Chereads / BAYANG KENANGAN / Chapter 15 - bab 15

Chapter 15 - bab 15

Apakah mencabuti duri yang ada di jalan seseorang itu benar-benar langkah terbaik untuk (membantu) mereka? Meskipun mereka masih terlalu muda untuk melakukan perjalanan dan terluka, namun terkadang penting juga bagi mereka untuk mengetahui rasa sakit dan mencari cara agar mereka bangkit kembali.

"anu, anu... Itu. Apa kamu ada waktu akhir pekan ini". Tanya bayu kepada rosa.

"Hem... Tak ada" jawab rosa, sambil mengeleng-gelengkan kepala.

"Bisakah akhir pekan ini kita mengadakan kecan?".

"tentu bisa".

Bukankah menyalah kan takdir adalah suatu perbuatan buruk, walau takdir itu menyakitkan namun janganlah menyalahkan takdir itu.

Rerumputan bergoyang tertiup angin, awan-awan putih berjalan begitu lambat, bayangan kini mulai nampak begitu besar.

Rasa-nya waktu kali terhenti, alam semesta berhenti mengembang, berjalan ditengah kesunyian di taman, tangan saling mengengam.

Rebahkan kepala di pundak bayu.

Daun-daun mulai jatuh ke air kolam, Merdu nya suara angin berhembus, terdengar oleh telinga.

Senja datang, mentari menyepi dilangit barat, berwarna merah sendu, bayu pun mengajak-nya pulang bersama, menyusuri jalan setapak.

Kenangan ini bak sebuah lukisan, sapuan kuas nan lembut, dengan warna-warni menghiasi kenangan itu.

"Tampak-nya anak ibu sedang berbahagia?". Ucap ibu-nya, menyenderkan tubuh-nya di kusen pintu, kemudian melangkah mendekati anaknya.

"apa yang kau bahagiakan?".

"Apakah ini ada hubungan-nya dengan yang nama-nya wanita?".

Bayu nampak tersipuh malu, melihat anak nya yang tersipuh malu. Ibu-nya hanya bisa tertawa kecil, dan mulai melangkah keluar dari kamar-nya.

"Cuaca hari ini, Sebagian kota tanjung pandan berawan, dan sebagian lagi cerah".

Mengajak-nya ke pantai tanjung pendam, menikmati malam bersama ditemani deruan suara ombak.

Lampu temaram, seakan membuat momen itu menjadi begitu romantis, ditemani cahaya bintang berkerlap-kerlip dilangit malam.

Riuh sura-suara, seakan tak mereka dengarkan.

Malam ini mereka berkencan, menghabiskan malam dengan goresan tinta kenangan.

Hari makin larut, pantai tanjung pendam kini telah tutup, mereka telah lama pulang.

"Apakah itu menyenangkan?" tanya ayah-nya.

yang berbaring di kursi sopa, dan memainkan geme di HP milik-nya.

"Apakah calon menantu ayah itu cantik?".

Bayu tak menjawab pertanyaan ayah-nya itu, ia langsung masuk kekamar-nya dan berbaring dikasur.

Dari balik kamar ia mendengar ayah dan ibu nya membicarakan diri-nya.

Membicarakan ia dan Rosa.

"benarkah bu?".

"ibu tak yakin, tapi kelihatan-nya pacar-nya itu cantik yah".

Mendengar pembicaraan itu bayu hanya bisa terdiam dikamar, memeluk guling dan menghayal tentang rosa.

Apakah bahagia ini hanya awal dari sebuah kesedihan atau bahagia tetap lah seterus-nya bersama diri-nya.

"Satu... Dua.... TIGA!!!"

"Yes...! kamu kena". Ucap rosa, lalu tangan-nya mencubit hidung bayu, sudah berapa puluh kali bayu kalah dalam permainan ini.

"aw...! Sakit!" pekik bayu saat hidung-nya dicubit oleh rosa, merah bak hidung badut.

"ckerek".

Rosa berselfi ria dengan bayu, ia upload poto-nya bersama bayu itu ke media sosial

Dengan hashstag hidung badut.

Melihat rosa yang mengolok-olok diri-nya, seketika membuat bayu begitu gemas melihat rosa, dan ingin mencubit pipi rosa.

"aw... Sakit tauk". Ucap rosa kesakitan sambil memegangi kedua pipi-nya.

Sebuah kebahagian sederhana yang tak perlu kemewahan.

"Kau tahu rosa, bila suatu saat nanti aku tak ada di sisi mu, aku harap kau tak menangisi diriku, dan terlalu lama larut dalam kesedihan seperti saat kehilangan diri-nya" ucap bayu dengan sedikit tersenyum pada rosa.

"Kali ini kau jujur bayu". Kata rosa lirih didalam hati.