Chereads / BAYANG KENANGAN / Chapter 9 - bab 9

Chapter 9 - bab 9

Hari ini, ya hari yang biasa-biasa saja.

Dengan cuaca hangat, hembusan angin menyejukan dalam kehangatan matahari.

Senyum sapa, semua-nya menjadi satu dalam langkah kaki.

"Sudah lama?" tanya ia kepada bayu lalu duduk di sebelah-nya.

Membuka minuman kaleng lalu menengak nya.

Bayu seperti biasa, selalu saja sibuk dengan tulis-menulis.

Hari ini, tanpak tak ada yang begitu menarik.

Sesekali ia Rosa melirik ke arah bayu, namun itu hanya sebentar saja.

"Apakah ada yang beda dari ku?". Tanya bayu, saat ia sadar rosa selalu melirik ke arah-nya.

mendengar perkataan bayu itu membuat rosa tersedak.

"huk...!"

"Tak usah kaget begitu". Kata bayu, dan tetap menulis.

Rosa hanya terdiam, ia hanya tersenyum saja, dan mulai termenung.

Merenungkan masa itu.

masa dimana...

"Kau tau rosa, kadang aku berpikir betapa payah-nya diriku. Aku tak seperti mu, kau orang yang bisa mengekspresikan diri sesuka hatimu".

"Benar!" kata batin rosa.

Lalu ia tatapi wajah bayu dengan seksama, "kau tak pernah berubah". Kata ia dengan suara kecil kepada bayu.

"Ah... Apa?" tanya bayu, mengulangi apa yang rosa katakan.

"tak, tak apa" dengan tersenyum ke arah bayu.

"Kau sama seperti, sebuah bayangan". Gumam rosa, kini ia arahkan pandangan-nya ke depan.

"Cuaca hari ini hujan lebat menguyur kota tanjung pandan".

"Apakah ada cerita yang sudah kamu terbitkan?"

"Tak ada" jawab bayu dan tetap menulis.

Kini waktu yang ia jalani sudah 4 bulan lebih, yang arti-nya masih ada sekitaran 8 bulan kurang.

"Kau tau rasa-nya begitu nyaman saat berbicara pada mu, kau selalu saja mengelurkan kata-kata bijak mu saat menanggapi perkataanku".

Awal bulan mei, musim panas/ kemarau datang, begitu hangat. Orang mengeluh akan kekeringan.

"Hari ini begitu hangat". Keluh Rosa dengan mengkipasi diri-nya dengan kipas pelastik, ia melirik ke arah bayu, ia heran mengapa bayu tak merasa kepanasan.

"panas kok." Kata bayu, menjawab pertanyaan dari-nya.

Air yang ada dikolam itu kini mulai menyusut, menguap ke udara.

Pohon-pohon bayak yang merangas daun-daun-nya, untuk mengurangi penguapan.

Rosa, hari ini begitu bayak meminum, minuman kaleng, sudah 6 kaleng ia habiskan.

Namun itu seperti-nya tak membuat tubuh-nya merasa tak gerah lagi.

'HUH... panas... nya..." keluh-nya dengan tetap mengkipasi diri-nya.

"panas salah, hujan pun salah, begini lah manusia yang tak mensyukuri apa yang telah diberikan oleh-nya". ucap bayu, dan menyudahi tulisan-nya.

"Kamu tau, Rosa? Jika hujan menyayat hati, kenapa kau tak menyembuhkan-nya dengan panasnya matahari".

"Tok!"

Sebuah ketukan jari bayu ke kening rosa, rosa meringis kesakitan.

Namun lain hal-nya dengan bayu ia malah tersenyum melihat rosa yang kesakitan dan memegangi kening-nya sendiri.

"Kau tau, kadang aku berpikir, jika hujan tak datang. Bagai mana aku bisa mendapatkan ide untuk menulis, aku selalu bertanya-tanya tentang itu, karena bagi ku, Diwaktu hujan lah aku bisa mendapatkan ide-ide untuk membuat cerita, namun rasa-nya... di musim panas juga, ide-ide untuk menulis sebuah cerita tak hilang. Malahan semakin banyak."

"Bisakah tetap begini?"

Panas menyentuh kulit.

"Aku ingin sekali memeluk-nya"

Rasa tak nyaman menghingapi tubuh.

"Menangis dipelukan-nya"

Peluh keringat mengucur.

"Memeluk-nya dengan erat"

Bercak keringat ditubuh.

"Bayu kau, tetap sama saja"

Angin menyejukan di panas-nya hari ini.

"Kau selalu berbohong, setiap kali kau bernafas"

Menyejukan diri, mentramkan hati.

"Kau selalu berbohong".