Andreas mengacak rambutnya frustasi, ada apa dengan dirinya. Tidak seperti biasanya ia peduli dengan orang lain.
Andreas bingung dengan apa yang ia lakukan, menolong gadis? Itu bukanlah dirinya.
Beberapa lalu sebelum kejadian....
Andreas dan Lucito sedang berjalan bersama, hingga kerumunan orang membuat Lucito penasaran.
"Siapa tuh yang pingsan?" Ucap Lucito menghampiri kerumunan orang-orang.
Andreas mengikuti langkah panjang Lucito, ia juga penasaran siapa yang pingsan.
Hingga Andreas mendengar gelak tawa yang sudah tak asing lagi. Membuat dirinya semakin penasaran.
Betapa kagetnya ia saat melihat gadis tempo hari yang lalu menjadi pusat perhatiannya tengah tidak sadarkan diri dengan darah bercucuran.
Melihat orang-orang hanya melihat saja, membuat Andreas geram.
Tak ambil pusing Andreas memangku Thia ala bridal style, tak memperdulikan orang-orang yang menjerit histeris.
Karena baru kali ini Andreas peduli pada orang lain.
Tak hanya itu Chintia yang tadi tertawa, menjadi ikut geram. Lihat saja ia akan menyingkirkan apa yang telah merebut miliknya.
Lucito berdecak saat Andreas lebih dulu membawa Thia yang menjadi incarannya dari dulu.
Tapi tak apalah ia bisa bersyukur saat Andreas untuk pertama kalinya peduli pada orang lain.
Mungkin ini saatnya Andreas membuka hatinya untuk orang lain.
Andreas membawa Thia ke Uks, ia sungguh panik tadi, yang ia pikirkan ke selamatan gadis yang ada di pangkuannya.
Ia sangat khawatir saat darah terus mengeluarkan darah. Andreas dengan langkah terburu-buru langsung menerobos ruang UKS.
Andreas lalu membaringkan tubuh lemah Thia, Tak peduli tatapan memuja yang berbinar-binar melihatnya.
"Kau ditugaskan untuk mengobati orang bukan untuk melihat saja.." ujar Andreas dingin. Membuat gadis penjaga UKS langsung salah tingkah.
Mengobati Thia dengan hati-hati, memberi perban pada belakang kepala Thia.
"Selesai.." ucap Gadis bernama Shinta itu.
"Kau boleh pergi.." usir Andreas.
Tapi Shinta tak bergeming, ia ingin tetap berada di Uks untuk melihat wajah bak dewa yunani ini.
Andreas yang melihat hal itu langsung membentak Shinta yang sedang menunjukkan ekspresi menggoda.
"Aku bilang keluar..!" Bentak Andreas membuat Shinta langsung terlonjak kaget, tapi ia menormalkan ekspresi yang membuat Andreas ingin menamparnya saat ini juga.
"Jangan marah-marah gak jelas, mending sama ku aja..aku akan melakukan apapun demi kamu..". Goda Shinta.
Mengusap tangan Andreas, hingga menuju dada bidang Andreas menggerakkan bibirnya menggoda.
Andreas langsung emosi, melihat kelakuan murahan dari gadis di depannya ini. Mendorong Shinta hingga jatuh kelantai.
Menghentakkan kakinya kesal, Shinta langsung keluar dari ruangan.
Andreas menghela nafasnya kasar, ia benci wanita penggoda. Karena itu mengingatkan dirinya tentang ibunya.
Menatap gadis yang tidur dengan lekapnya, wajah yang natural. Membuat Andreas tidak pernah bosan menatapnya.
Meneliti tiap inci wajahnya, tak terasa senyum terbit di wajahnya.
Entah kerasukan setan apa Andreas langsung mengecup kening Thia lama hingga teriak seseorang membuat Andreas melepaskan ciumannya.
"Thia..." Teriak Gina membuat Andreas menutup Telinganya.
"Thi.." pangil Gina terpotong saat melihat Andreas di depannya.
"Ekhemm.." Andreas berdehem pelan, ia gugup bukan main.
"Saya permisi" pamit Andreas membuat Gina mengerutkan keningnya heran sekaligus senang.
"Andreas ngomong sama gw" pekik Gina keras hingga membuat Thia bangun.
Flashback of
Entah apa yang ia rasakan saat ini, ia bingung dengan perasaan yang aneh ini.
Ia tak mengerti kenapa ia bisa khawatir kepada orang lain, itu bukanlah Andreas.
Mungkinkah ini yang dinamakan jatub Cinta?. Ujar Andreas dalam hati.
Tapi kenapa secepat ini ia merasakan namanya cinta.
Andreas memegang jantung nya yang berdetak sangat cepat saat mengingat Thia.
Jika ini cinta, Andreas tidak mau merasakan nya.
Ia cukup trauma dengan yang namanya kisah Cinta. Ia akan berusaha untuk menghilangkan rasa cintanya pada Thia.
***
Andreas berjalan dengan santainya menuju kelas memasuki kelasnya yang mendadak ricuh atas kehadiran dirinya.
Menghiraukan tatapan menggoda dari para cewek, melangkahkan kakinya menuju tempat duduknya.
"Sebenarnya gw iri sih sama loh.." ucap Lucito tiba-tiba.
Andreas langsung menatap ke sumber suara, menaikkan sebelah alisnya tanda kenapa?.
"Kenapa sih cewe demen banget dah sama yang dingin-dingin kayak loh mending kaya gw kemana-mana ya gak.." Jelas Lucito lalu mengedipkan sebelah mata pada cewek.
Andreas tahu apa yang Lucito bicarakan, ternyata Lucito mencintai Chintia tapi Chintia malah menyukai dirinya.
Ia sempat berfikir kenapa Lucito begitu tergila-gila pada sosok Chintia si gadis murahan itu.
Cinta memang susah ditebak, cinta kadang juga membutakan keburukan orang lain.
Cih seperti ayahnya dulu, tapi sekarang tidak lagi.
Andreas mengedarkan pandangannya melihat semua murid, hingga tatapan tertuju pada seseorang.
Austhia Putri Fernandez gadis yang selama ini membuat jantung berdetak sangat cepat.
Menatap Austhia yang sedang membaca buku dengan fokusnya.
Austhia yang merasa diperhatikan menoleh dan saat itu juga tatapan mereka bertemu.
Mereka tidak sadar tatapan itulah yang membuat mereka terbelit dengan cinta.
Suara deheman dari seseorang membuat Andreas dan Thia langsung memutuskan tatapannya.
"Ekhemm.." dehem Lucito dan Gina keras membuat semua murid di kelas memperhatikan mereka dengan heran.
"Ah.. cie..cie.." goda Lucito.
"Akhirnya si dingin teman gw akhirnya gak jomblo lagi.." lanjut Lucito.
Menoel-noel dagu Andreas serta menarik turunkan alisnya, menggoda Andreas yang sedikit salah tingkah.
"Dimana gaya dingin loh Andreas" ucap Andreas dalam hati karena bisa-bisanya ia salah tingkah hanya karena digoda.
"Berisik..". Ucap Andreas karena Lucito terus saja menggoda dirinya.
Guru pun datang membuat Andreas bernafas lega, ia mulai fokus terhadap apa yang guru bicarakan.
Sedangkan di bangku lain sosok gadis yang terus menatap Austhia dengan perasaan campur aduk antara emosi dan juga kesal.
Chintia gadis yang selama ini selalu mengejar Andreas tanpa ada kata lelah sama sekali.
Chintia yang tidak suka yang sudah dicap miliknya direbut oleh orang lain.
Seperti yang dilakukan sebelumnya, pernah ada seoabg gadis yang mendekati Andreas.
Dan apa yang terjadi? Ia langsung membully dan membuat gadis itu tidak mendekati Andreas lagi.
Sekarang, ada saingan baru lagi, yang membuat Chintia emosi. Walaupun ia tidak melihat kelakuan genit Thia, tapi tetap saja ia harus menyingkirkan Thia.
Tersenyum penuh arti, Chintia sudah merencanakan sesuatu yang membuat Thia tidak akan mendekati Andreas lagi.
Ia akan membuat Thia dikeluarkan dari sekolah ini, rencana buruk Chintia sudah mulai bekerja.
"Lihat saja kau Thia, kau akan merasakan apa akibatnya melawan gw, hahaha". Ucap Chintia dalam hati, sambil tertawa.
Memfokuskan dirinya ke guru yang mengajar, sambil terus berfikir cara untuk menyingkirkan Thia. Kalau-kalau rencana yang pertamanya gagal.