hafiz dan kevin tiba dirumahku dua hari setelah keberangkatan aldo ke amerika.
"aisyah,,kami turut prihatin dengan kejadian yang menimpa kalian." hafiz melihatku dengan perasaan sedih, dia pernah kehilangan istrinya,jadi dia sangat mengerti perasaanku saat ini, meski aldo tidak sampai meninggal, tetapi adrian sudah menceritakan secara detail keadaan aldo, bahkan bhita dan adrian sebagai seorang dokter tidak yakin apakah aldo bisa bertahan atau tidak.
" terima kasih hafiz, kevin...aku minta maaf untuk aldo karena tidak dapat meneruskan pekerjaannya." kataku tertunduk, aku benar- benar tidak enak dengan hafiz.
" urusan itu sudah beres aisyah, malah kini aku dan kevin akan tinggal disini menemanimu selama aldo masih sakit,,urusan diaustralia sudah kami alihkan kepada orang- orang kepercayaanku." hafiz tersenyum melihatku terkejut, kami memang menjadi sahabat sekarang.
" aisyah...selamat atas kehamilanmu ya..." kevin memberiku selamat dan kuangguki.
" terima kasih vin....kamu dan hafiz harus membantu aku merawat dan menjaganya ya!" aku tertawa sambil mengelus perut rataku, aku harus bahagia, demi anak kami, aku yakin aldo dapat melewati semua ini dan segera kembali kepadaku.
" pasti aisyah...kita bersaudara sekarang..." kevin langsung menyanggupi.
" aisyah...aku dan kevin akan sangat sibuk...aku akan merepotkanmu, aku ingin kau tinggal dirumahku untuk menjaga nisa, bagaimana?" tanya hafiz padaku.
"tentu...aku akan menemaninya selama kau bekerja dan pulang saat kau sudah kembali." aku juga langsung menyetujui keinginan hafiz.
" oke..." hafiz baik- baik saja dengan keinginanku.kami mengobrol dan mereka pulang karena hari menjelang malam.
sepeninggal aldo dan hafiz aku masuk kekamarku,aku berbaring dan memikirkan aldo, aku sendiriam dirumah,setelah menjemputku,orang tuaku segera kembali bekerja diluar kota.
"bu...bagaimana keadaan mas aldo..." aku mengirim pesan pada mertuaku tetapi setengah jam sudah berlalu tak kunjung ada balasan, akupun memejamkan mataku,tubuhku sangat lelah dan akupun tertidur.
sudah satu bulan semenjak aldo di bawa ke amerika oleh mertuaku, tetapi belum ada kabar, ku telepon tidak bisa, kukirim pesan tidak dibalas, hatiku benar- benar kacau, kadang aku merasa aldo tidak baik- baik saja.aku bertanya pada bhita, tetapi bhita juga belum mendapatkan kabar dari keluarga aldo.
"drttt...drtt...ibu calling..." kulihat ponselku berdering dan aku sangat gembira sekaligus cemas saat mengetahui itu dari ibu mertuaku.
" assalamu'alaikum bu ...mas aldo keadaannya srperti apa bu...aku ingin melihatnya..." kudengar isak tangis dari seberang sana.
" aisyah....aldo baru saja pergi nak....aldo pergi untuk selama- lamanya nak,,,dia tidak akan pernah kembali..." saat ibu selesai bicara, kakiku terasa lemas, penglihatanku buram dan aku pun tak sadarkan diri.
"aisyah....kau sudah bangun....?" bhita dan adrian sudah berada dikamarku.
" bhita...aldo....mas aldo...." aku tak bisa meneruskan kata- kataku,,,airmataku mengalir dengan deras, aku tidak percaya karena jenazahnya dimakamkan di amerika, tetapi saat mengingat kondisinya, aku juga tidak yakin aldo bisa bertahan,, aku berada dalam kebimbangan.
" aisyah...kamu yang sabar ya sayang...."adrian menghiburku, begitu juga dengan bhita.
"aisyah....ingat kandunganmu, dia satu- satunya milik aldo yang ditinggslkan padamu...kamu harus kuat,oke!! bhita memelukku, dan aku pun beranjak dari tidurku.
"bhita, terimakasih, kak adrian...terima kasih...aku akan kuat demi anak kami..." aku mengusap air mataku, dan aku turun dari tempat tidur.
" bhita...antarkan aku ke kamar mandi, aku mau berwudhu..." bhita memapah tubuhku yamg masih terasa lemas.
aku sholat dan memohon ampun kepada Allah, aku juga mendo'akan aldo agar dia mendapat tempat terbaik disisiNya.
" sayang...kita harus kuat ya...." aku mengelus perut rataku, aku mengingat setiap kebersamaanku dengannya.
" mas aldo...aku masih belum percaya kau sudah pergi, hatiku mengatakan kau masih hidup, apa kau lupa kalau jantungku yang berada didalam tubuhmu...aku akan mencari tahu..." kataku dalam hati.
"aisyah...kami permisi dulu ya..." bhita dan adrian pamit pulang.kini aku dirumah seorang diri,ayah dan ibuku baru akan kembali besok,sedangkan mertuaku tidak mengirimiku kabar setelah menyampaikan berita kematian suamiku.
" sayangnya bunda....kita harus mencari tahu kabar tentang ayahmu yang sebenarnya..." entahlah, yang pasti hatiku mengatakan jantungku masih berdetak.dan aku memiliki harapan untuk menunggunya.