Sungguh kalau aku memikirkan kebaikan demi kebaikan yang kak Alin berikan kepadaku, rasanya seandainya aku menyerahkan nyawa untuk kak Alin itu nggak cukup untuk membayarnya.
Sebab karena kak Alin lah aku bisa jadi seperti ini, karena kak Alin kehidupan keluargaku dikampung ada perubahan kearah kebaikan, dan karena bantuan kak Alin adik-adikku di kampung bisa sekolah.
Kak Alin sangat bahagia sebab aku bisa meraih nilai yang sangat memuaskan, aku bisa mendapat peringkat kedua di sekolah ini, nilaiku sungguh sangat bagus kak Alin berjanji akan menyekolahkan aku ke jenjang lebih tinggi, agar cita-citaku menjadi seorang guru bisa terwujud.
Akhirnya kami pulang, hati ini riang dan sangat puas dengan pencapaian prestasiku, nggak sabar rasanya untuk menelepon bapak juga ibukku.
Samapi sudah kami di mes tempatku bekerja, sebelum keluar dari mobil kak Alin memegang pundakku.
"Rani ..! Janji kak Alin sudah di tepati, kamu masih ingat dengan janji kita kan ..?."
"Janjimu dulu setelah kamu lulus kita akan menikah, kamu nggak lupa dengan janji itu kan ..?."
Mendengar kata-kata kak Alin lidahku langsung kelu, lututku lemas, dan hawa dingin seakan menyergapku.
Aku menatap kak Alin dengan rasa tak percaya, sungguh aku tak percaya akan secepat ini kak Alin menagih janjiku.
"Hai sayang ..? Kenapa ..? Kenapa kamu membisu, apa kamu sudah lupa akan janjimu?."
"Tii ...dak, tidak Rani tidak lupa dengan janji Rani kok kak, tenang saja Rani akan tepati janji Rani."
"Sungguh ..? Sungguh kamu tidak akan berbohong dengan kakak ..?."
Kak Alin menatapku dengan sangat lekat, kak Alin mendekatkan wajahnya ke wajahku.
"Kenapa kamu pucat Raniku sayang ..? Apa ada yang kamu sembunyikan dari kakak ..?."
"Tidak, Rani tidak menyembunyikan apa-apa."
"Apa kamu punya rencana lari dari kakak?."
"Tidak, sama sekali tidak!."
Kak Alin semakin mendekatkan wajah dan tubuhnya ke arahku, badanku sekarang terkunci oleh tubuh kak Alin, lalu kak Alin meraih daguku, mencoba untuk menciumku, secara refleks aku berpaling, dan keringat dingin mulai membanjiri wajahku.
"Sikapmu menjawab pertanyaan ku Rani! dari sorot matamu Kakak sudah bisa membaca isi kepalamu! Kamu pikir kamu bisa begitu saja lari dari kuasaku hemmm ..? Rani sayang ..? Raniku yang polos juga menggemaskan!."
Jari jemari kak Alin menyapu wajahku, lalu tiba-tiba berhenti di leher, dan aku merasakan cekikan kak Alin di kerongkongan ku, kak Alin menatapku dengan sangat tajam.
"Berani kamu main-main? Maka kamu akan mati ha .., ha .., ha! sekarang kamu turun! beresi semua baju dan barang-barang mu, mulai hari ini kamu akan tinggal bersamaku di apartemen."
"ow iya besok aku akan mengurus surat resign mu, lalu aku akan mengurus paspormu dan kalau semua sudah beres kita akan keluar negri untuk menikah, Rani yang cantik, Rani yang baik, akan aku jadikan kamu Ratu di rumahku, dan tidak akan aku biarkan orang lain merusak rencanku, sekarang kamu keluar dari mobil, aku tunggu kamu disini secepatnya!."
Kak Alin melepaskan cengkraman tangannya, aku terbatuk-batuk, dan aku merasakan leherku juga sangat sakit, air mataku tumpah ruah, aku menatap mata kak Alin dengan nanar, aku ingin bersuara, namun suaraku hanya sampai di kerongkongan seakan nggak mau keluar, dengan langkah gontai aku menuju ke mes.
Aku beresi semua barang-barangku, aku pasrah dan menyerah, mungkin ini sudah nasibku, pas aku sedang menyusun baju, tiba-tiba ada benda jatuh dari tumpukan baju, hp? Ya hp ini adalah hp pemberian bundanya Laras, semoga benda ini bisa menyelamatkan aku dan bisa membuatku lari dari kungkungan kak Alin.
Tanpa pikir panjang, aku segera mengirim pesan wa kepada Laras bang Rio, dan bunda Laras, disitu aku ceritakan semua permasalahan yang sedang terjadi, dan tak lupa aku juga mengeshare lokasi apartemen kak Alin, setelah pesan terkirim aku buru-buru mematikan HP, dan menyimpannya didalam koper berisi baju-baju, selesai aku menyimpan hp tiba-tiba kak Alin masuk ke kamar.
"Rani ..? Lama sekali kamu! Aku pikir kamu kabur!."
"Maaf kak tadi Rani kebelet jadi Rani ke toilet dulu?."
"Sudah selesai beres-beres nya belum? Kalau udah ayo kita langsung ke apartemen."
Aku mengekori kak Alin, jantungku berdetak sangat kencang, sungguh aku sangat takut, kira-kira aku mau diapain disana nanti.
Ya Allah seandainya nanti aku di apa-apa kan oleh kak Alin, aku memilih mati, lebih baik aku mati mempertahankan harga diri, daripada aku hidup menjadi pasangan seorang lesbi, sampailah kami di apartemen, saat aku keluar dari mobil, tiba-tiba ada yang memanggilku.
"Rani ..!!."
"Bang Rio ..?."
Aku berlari kedalam pelukan Bang Rio, aku menangis sekuat-kuatnya.
"Sudah jangan menangis, jangan takut, semua akan baik-baik saja."
"Rani ..!! Apa-apaan ini? Oowh jadi kamu sudah mulai bermain-main denganku hah!."
Kak Alin menjambak rambut ku dan menarik aku kedalam pelukannya.
"Kamu Rio ..? Apa urusannya kamu sama aku hah!."
"Jelas aku ada urusan, sebab aku kesini karena aku akan menyelamatkan Rani dari kebejattan mu! Katakan padaku berapa harga yang harus aku bayar agar kamu melepaskan Rani dari cengkraman mu!."
"Ha .., ha .., ha .., ha kamu sudah tau siapa aku kan Rio? Kamu tau kan? Tentang Bisnisku! apa kamu pikir aku ini sedang kekurangan uang? Untuk membeli 10 Rani aja aku masih mampu."
"Alin ..! Lepaskan Rani! dia gadis baik, dia nggak pantas untukmu!."
"Apa ..? Jadi siapa yang pantas buat Rani? Jawab!."
"Aku! Aku yang pantas untuk Rani! Sebab aku laki-laki, dan aku normal, tidak seperti mu, menjijikan dan berpenyakit busuk!."
Aku melihat kak Alin mengeluarkan suatu benda dari kantong celananya, pistol? Kak Alin mengeluarkan pistol? Tidak, tidak, lalu kak Alin menembakan pistol itu ke arah bang Rio, dor, dor, refleks aku berlari ke arah bang Rio dan ..?
"Aaaaaa."
Aku rasakan ada benda panas menghantam punggungku, dan pandanganku langsung gelap, lalu tersungkur ke tanah, namun aku masih bisa mendengar suara bang Rio dan kak Alin bersamaan memanggilku
"Raniiii ...?"
*Kepanikan Alin*
Aku melihat Rani luruh ke tanah, dengan darah segar mengalir di punggung nya, aku berlari mendekat, namun dari arah belakang segerombol polisi menyergapku, salah satu polisi berteriak memperingatkanku sambil menembakkan pistol ke udara.
"Dor ..! Dor ..! Buang senjatamu Alin! Dan angkat tanganmu
Ku buang senjataku di tanah dan ku angkat kedua tanganku.
"Jongkok ..!."
Aku mengikuti perintah polisi dan akupun jongkok, lalu polisi tadi langsung memborgol tanganku.
Aku melihat Rio langsung membopong Rani dan mengangkat Rani naik ke mobil polisi.
"Rani, Rani maafkan kakak."
Aku menangis sambil memberontak
Ingin melepaskan diri dari polisi, namun dengan sigap polisi menyeretku untuk masuk ke dalam mobil .
"Rani .., Rani .., maafkan kakak, tolong lepaskan aku sebentar saja pak, aku ingin melihat keadaan Rani, tolong bawa aku untuk menemui Rani, aku mencoba keluar dari mobil, namun aku tak bisa keluar, dan aku melihat mobil yang membawa Rani pergi, aku meraung-raung histeris hatiku berdoa Tuhan tolong selamatkan Rani! aku salah tuhan aku yang salah.
Setelah mobil yang membawa Rani menjauh, sekarang tinggal giliran mobil yang membawaku berjalan, ku lihat banyak sekali warga sekitar apartemen berkerumun untuk menonton kejadian penembakan Rani olehku,.
Aku yakin sebentar lagi aku akan menjadi buah bibir dimana-mana, hancur sudah reputasi ku, tapi apa peduliku dengan reputasi, yang aku pedulikan hanyalah keselamatan Rani, seandainya Rani mati karena ku, aku yakin aku juga nggak bis melanjutkan hidupku.
#Perjalanan Rio dan Rani Ke Rumah Sakit#
Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, aku selalu menggenggam erat jemari Rani, tak henti aku membisikan kalaimat tauhid di telinga Rani, dengan harapan meskipun Rani pingsan, namun hati Rani tetap berdzikir untuk terus memuji kebesaran Allah.
Air mataku terus menetes, sungguh seumur hidupku baru kali ini aku mengalami kesedihan yang bisa membuatku menangis, selama ini sesakit dan sesedih apapun hatiku, pantang bagiku untuk menitikan air mata, Rani tertembak itu karena berusaha melindungiku, ya Allah selamatkan Rani?.
Terbayang jelas dimataku saat pertama kali aku bertemu Rani di rumah sepupuku Laras, ya dia Rani gadis yang lugu, dan pemalu, namun dibalik keluguannya dia adalah gadis kuat dan pekerja keras.
Sore hari dia bekerja di sebuah kafe sampai jam 11 malam, dan pagi harinya dia sekolah, dalam keadaan seperti itu dia masih bisa menjadi bintang kelas, dia Rani gadis bermata indah, yang akan tersipu malau dan pipi cubynya akan berubah kemerah-merahan, saat mata kami tidak sengaja bersitatap.
Dia juga gadis yang santun juga ramah, dia adalah sosok gadis Jawa yang masih mengagungkan nilai-nilai ketimuran, kecantikan wajahnya, keanggunan sikapnya, yang telah membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama.
Rani adalah sosok gadis impianku, dia juga memiliki rasa sosial yang tinggi, terbukti di setiap dia mengambil sikap dan keputusan, dia akan selalu mementingkan dan memikirkan perasaan orang lain, namun sikapnya yang seperti itu, justru membuat banyak orang ingin memanfaatkan.
Rani gadis yang di dalam kepalanya hanya memikirkan keluarga dan adik-adiknya, entah kapan dia akan memikirkan dirinya sendiri, entah aku juga nggak tau, kalau ada apa apa yang terjadi dengan Rani, sungguh aku tak akan pernah memaafkan Alin, mengingat nama Alin emosiku langsung membuncah, aku menyesal sungguh menyesal, kenapa tidak dari dulu aku menolong Rani, dan melepaskan Rani dari jeratan Alin,.
Sungguh bodohnya aku, kenapa hanya karena aku tau Alin sangat berkuasa dan seorang pengusaha yang kaya raya sudah membuat nyaliku menciut, kenapa aku menjadi seorang laki-laki yang pengecut, bukankah aku seorang polisi? Tapi kenapa aku nggak berani melawan seorang Alin?.
Sampai sudah mobil yang membawa Rani di rumah sakit, Rani langsung dibawa ke UGD.
"Maaf bapak-bapak mohon semuanya keluar dari ruangan, biar pasien kami tangani dulu, dan bagi ahli keluarga pasien dimohon untuk menyelesaikan administrasi, demi kelancaran penanganan tim medis kami."
Lalau aku keluar menuju ruang administrasi, setelah selesai urusan administrasi, aku langsung kembali ke ruang UGD, dan saat aku sampai pintu UGD dibuka.
"Siapa disini keluarga atas nama Rani?."
"Saya sus." Aku langsung menjawab pertanyaan suster.
"Pasien kehilangan banyak darah, mohon bapak segera mencarikan untuk pasien sebab pasien memerlukan kurang lebih 4 kantong darah, dan golongan darah pasien B kebetulan di rumah sakit stok darah B habis, silahkan bapak mencari darah sesuai golongan tadi,."
"Baik sus."
Aku meminta tolong kepada salah satu anggota polisi untuk menelepon PMI