Chereads / Si Genius Leo / Chapter 12 - Sifat yang Dingin

Chapter 12 - Sifat yang Dingin

Beberapa tahun kemudian Leo sudah beranjak tumbuh menjadi remaja tampan dengan mata sipit, hidung mancung bibir tipis dan kulit putih serta tubuh yang tinggi.

Tidak jauh beda dengan Artis remaja tampan dari Korea selatan, ia menjadi remaja yang sangat menyayangi paman dan bibinya, namun tidak terlalu peduli dengan orang lain.

Dan hari itu pun tiba, pengumuman kelulusan sekolah (SMA Sarien) Sekolah Menengah Atas Sarien, sekolah itu merupakan sekolah paporit di daerah tersebut dan tentu tidak mudah untuk masukinya.

Untuk bisa masuk di sekolah tersebut, selain mendapatkan nilai yang bagus dalam tes yang diberikan, setidaknya calon siswa baru harus memiliki banyak uang dan relasi yang kuat, pada dasarnya sekolah Sarien dihuni oleh siswa-siswi cerdas dan kaya.

Sekolah Sarien berada cukup jauh dari desa tempat tinggal Leo, hanya memerlukan waktu sekitar 30 menit jika menggunakan angkutan umum, dan Leo pun sudah menerima surat kelulusannya di sekolah tersebut.

Leo berhasil masuk di sekolah Sarien dengan mendapat nilai tinggi dari tes masuk yang di adakan oleh sekolah serta perjuangan dari Aziz yang melakukan segala cara agar Leo bisa mendapatkan pendidikan terbaik, meski serba kekurangan Aziz tidak pernah menyerah untuk Leo.

Keesokan harinya, mentari pagi begitu cerah menembus pepohonan yang terselimuti kabut tebal, Leo sedang berada di dalam kamarnya, bersiap-siap untuk memulai hari pertama di sekolah barunya.

Membuka jendela kayu di kamarnya, menghirup udara sejuk yang berembus dari luar jendela, ia tersenyum tipis, "Semoga hari ini menjadi hari yang baik". Doa nya dalam hati penuh harap.

Leo keluar dari kamarnya dan melihat bibinya sedang menyiapkan sarapan untuknya, ia mendekat dan berdiri di sampingnya untuk menyapa, "Bibi, apa bibi tidur dengan nyenyak?" Sapa Leo dengan sopan sambil tersenyum manis, "Eh Leo, kamu udah mau berangkat sekolah?" Jawab Laela ringan sambil memandang Leo.

"Sekarang kamu bahkan sudah lebih tinggi dari bibi" Sambung Laela yang baru sadar karena memperhatikan Leo yang ternyata sudah tumbuh dan lebih tinggi darinya.

"Kamu duduk dulu, biar bibi siapkan sarapan untukmu". Sambung Laela lagi, namun Leo hanya mengambil beberapa tempe yang sudah di goreng oleh bibinya dan langsung melahapnya di tempat, dengan tingkah lucu dan cerianya.

"Aku sarapan pakai ini aja bi". Kata Leo sambil menggoda bibinya, dan terburu-buru beranjak keluar rumah, "Aku berangkat ya bik" Sambung Leo sambil melambaikan tangan dan mengunyah tempe di mulutnya.

Di teras rumah Leo melihat Aziz yang sedang santai menikmati kopi dan sebatang rokok, ia pun menyapa pamannya, "Paman aku minta sedikit ya" Ucap Leo menyambar kopi Aziz lalu sedikit meminumnya dan langsung berlari untuk berangkat sekolah.

"Leo hati-hati" Ucap Aziz sambil tersenyum ke arah Leo, dan Leo hanya berbalik dan melambaikan tangan ke pamannya.

Leo berangkat ke halte bus dengan berjalan kaki karena jarak halte bus tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya, dalam perjalanan Leo hanya memasang headseat di telinganya mendengarkan lagu dan menikmati sejuknya suasana pedesaan.

Leo yang telah sampai di halte bus hanya duduk diam menunggu bus datang, dia melihat kendaraan satu demi satu dan mulai sedikit ramai melintas di depanya.

Leo juga melihat beberapa remaja yang mengendarai kendaraan sepeda motor kelas atas dan kendaraan roda empat yang mewah serta menggunakan seragam yang sama dengannya, melihat hal tersebut ia hanya bersikap biasa saja, tidak peduli dengan keadaan sekitar, duduk santai sembari mendengarkan musik di telinganya.

Beberapa saat kemudian tiba-tiba didepannya, sepeda motor ninja yang mewah berhenti di depannya, remaja itu bernama sandi dan dia memakai seragam yang sama dengan Leo.

Sandi membuka helmnya dan menawarkan tumpangan untuk Leo, "Hai apakah kamu akan pergi ke sekolah Sarien, jika benar ayo ikut denganku ini adalah hari pertamaku disekolah tersebut". Kata sandi  yang menyapa Leo dengan semangat.

Leo yang sudah melepaskan headseat di telinganya hanya memandang sandi lalu mengalihkan pandangannya ke sisi lain, mengabaikannya tanpa mengucapkan kata sedikit pun, sesaat kemudian bus yang ditunggu Leo datang, ia pun segera masuk ke dalam bus tanpa menghiraukan sandi yang diam dan terlihat sedikit bingung.

Sandi yang masih terdiam di tempat tidak marah dengan sikap Leo, dia justru menyalahkan dirinya sendiri, "Apakah dia kakak tingkatku, aghhh ... sial" Ucapnya dalam hati merasa gelisah.

Sesaat ia tersadar kembali melihat bus didepanya sudah jalan beberapa puluh meter di depannya, ia segera menancapkan gas motornya agar tidak terlambat di hari pertamanya.

Dalam bus Leo duduk di belakang gadis manis dengan mata lentik dan dagu yang seperti terbelah, memakai seragam yang sama dengan dirinya,  gadis tersebut bernama Karin.

Karin yang awalnya duduk santai di sebelah kiri bus mulai mengubah cara duduknya, dan terus memandang Leo semenjak Leo masuk ke dalam bus.

Namun Leo tidak memperhatikannya, ia duduk di belakang Karin dan langsung menyandarkan kepala di kaca bus sebelah kirinya, Karin yang menyadari Leo duduk di belakangnya sedikit merasa gugup.

Sesekali ia menoleh ke belakang, namun Leo sudah memejamkan matanya dengan kepala yang tersandar di kaca bus tersebut, Karin hanya tersenyum tipis tersipu malu melihat Leo yang terlihat begitu imut saat memejamkan mata.

Beberapa menit telah berlalu, Leo merasa kurang nyaman dan membuka mata, mengubah sedikit posisi duduknya, ia melihat kearah luar kaca bus, di luar samping bus yang sedang berjalan itu.

Leo melihat mobil mewah dengan seorang gadis remaja cantik dengan mata besar, hidung kecil, bibir seksi dan dagu yang manis serta memiliki lekuk pipi  di sebelah kanan,  ia terlihat sedikit nakal dan manja, gadis itu bernama Niza.

Niza yang melihat Leo bergerak membuka mata dan melihat dirinya langsung tersenyum dan mengeluarkan tangan kanannya dari mobil sambil memberikan tanda Love dengan jarinya ke arah Leo.

Namun seperti biasa Leo tidak peduli ia mengabaikan Niza yang begitu cantik nan anggun lalu memalingkan pandangannya tanpa ekspresi sedikit pun.

Niza yang merasa di abaikan oleh Leo merasa sangat tidak nyaman, baru kali ini ia di abaikan oleh pria, padahal sebelumnya dia selalu di kejar-kejar oleh setiap pria yang melihatnya.

Ekspresinya pun berubah, ia menjadi cemberut dan memasang wajah jelek lalu menatap Leo dengan sinis, namun tetap terlihat manis, ia pun dengan cepat menancap gas mobilnya dan meninggalkan Leo yang berada dalam bus tersebut.