Entah dosa apa yang sudah dilakukan oleh Arjoona Harristian dikehidupan nya yang dulu hingga ia harus menghadapi masalah sepelik ini. Ia masih dalam keadaan kaget dan berdiri gara-gara ide gila bos besar nya. Arjoona yang sempat menghentikan nafasnya sejenak menarik kembali oksigen ke dalam paru-paru nya. Ia menggeleng sambil mengerjapkan matanya beberapa kali. Ah mungkin ini hanya mimpi, Joona mengerutkan keningnya. Ini bukan mimpi Joona.
"Apa maksud bapak ngomong kayak gitu!" Arjoona masih dalam mode difensif dan itu membuat Gerald menggelengkan kepala sambil tersenyum.
"Duduk dulu Arjoona, kamu gak perlu kaget seperti itu," ujar Gerald mencoba menenangkan Joona.
"Gimana aku gak kaget?bapak suruh aku nikah sama cucu bapak, maksudnya apa?" tanya Arjoona dengan nada mulai tinggi. Gerald melepaskan nafas berat dan menyuruh Joona untuk duduk sekali lagi.
"Arjoona bukannya kamu sudah berumur 28 tahun, apa salahnya menikah sekarang?" Arjoona mendengus dan membuang pandangannya.
"Jadi sekarang bapak ngatur aku menikah?" Gerald menggeleng.
"Joona, jangan terlalu serius, ini hanya pernikahan kontrak" Arjoona makin kaget dan mengerutkan keningnya. Tunggu. Apa maksudnya semua ini?
"I don't get it at all" (aku sama sekali tidak mengerti) ujar Arjoona dengan mata lebar.
"begini, kamu harus menikah dengan Claire untuk dua tahun saja, setelah itu kalian bisa bercerai dan sebelumnya kamu dan Claire akan menandatangani kontrak prenikahan yang mengatur semuanya, setelah bercerai kamu bisa mendapatkan 50 persen saham Winthrop motors" Arjoona masih terperangah
"jadi, maksudnya aku dijual pada cucumu?" Gerald menepuk keningnya.
"tidak Joona, aku tidak pernah menjualmu, aku menawarkan sebuah kontrak pernikahan padamu"
"And why me?" (kenapa aku?)
"karena hanya kamu yang percayai bisa menjaga Claire" kedua tangan Joona langsung memberi tanda menolak lalu ia menggeleng.
"katakan dengan jujur apa maumu pak?" kini Joona mulai serius. Sebenarnya ia sudah serius dari semenjak tadi.
"aku ingin menjadikan Claire sebagai satu-satunya pewaris Winthrop Corporation, masalahnya sekarang adalah putriku Isabel telah menikah dengan seorang pria yang aku yakini hendak merebut segalanya dari cucu ku, ayah tiri Claire sedang berusaha untuk mengambil posisi Claire sebagai CEO tertinggi Winthrop dan dia bisa melakukan apapun termasuk mencelakakan Claire" Gerald memulai ceritanya. Arjoona masih mendengarkan tanpa merespon apapun.
"Claire harus punya seseorang di dekatnya mengawasi dan melindunginya, aku pikir waktu 2 tahun cukup bagi seorang pria untuk melindunginya dari jarak sangat dekat, hingga aku bisa meyakinkan seluruh keluarga Winthrop untuk mendukungku menjadikan Claire sebagai pemimpin tertinggi Winthrop Corp" tambahnya lagi.
"dan itu cuma lewat pernikahan kontrak?" tanya Arjoona
"ya, tapi jika kamu ingin menikahi dia dengan legal juga aku tidak keberatan" Arjoona mengerutkan kening.
"maksudmu pernikahan kontrak nya hanya pernikahan siri?"
"bukan, pernikahan kontrak nya tetap memiliki legallitas hukum yang sama hanya saja kalian harus bercerai setelah dua tahun" Arjoona menghela nafas memegang keningnya dan menggelengkan kepalanya.
"maaf pak, aku pikir ini ide paling gila, aku tidak bisa melakukannya" Gerald mencoba merayu Arjoona lagi, ia belum menyerah
"Arjoona, aku mohon padamu, hanya kamu yang bisa aku percaya untuk melindungi Claire" Arjoona masih menggeleng.
"aku tidak bisa menikah dengan wanita yang tidak aku kenal, lagipula aku tidak mencintai dia"
"ini hanya untuk dua tahun"
"tetap saja, dua tahun itu lama pak" protes Joona. Gerald menarik nafasnya. Ia sebenarnya tidak ingin mengeluarkan senjata terakhirnya. Ia ingin Arjoona melakukannya tanpa paksaan.
"Arjoona pikirkan sekali lagi, kamu punya waktu dua hari untuk berfikir dan memutuskan" Arjoona masih menggeleng
"Claire akan datang dalam dua hari, setelah itu kita akan bicara lagi" Arjoona mendengus kesal. Sekarang ia punya masalah baru yang harus ia pikirkan.
"sekarang kamu boleh keluar dan teruskan pekerjaan kamu" Arjoona tidak mau berkata apapun lagi dan bangun dari tempat duduknya. Ia bahkan tidak mau pamit pada bosnya seperti biasa dan langsung membuka pintu keluar. Gerald yang melihat hanya bisa tersenyum tipis dan menggeleng.
"ah Arjoona, aku harus menebus banyak dosa putraku padamu nak" gumam Gerald sambil menarik nafas berat dan memulai membaca dokumen yang ia sempat tinggalkan.
Keluar dari ruang CEO, Arjoona kembali ke kantornya dan hendak meneruskan pekerjaannya. Tapi konsentrasinya mulai terbelah, ia kembali dengan wajah tak mengenakkan. David yang masuk ke ruangannya sempat menyadari perubahan sikap Joona yang beberapa kali menutupi wajahnya dengan jari-jari panjangnya.
"ada apa bang, murung kali mukamu?" tanya David membawa laporan pengawasannya pada Joona. Joona yang menyadari David masuk menghela nafas berat dan menggeleng
"gak ada, gue cuma capek" David mengangguk
"ah abang paling jarang bilang capek, ada masalah ya?" tanya David dengan nada kuatir. Arjoona tersenyum tipis dan menggeleng.
"gak ada, sini laporan lo, gue harus periksa sebelum makan siang" David menyerahkan laporan itu pada Arjoona dan menaikkan bahunya sambil melihat jam dinding.
"kayaknya gak sempat bang, ini udah jam 12, udah jam makan siang" Arjoona ikut meliaht jam.
"gue gak butuh waktu lama, paling lama cuma setengah jam" David mengangguk
"kalo gitu aku tunggu saja disini, kita makan siang sama-sama" Arjoona mengangguk. David menunggui Arjoona menyelesaikan memeriksa laporan yang dibawakan oleh David. Hingga hampir 30 menit kemudian Arjoona menyelesaikan tugasnya dan mengajak David untuk makan siang diluar. Hari ini Arjoona yang sudah kurang bersemangat, ia lalu mengajak David makan di luar kantin perusahaan. Setidaknya ia bisa mengalihkan pikirannya dari yang terjadi di kantor bosnya sebelumnya.
Arjoona mengajak David makan disalah satu restoran cepat saji agar mereka tidak terlalu lama mengantri. Selesai membayar dan membawa makanan, Joona mencari tempat duduk dekat pintu masuk. David sudah menunggu dengan tesenyum menyambut makan siangnya.
Tapi senyuman Joona ternyata tidak berlangsung lama, ketika ia hendak makan matanya menangkap sosok seseorang yang ia rindukan selama ini. Mantan kekasihnya terlihat sedang mengantri sendirian. Mata Joona tidak beralih dari gadis yang sudah pernah ia pacari selama lebih dari 4 tahun. David yang sedang makan melihat Joona belum memulai makan nya. Ia menyentuh lengan Joona bertanya ada apa. Joona hanya menggeleng dan tersenyum pelan. David menoleh ke belakang dan melihat sosok yang dilihat oleh Joona dan ia mendengus kesal.
"bang udahlah, ngapain kau masih pikirkan cewek itu" tegur David dengan nada kesal.
"gue belum bisa ngelupain dia Vid" David mendengus kesal. Bosnya yang satu ini memang terlalu patah hati. Padahal mereka sudah putus lebih dari 7 bulan yang lalu tapi dia masih belum move on.
"move on lah bang, dia aja ninggalin abang buat cowok lain, ngapain abang masih pikirkan dia?" David makin kesal. Arjoona sepertinya tidak mendengar apa yang dikatakan oleh David. Ia malah bangun dan berjalan ke arah Dessy Anggraini, wanita yang telah menghancurkan hatinya. David yang terperangah melebarkan matanya dan membalikkan tubuhnya mengikuti arah Joona berjalan. Ia makin kesal melihat Joona yang seperti kehilangan kendali pada dirinya karena Dessy.
"hai" sapa Joona dari samping Dessy berdiri. Dessy menoleh dan tersenyum manis setengah mengejek. Mantan pacarnya masih seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, mengikuti kemanapun ia pergi.
"hai Arjoona, kamu disini?" Arjoona tersenyum ramah membalas senyuman Dessy.
"iya sedang makan siang, kamu apa kabarnya, udah lama kita gak ketemu?" tanya Arjoona seperti tersihir. David menggeleng dan hampir menggebrak meja. Ia paling tidak suka dengan Dessy terlebih setelah ia ketahuan berselingkuh di belakang Joona dan memilih kekasih gelap nya yang lebih kaya.
"kabarku baik, aku mau makan siang juga" jawab Dessy dengan nada sedikit centil. Ia melirik dibelakang Joona dan melihat sinis pada David yang memberinya delikan sinis.
"aku gak tau kamu masih aja temenan ma orang miskin kayak dia," ujar Dessy dengan nada mengejek. Arjoona hanya menghela nafas.
"kamu harus berubah Arjoona kayaknya kamu sama aja kayak dulu, kamu masih ngerap?" lanjut Dessy lagi. Arjoona mengangguk pelan. Dessy mendengus sinis. Dessy tidak menyukai profesi Arjoona sebagai rapper, menurutnya menjadi musisi underground seperti itu tidak akan membawa kepada keberhasilan. Cuma buang-buang waktu karena penghasilan yang ia dapatkan dari menjadi rapper dan pencipta lagu bahkan tidak sampai seperempat gaji Dessy sebagai model.
Tak lama kemudian, seorang pria datang menghampiri Dessy dan Arjoona yang masih bicara di antrian.
"hai sayang, maaf kamu antri duluan ya?" ujar pria itu lalu mencium pipi Dessy. Arjoona yang melihat hanya bisa menelan ludah pahit. Pria itu lalu melihat Arjoona dan bertanya siapa pada Dessy.
"Cuma kenalan biasa, namanya Arjoona Harristian" Arjoona menarik nafas dan terpaksa bersalaman memperkenalkan diri. Setelah mengangguk beberapa kali Joona akhirnya berjalan kembali ke bangkunya. David hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat perilaku Joona.
"bang, sampai kapan abang mau begini terus?" Arjoona tidak menjawab dan hanya mengambil gelas cola dan meminumnya pelan.
"dia udah berkhianat sama kau bang, berhentilah jadi orang bodoh, cari aja cewek lain"
"gak segampang itu David, dia pacar pertama gue" Arjoona membela diri.
"iya aku tau bang, tapi banyak perempuan yang naksir abang tolak malah yang kayak gitu abang kejar-kejar" David menggeleng tidak percaya.
"gue masih belum ngerti salah gue dimana, kenapa dia ninggalin gue untuk laki-laki itu?" Arjoona masih belum mengalihkan pandangannya dari Dessy dan pasangannya yang mengumbar kemesraan.
"jelas alasan nya uang, kalo abang kaya raya dia gak akan ninggalin kau bang, perempuan macam itu banyak dipasar, gak perlu lah kau kejar-kejar perempuan murahan kayak gitu"
"David!" tegur Arjoona sambil menggelengkan kepalanya
"maaf bang, aku kesal abang dibegitukan sama dia, padahal abang tu gak jelek, ganteng malah, eksotis kalo aku bilang" Arjoona tersenyum dan tertawa kecil. David jadi ikut tertawa.
"gak gampang ngelupain dia Vid, dia jadi pacar gue dari kuliah S2 sampe empat tahun, gue harap lo ngerti" David mengangguk
"aku gak tau bang gak gampang, tapi abang harus move on, gini ya kalo abang seperti ini terus aku kutuk abang gak bisa lepas dari cewek cantik selamanya" Arjoona mengerutkan keningnya.
"kutukan macam apa tu?"
"kutukan cinta hahahaha" Arjoona makin tersenyum mendengar celotehan aneh David. Ia selalu bisa membuat Arjoona yang sedih jadi tersenyum lagi.
Usai makan siang, Arjoona kembali beraktifitas seperti biasa. Ia berusaha terus berkonsentrasi menyelesaikan pekerjaannya dan mengakhiri hari sore harinya. Tidak langsung pulang ke rumah, Arjoona memiliki jadwal tampil di klub malam ini. Dari kantor ia langsung berangkat ke Anthem, klub hip hop dipinggiran kota.
Arjoona mengambil ranselnya dari dalam mobil sebelum masuk ke dalam klub dari pintu belakang. Menyapa beberapa orang hingga ia tiba di ruangan ganti. Ia mulai mengganti kemejanya dengan sebuah kaos oversized sambil mengacak rambutnya beberapa kali. Di depan cermin, Joona menarik nafasnya beberapa kali sebelum akhirnya ia keluar dan hendak tampil.
Arjoona sudah mulai ditunggu oleh seorang DJ yang selalu menjadi tandem nya memutar beat. Para fansnya mulai berkumpul ketika Joona hendak tampil. Arjoona sang rapper disukai hampir oleh sebagian besar pengunjung. Tak jarang ia mengajak salah seorang pengunjung untuk ikut ke panggung dengannya. Kali ini seorang gadis cantik ikut bergoyang mengikuti beat hip hop bersama gaya Arjoona yang sesekali menggoda gerakan tubuh dan tangannya.
Semakin malam, beat hiphopnya makin berat. Campuran musik RnB hingga rock membuat seluruh pengunjung melompat dan saling bernyanyi. Dan Arjoona terus memanjakan seluruh pengunjung dengan berkolaborasi dengan rapper lainnya.
Usai Arjoona tampil, DJ yang bernama Gentala itu masih terus memutar remix musik dan lagu-lagu. Setelah melakukan tos dan bump pada DJ, Arjoona turun dari panggung disambut banyak pujian seperti biasa. Ia lelah dan berkeringat tapi masih terus tersenyum.
"kamu keren banget malam ini" ujar Felisha salah satu bartender di bar tempat Joona melepaskan lelah. Arjoona hanya tersenyum sambil meminum air mineralnya. Felisha terus tersenyum lalu memberikan segelas bir pada Arjoona sambil mengedipkan matanya. Arjoona mengangkat gelas itu dan tersenyum.
"Thanks Feli" balas Arjoona tersenyum. Ia tau jika Felisha menyukainya tapi ia bersikap biasa saja. Tak berapa lama kemudian, Arjoona kembali digoda beberapa gadis yang melihat pertunjukannya tadi
"hai Arjoona" Arjoona dengan ramah berbalik dan tersenyum dengan lesung pipi nya. Ada tiga gadis yang menghampiri nya dan mencoba berbicara pada Joona. Joona hanya melayani dengan sopan, tapi Felisha akhirnya mengusir ketiga gadis itu agar tidak mengganggu Joona yang masih kelelahan. Arjoona hanya menggeleng sambil tersenyum.
"banyak cewek genit disini, kamu harus hati-hati" Arjoona hanya tersenyum dan mengangguk. Satu jam kemudian, Arjoona keluar dari klub setelah jam kerjanya selesai. Ia kembali ke mobil sendiri sebelum Gentala akhirnya memanggil Arjoona. DJ yang selalu berhoody itu hendak mengajaknya makan.
"Joon, lo mau balik?" Arjoona membalikkan tubuhnya
"iya, gue udah selesai, kenapa?"
"ikut gue makan yuk, gue traktir" ujar Gentala sambil tersenyum
"tumben, dapat proyek apa lagi lo?" tanya Arjoona sambil memegang kunci mobilnya.
"ah biasa ada penyanyi yang pake gue nge aransemen lagu nya" Arjoona mengangguk. Gentala adalah seorang enginer musik, ia punya pekerjaan lain di sebuah label rekaman terkenal sebagai arranger musik. Arjoona akhirnya mengangguk dan Gentala pun masuk ke mobil Joona.
"mau makan dimana?" tanya Arjoona sambil menghidupkan mesin mobil
"ah ada pub baru, katanya makanannya enak, kita kesana aja" Arjoona mengangguk. Keduanya berbicara ringan seputar musik dan pekerjaan selama perjalanan ke pub tersebut. Arjoona dan Gentala tiba di pub setengah jam kemudian dan bersiap hendak makan. Waktu sudah hampir jam 11 malam jadi Arjoona memilih makanan yang ringan untuk perutnya.
Dua meja dari Arjoona seorang wanita berambut pirang dengan pakaian seksi tengah menunggu seseorang datang. Ia sudah menunggu hampir satu jam tapi yang ditunggunya belum datang. Ia mulai mendengus kesal dan terus melihat jam tangannya. Karena tidak sabar lagi, ia pun berdiri hendak berjalan keluar dari pub. Ia akan melewati meja Arjoona dan temannya Gentala, ketika tiba-tiba ponsel Arjoona berdering.
Arjoona merogoh saku celananya dan melihat layar ponsel sebelum mengangkatnya. Ia meminta ijin Gentala untuk menerima telpon agak jauh dari meja. Dan saat bangun itulah Joona bertabrakan dengan wanita yang sedang berjalan dengan langkah kesal ke luar pub. Ponsel Joona terlepas dari tangannya, sementara ia melihat wajah sang wanita dengan kening berkerut dan wanita itu melihat Joona yang menabraknya dengan raut kesal. Bukannya meminta maaf, ia malah terus berjalan seraya menendang lebih jauh ponsel Joona di lantai.
"hei.." sahut Joona menegur sang wanita yang tidak perduli dan terus berjalan. Arjoona kesal, ponsel nya sekarang entah berada di mana. Beberapa pengunjung mulai terlihat melihat pada keduanya. Arjoona yang kesal lalu berjalan cepat hendak mencegat wanita itu. Ia sempat meraih tangan wanita itu sebelum akhirnya berdiri di depan.
"maaf ya tapi kamu udah menendang ponselku" hardik Joona tanpa basa basi. Wanita itu mendengus marah
"itu bukan urusanku, minggir"
"apa nya yang bukan urusan, kalo mau jalan gak perlu nendang ponsel orang lain, sekarang aku gak tau ponsel ku ada dimana, aku sedang menelpon"
"gampang tinggal cari atau beli ponsel lain" jawab si wanita dengan angkuhnya. Ia lalu hendak pergi lagi, Arjoona tidak percaya yang ia dengar, mengapa ada manusia se angkuh ini di dunia?
"What...hei, kamu harus tanggung jawab cari ponselku sampai dapat" sembur Arjoona dengan nada mulai tinggi. Wanita itu berbalik dengan anggun dan angkuh.
"cari aja sendiri, itu bukan urusanku" ia langsung keluar pub begitu saja bahkan tanpa minta maaf. Arjoona mengibaskan tangannya ke udara. Sekarang ia harus memeriksa bagian bawah meja. Ia menggaruk belakang kepalanya kebingungan mencari ponselnya. Hingga seorang pria yang juga berada di pun memberikan nya pada Joona. Joona tersenyum dan berterima kasih beberapa kali sebelum kembali ke meja nya bersama Gentala. Gentala yang juga masih ikut mencari, ditepuk punggungnya pelan oleh Arjoona lalu memperlihatkan ponselnya. Gentala tersenyum sebelum ikut Joona kembali ke meja mereka.
"Siapa Joon?" tanya Gentala begitu mereka duduk. Arjoona menggeleng
"gak tau perempuan aneh!" jawab Joona masih kesal. Gentala tersenyum
"tapi cantik banget, bule ya?" Arjoona mengangkat bahunya
"lo gak ajak kenalan?" Arjoona malah mendengus. Sifat playboy Gentala tak berubah.
"ngapain cewek begitu diajak kenalan, sombongnya minta ampun, dia bahkan gak minta maaf undah nendang ponsel gue" Gentala terkekeh mendengar kekesalan Arjoona.
"ah elo Joon, gitu aja marah, lain kali kalo ada cewek secantik itu lo ajak kenalan, sapa tau jadi gebetan lo"
"jangan sampe orang kayak gitu jadi gebetan gue" Gentala tertawa sambil menggeleng dan meneruskan makan.
Dua hari berlalu setelah kejadian ponsel Joona yang hampir hilang ditendang seorang wanita, hari ini pagi-pagi terjadi kehebohan di Winthrop Electronics. Mereka kedatangan bos baru. Joona yang sudah mengetahui berita itu sebelumnya sampai lupa bahwa mereka akan punya CEO baru akibat kesibukannya yang menumpuk. Ia bahkan tidak sempat memikirkan ide gila Gerald Winthrop sebelumnya.
Arjoona dipanggil ke sebuah ruangan dimana seluruh kepala divisi dan manajer dikumpulkan. Mereka akan dikenalkan pada seorang CEO baru yang akan menggantikan Steven Juliandra CEO sebelumnya. Arjoona masuk paling belakang dan berdiri jauh sambil melipat kedua lengannya di dada. Tidak seperti manajer yang memakai pakaian rapi ala kantoran, Joona hanya memakai kaos dengan kemeja sebagai luaran.
Karena ia orang lapangan ia tidak punya kewajiba berpakaian formal. Jadi Joona hanya berpakaian seperti biasa. Namun keningnya berkerut ketika sorang wanita berdiri di podium memperkenalkan diri sebagai CEO baru. Arjoona berfikir dimana ia pernah melihat wanita itu. Setelah dua menit ia akhirnya ingat.
"Aku CEO baru kalian, namaku Clarine Winthrop" Arjoona melebarkan matanya pada wanita cantik yang berdiri di depan adalah wanita yang sama yang menendang ponselnya.