merasa pusing, ia sangat lemah jika bersangkutan dengan hujan, karena sejak kecil ia selalu sakit-sakitan bila terkena hujan.
"Andreas kau tidak papa?" Ucap Ayah Andreas dengan khawatir.
Andreas yang melihat tatapan ayahnya yang terlihat khawatir. Tersenyum menghampiri Ayahnya.
"Aku tidak apa-apa ayah, mungkin istirahat sebentar sakitnya akan hilang.." Ucap Andreas menenangkan Ayahnya.
"Baiklah, lain kali jangan hujan-hujanan ya.." Ucap ayah Andreas mengelus rambut Andreas pelan. Mendorong kursi roda mengantarkan ayahnya ke kamarnya.
Setelah mengantarkan Ayahnya, Andreas memijit kepalanya yang terasa pening. Beranjak menaiki kasurnya. Membaringkan tubuh lemahnya, tak terasa ia terlelap tidur.