Chereads / The sweet triplet / Chapter 6 - TST 6

Chapter 6 - TST 6

Jimin sekarang tengah berjalan di kelilingi para bodyguard dan juga jaehyun sang manager. Jimin dan timnya beserta bodyguard berjalan memecah kerumunan orang-orang yang ingin melihat jimin secara langsung dengan blits kamera yang berkali-kali menyala menandakan begitu banyak foto jimin yang telah mereka ambil. Setelah penampilan jimin selesai, jimin beserta tim nya langsung meninggalkan lokasi karena mereka pikir saat ini para fans jimin pastinya masih berada di dalam menikmati acara sampai selesai. Namun perkiraan mereka salah saat jimin keluar dari pintu yang biasanya di gunakan para artis untuk menghindari keramaian fans dan paparazi, tanpa diduga mereka malah disambut oleh lautan manusia dari fangirl dan fanboy jimin. Sepanjang jimin berjalan melewati kerumunan, penjagaan padanya di perketat untuk menghindari kejadian yang tidak di inginkan. Terdengar suara teriakan riuh dan histeris dari fangirl dan fanboy nya dan jimin hanya dapat melambaikan tangan dan tersenyum manis untuk menyapa. Betapa beruntungnya mereka saat ini dapat melihat senyum jimin dari dekat karena biasanya jimin akan memakai masker dengan topinya namun, saat ini jimin hanya memakai kacamata hitamnya saja tanpa atribut samaran lainnya.

Setelah susah payah mereka melewati lautan manusia, jimin dapat bernafas lega dan saat ini ia sudah berada di dalam mobilnya tengah menyandarkan tubuhnya karena rasa lelah yang tengah melanda akibat berdesakan melewati fans nya beberapa menit yang lalu.

Sampai suara dering ponselnya menyapa telinganya dan membuatnya menegakkan tubuhnya dan menatap layar ponselnya.

Jimin mengernyit bingung, "Eh? Jungkook?" Ia tak menyangka jungkook akan menghubungi namun ia juga bingung untuk apa dia melakukan Video call? Namun jimin menaikkan bahunya acuh dan segera menerimanya.

***

"Jimin-ah!!" Sapa jungkook dengan senyum kelincinya ia terlihat tengah bersantai di atas ranjangnya.

"Ne? Ada apa kook?"

"Tidak ada, hanya rindu mungkin?" Terlihat jungkook menaikkan bahunya acuh.

"Ish! Kau ini!" Jungkook terkekeh melihat jimin yang sedang cemberut. Ia sangat suka sekali menggoda jimin. Namun jungkook mengernyit saat melihat raut jimin yang terlihat lesu.

"Kau terlihat sangat lelah jim?" Ucap jungkook yang kini menatap jimin khawatir.

"Um ne, aku sangat lelah.. Ahhh... —jimin menurunkan sedikit sandaran kursinya agar ia bisa merebahkan punggungnya— ...tapi aku senang bisa menghibur para fans. Karena mereka aku jadi kembali semangat dan melupakan rasa lelahku."

"Kau sangat mencintai mereka?"

"Tentu! Karena merekalah karir kita setinggi ini. Butuh usaha untuk mendapatkan mereka kook, aku masih ingat saat pertama kali menjadi traine dulu. Banyak hujatan, cacian dan bahkan hampir gagal debut."

"Benarkah? Bagaimana bisa?"

"Um.. —jimin mengangguk— ..menurut mereka aku kurang berbakat untuk bernyanyi karena aku lebih ke dance. Sempat mereka akan memasukkan ku ke dalam grup dancer namun seseorang dari agensi bernama namseok yang bekerja di agensi ku sebagai komposer menyukai suaraku yang unik."

"Unik?"

"Um, dia bilang suaraku unik karena dapat mencapai nada tinggi dan begitu lembut dan feminim seperti suara wanita. Astaga bagaimana bisa tuhan menciptakan aku yang pria ini bersuara wanita, aish!"

"Hei jim, kau ingin tahu sisi pandang orang lain untuk menilaimu?"

"Tentu saja aku ingin tahu."

"Aku akan mengatakan sejujurnya dan juga pendapat dari orang lain seperti apa dirimu." Jimin pun menganggukkan kepalanya.

"Dengar kau itu pria yang mempunyai paras manis dan cantik."

"Yak! aku ini tampan!!"

"Kau mau mendengarkan atau tidak?!!"

"O-oke."

"Dengar sekali lagi, jimin-ah kau itu pria yang mempunyai paras manis dan cantik. Tubuhmu mungil namun berisi dan bisa disebut sexy." Wajah jimin merona mendengar nya.

"Suaramu memang unik, bisa mencapai nada yang tinggi dan suara yang feminim dan lembut juga merdu. Tak banyak seorang pria memilikinya bahkan sangat sulit mencarinya. Jujur pertama kali aku mendengar suaramu aku sangat penasaran dengan pemiliknya. Aku sangat kagum dengan suara yang kau miliki begitu pun dengan orangnya aku sangat menyukainya. Aku mencintaimu jimin."

"A-apa? Jangan bercanda kook!" Jimin menaikkan kedua alisnya terkejut dengan apa yang ia dengar barusan.

"Aku tidak bercanda jim, aku benar-benar mencintaimu. Maukah kau jadi kekasihku?"

"Kook? Kau yakin?" Ucap jimin ragu.

"Ne, aku yakin."

"Em.. B-bisa kah kau menunggu? A-aku masih ragu kook!"

"Ne, tentu saja jimin. Aku pasti akan menunggumu."

"Um.. Ne terima kasih kook, em.. kook kalau begitu aku akan istirahat dulu ne."

"Istirahatlah, ku tunggu jawaban mu satu minggu lagi." Ucap jungkook sambil tersenyum lebar sampai menampilkan gigi kelincinya.

"Eh..? Tung....-belum jimin menyelesaikan ucapannya sambungan telah terputus-....gu! Yah... Jungkook! Aish!" Jimin meletakkan ponselnya ke atas perutnya kemudian ia mengusap wajahnya frustasi.

"Satu minggu eoh?!" Jimin masih bingung karena waktu yang di berikan terlalu cepat menurutnya. Apa ia bisa memastikan jawaban dengan yakin tanpa keraguan sedikit pun? Jujur, ini yang pertama kalinya untuk jimin. Karena sebelumnya jimin tak pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Perasaan jimin pada jungkook sebenarnya hanya sebatas rasa kagum. Namun jimin mengakui jika saat ia bersama jungkook, Jimin merasakan jantungnya berdebar kencang ada rasa gugup dan senang saat berada di dekat jungkook. Namun tetap saja jimin tak yakin jika itu adalah Cinta.

***

Sudah 2 hari berlalu sejak kejadian di restoran itu. Saat ini Jihyun merasa tenang tak ada gangguan dari pria berkulit pucat bernama Min yoongi itu. Karena dari pengamatan Jihyun, pria itu sangat nekat dan bisa berbuat apa saja tanpa takut gagal dan mendapat penolakan. Yang Jihyun yakini Min yoongi tipikal seorang pria pejuang tak kenal yang namanya putus asa dan tidak menerima penolakan dan pria seperti itu yang harus di hindari oleh Jihyun.

Saat ini Jihyun berada di kantornya memeriksa berkas-berkas yang ada di mejanya menunggu giliran untuk mendapat tanda tangan jihyun. Namun jihyun mengerjakannya dengan menggerutu. Bukan karena pekerjaannya melainkan karena kliennya yang ia temui dua hari yang lalu, Min yoongi.

"Semoga saja tak akan pernah bertemu lagi dengan pria itu. Tapi, itu tak mungkin dia rekan bisnis ku. Oh ya tuhan aku bisa gila!" Gerutu jihyun

𝙏𝙤𝙠 𝙏𝙤𝙠 𝙏𝙤𝙠

"Masuk." Jihyun mempersilahkan masuk seseorang yang baru saja mengetuk pintu ruangannya.

𝘾𝙚𝙠𝙡𝙚𝙠

"Ji, kau sibuk?" Jihyun pun mendongak melihat pada orang yang baru saja masuk ke ruangannya.

"Papa!" Jihyun pun berdiri dari duduknya dan melangkah ke arah Namjoon, ayahnya.

"Bagaimana pekerjaanmu beberapa hari ini nak?" Ucap namjoon yang kini memeluk jihyun dan mengusap belakang kepala putranya.

"Baik pa, tak ada masalah. Papa kapan pulang dari singapura? Mama mana pa?"

"Papa baru saja datang. Mama sudah di rumah. Tadi papa mengantarnya terlebih dulu sebelum ke sini." Ya, tuan dan nyonya Kim beberapa hari yang lalu berada di singapura. Bukan karena pekerjaan, mereka di sana menghadiri acara pernikahan putri dari kakak nyonya Kim.

Saat Namjoon dan Jihyun sedang asik mengobrol tentang bisnis mereka berdua di kejutkan oleh suara pintu ruangan jihyun yang di buka kasar oleh pemuda mungil yang tampak ketakutan.

𝘽𝙧𝙖𝙠𝙠

"Hyung! Tolong aku!!!!!"

.

.

.

.

.

𝙏𝘽𝘾