Chereads / Sisi Gelap Rani / Chapter 14 - 13. Beberapa hari di ruang inap

Chapter 14 - 13. Beberapa hari di ruang inap

*Beberapa Hari Di Ruang Rawat Inap*

"Bang Rio ..?"

"Ya ..?."

"Bagaimana kabar kak Alin?."

"Dia dipenjara terkena pasal pembunuhan berencana."

"Kasian kak Alin bang? Bisa nggak Rani mencabut semua tuntutan yang memberatkan kak Alin? Rani mau kak Alin di bebaskan."

"kamu itu ya? Masih saja punya rasa kasian ke Alin!."

"Iya bang ..? Dulu kak Alin pernah cerita ke Rani, kalau kak Alin itu pernah jadi korban pemerkosaan, makannya Rani sama bang Doni lagi berusaha menyembuhkan rasa trauma dan rasa benci kepada laki-laki."

Lalu aku menceritakan semua yang pernah kak Alin alami, yaitu kronologi pemerkosaan yang menimpa kak Alin, dan sampai sekarang para pelaku pemerkosaan masih berkeliaran karena keluarga kak Alin menyembunyikan kasus itu demi nama baik keluarga.

"Ya Allah, kasihan Alin? Tidak seharusnya keluarga Alin menutup kasus itu, apalagi demi nama baik keluarga, sedang batin anaknya tersiksa bahkan sampai berakibat sefatal ini."

"Jadi kamu sudah kenal Doni?."

"Iya kak aku mengenal Doni saat kami pergi makan bareng kak Alin, dan ternyata bang Doni itu teman sekolah kak Alin, juga ternyata bang Doni itu teman futsal Abang kak Alin, makannya Rani berani menyomblangi mereka."

"Apakah Doni sudah tau masalalu Alin?."

"Sudah bang, bang Doni sudah tau semua tentang kak Alin."

"Hebat Doni cintanya begitu besar sama Alin, semoga mereka ditakdirkan berjodoh Aamiin ..."

"Aamiin ..? Makannya Rani mohon bang Doni mencabut kasus ini bang, kita selesaikan semua secara kekeluargaan lagi pula bang Rio tau sendiri kan? Betapa besar jasa kak Alin kepada Rani ..?."

"Iya ..? Abang tau, kalau begitu besok aku akan pergi ke kantor polisi untuk mencabut semua berkas perkara yang aku ajukan."

"Selamat siang ..?."

Tiba-tiba datang beberapa tim medis datang mengejutkan kami.

"Siang sus ..?."

"Permisi ya pak, saya mau memeriksa kondisi pasien dulu, kalau kondisi pasien sudah setabil Insya Allah hari ini sudah boleh di ijinkan pulang."

"Oh baik silahkan sus ..! Kalau begitu saya akan keluar dulu."

"Baik silahkan pak ..!."

"Alhamdulillah .., kondisi mba Rani sudah benar-benar membaik, dan hari ini mba sudah di perbolehkan pulang, ini semua resep yang harus mba tebus, obat ini untuk beberapa hari, dan nanti setelah obat yang ada di dalam resep ini habis, mba boleh kembali kesini untuk kontrol."

"Alhamdulillah ..? Terimakasih banyak sus,."

"Sama-sama mba, kalau begitu kami pergi dulu."

Setelah tim medis pergi bang Rio masuk,.

"Gemana dek ..! Hasil pemeriksaan tadi?."

"Alhamdulillah bang ..? Hari ini Rani sudah di ijinkan pulang, dan ini resep yang harus ditebus, setelah menyelesaikan semua administrasi maka kita boleh pulang."

"Alhamdulillah .., kalau begitu Abang ke apotik dulu ya ambil resep obat sekalian ke kasir."

"Iya bang ..! Hati-hati."

Aku menatap punggung bang Rio, sungguh aku bersyukur atas semua kebaikan bang Rio, dia bukan apa-apa ku tapi perhatian dan kasih sayangnya teramat tulus, terimakasih ya Allah.

Beberapa jam kemudian bang Rio datang lagi ke kamar rawat yang aku tempati, dan bang Rio mengajakku pulang kerumah Laras, ya ..? Meski aku merasa sungkan tapi bagaimana lagi? Aku disini hanya punya bibi dan nggak mungkin aku merepotkan bibi sedang paman dan bibiku sibuk bekerja, masalah ini aja aku nggak cerita ke mereka sebab aku takut mereka panik terus menghubungi keluarga ku di kampung, jadi panjang cerita nanti.

Akhirnya aku pulang ke rumah Laras, sepanjang jalan aku tak henti-hentinya mencuri pandang ke bang Rio yang sedang menyetir di sampingku, sungguh dia sangat tampan, alis tebal, hidung mancung, bibir nggak terlalu tipis juga nggak tebal, apalagi ada jambang di pipinya yang memberi kesan dewasa di wajahnya.

Bang Rio berkulit sawo matang berbadan tegap dan atletis. Hehhhhh ..! Aku jadi berhayal seandainya aku jadi istri bang Rio, sungguh alangkah bahagianya aku.

Dan akupun berhayal, aku sudah menjadi istri bang Rio, dan kami mempunyai dua orang anak yang lucu-lucu, lalu saat ini kami sedang pergi jalan-jalan bersama anak-anak, tanpa sadar aku tersenyum.

"Rani ..?."

Aku tak mendengar ucapan bang Rio.

"Rani ..? Hai Rani ..! Kamu kenapa senyum-senyum sendiri."

"Em .., anu .., i .., itu bang."

"Hayo kamu lagi berhayal apa ?."

"Jangan-jangan kamu berhayal aku jadi suami mu ya?."

"Iya bang bener ..! ups ..? Maaf bang enggak, itu enggak bener."

"Ha, ha, ha, Rani .., Rani? Kamu itu ya ..? Kalau bang Rio meminta kamu jadi istri Abang apa kamu mau?."

"Uhukkk ..!!."

Aku terbatuk dan tanpa sadar menatap bang Rio dengan tatapan tak percaya.

"Udah sampai kita Rani ..? Kagetmu disimpan dulu aja ya ..?."

Sungguh! Mukaku jadi panas, dan mungkin sekarang wajahku bagaikan kepiting rebus, aku malu, kenapa lah bang Rio bercanda seperti itu, candaan bang Rio sukses membuat anganku melayang jauuuuh.

Mobil kami berhenti tepat di teras rumah Laras, lalu bang Rio membukakan pintu mobil untukku, dan akupun turun, lalu berjalan di belakang bang Rio.

"Assalamualaikum ..?."

"waalaykummussalam ..?, Masya Allah ..! Rani ..? Laras .., Laras .., lihat siapa yang datang,

Laras langsung menyambut kedatangan kami dengan bahagia, mereka langsung menyuruhku istirahat dikamar yang sudah di siapkan, aku mengikuti saja semua perintah keluarga Laras, karena aku belum sepenuhnya vit, akupun langsung tertidur.

Hari ini genap satu Minggu aku dirumah Laras dan aku ingat aku belum mengabari tentang kelulusanku kepada paman, bibi dan juga keluarga ku di kampung, aku memutuskan untuk menelepon bapak dan ibukku,.

[Assalamualaikum ..?.]

[Waalaykummussalam .., gemana kabarmu dijakarta nduk?.]

[Alhamdulillah baik bu ..? Bagaimana kabar ibu dan adik-adik?]

[Alhamdulillah ..! Kami semua dalam keadaan baik tak kurang suatu apa.]

Aku ngobrol dengan bapak juga ibukku dengan perasaan yang sangat bahagia, aku mencoba menutupi semua permasalahan ku disini,

Lalu kumatikan hp dan menelepon paman juga bibi.

Hari ini satu bulan sudah kumenjalani proses kesembuhan, Alhamdulillah dengan rawatan bunda Laras, semakin hari aku semakin sembuh dan banyak mengalami kemajuan.

Pagi ini, keluarga Laras mengajakku ke penjara untuk menjenguk kak Alin, dan mencabut gugatan yang keluarga Laras laporkan ke pihak kepolisian, pertemuan kami dan kak Alin mengharu biru, kak Alin memohon maaf atas semua kesalahan yang sudah kak Alin perbuat, kami saling memaafkan, disana ada bang Doni dan bang Jimmy, kami ngobrol layaknya sebuah keluarga.

Dendam ..? Apakah aku memiliki dendam kepada kak Alin? Tidak sedikitpun nggak ada dendam yang bersemayam didada ini, lagi pula aku sudah menganggap kak Alin seperti saudara sendiri, aku hanya mengambil hikmah dari semua yang telah terjadi, dan semoga diluar sana tidak ada lagi Rani, Rani lain yang bernasib sama sepertiku.

Setelah berkas kasus di tutup hari itu juga kak Alin dibebaskan, dia memelukku dengan sangat erat, di depan kami semua kak Alin berjanji tidak akan mengulang kesalahan yang sama, bahkan kak Alin berjanji akan membiayai biaya kuliahku sampai jenjang S1, aku menolaknya, namun bang jimmy memaksaku untuk menerima tawaran tadi.

Aku meminta persetujuan kepada bunda Laras, apakah sebaiknya tawaran ini diterima atau tidak, dan bunda Laras menyetujui tawaran yang kak Alin berikan, dan akupun menerima tawaran itu, lalu bang Doni juga bercerita kalau kak Alin akan melakukan terapi pengobatan agar bisa sembuh dari rasa trauma dan bisa sembuh dari penyimpangan seksual yang selama ini kak Alin alami.

Akhirnya kami meninggalkan lapas, aku pulang bersama keluarga Laras, dan kak Alin pulang bersama bang Doni dan saudaranya, kulihat sepanjang jalan menuju mobil bang Doni selalu menggenggam tangan kak Alin, Tatapan yang bang Doni tujukan untuk kak Alin juga tatapan yang sarat akan makna cinta dan sayang, dalam hatiku berbisik semoga kak Alin bisa sembuh dan bahagia bersama laki-laki yang sangat mencintainya itu,.

Satu jam sudah berlalu, kini sampailah aku di rumah Laras, lalu bunda Laras menyarankan aku untuk bekerja sebagai staf di sebuah SD, dan aku juga akan kuliah di salah satu universitas yang ada peraturan shift agar aku bisa kerja sambil kuliah.

*Acara Wisuda Yang Kutunggu*

Tidak terasa 4 tahun sudah berlalu, hari ini adalah hari yang aku tunggu, ya ..? Hari ini adalah hari wisudaku.

Bapak ibu adik-adik, paman bibi, dan keluarga Laras ikut menghadiri acara wisudaku, bicara soal Laras sekarang Laras masih di Jerman melanjutkan kuliah S2 jurusan spesialis bedah syaraf, hari ini sungguh hari yang sangat membahagiakan, disamping nilai ip ku yang cukup tinggi, aku juga dinobatkan menjadi mahasiswa paling berprestasi,.

Setelah sesi penyematan gelar dan foto-foto bersama dengan para guru besar dan dewan dosen sudah selesai, kini giliranku foto bersama teman-teman juga keluargaku, disaat kami akan turun dari panggung, ayah Laras menyuruh kami semua agar tidak turun dulu karena ada kejutan spesial yang akan beliau sampaikan, hatiku bertanya kira-kira kejutan apakah yang akan diberikan untukku? Lalu ayah Laras menunjuk ke arah pintu masuk, disana aku melihat Doni, kak Alin, dan terakhir ..? Siapakah dia ..? Seorang laki-laki tampan berseragam polisi membawa seikat bunga?.

Ya Allah ..? Bang Rio ..? Mereka bertiga berjalan mendekat, setelah itu bang Rio memberi ucapan selamat dan memberiku satu buket bunga mawar putih dan mawar merah, saat kuterima bunga itu bang Rio mengucapkan satu kalimat.

"Rani ..? Maukah kamu menikah denganku ..?."

Sontak momen ini sukses membuat seluruh mata di gedung ini menatap kami, dan terdengar gemuruh suara dari para mahasiswa.

." Terima .., terima .., terima!"

Ada pula yang mengabadikan semua ini dengan Vidio, semua teman-teman ku langsung bergerombol mendekat kearah kami, aku terharu, tak terasa air mata bahagia sudah membasahi pipiku, mataku tak berkedip menatap mata bang Rio, sungguh aku tak percaya dengan ini, bang Rio membalas tatap mataku sambil tersenyum, lalu ku alihkan pandanganku menuju kak Alin, dia menganggukan kepala, aku lihat kak Alin juga nampak bahagia, aku beralih menatap kedua orang tuaku, mereka berdua menangis haru, begitu pula dengan ayah dan bunda Laras, beliau juga ikut menitikan air mata bahagia,.

suasana yang tadinya riuh jadi tegang, mereka semua menatapku, seakan menunggu keputusanku, lalu ada yang memecahkan ketegangan ini.

"Ayo .., terima Rani! Kalau kamu nggak mau biar aku saja yang menerima!."

"Iya Rani ..! Kami juga mau kok!!."

Setelah kegaduhan yang ditimbulkan mereka mereda,  kuberanikan diri menatap wajah bang Rio, namun tak ada sepatah katapun yang bisa kuucaokan, hanya bisa diam, sebab lidahku terasa Kelu, lalu kutundukan kepalaku sambil berkata.

"Ya .., aku mau!."

"Coba ulang sekali lagi Abang nggak dengar!."

"Aku mau ..!!."

"Mau apa ..?." Bang Rio tersenyum menggodaku.

Itu cukup membuatku merasa kesal, hingga tanpa sadar kutengadahkan  kepala sambil teriak.

"Aku mau jadi istrimu !!."

"Yes ..!!."

Jawab bang Rio, disusul ucapan hamdalah dari semua orang yang menyaksikan kami.

"Alhamdulillah ..."

"Alhamdulillah ..."

"Alhamdulillah ..."

Bapak ibu, paman bibi, ayah juga bunda Laras semua mengucapkan hamdalah.

Kini giliran bang Doni, bang Doni memberi instruksi untuk meminta waktu sebentar.

"Sungguh! Aku sangat bersyukur kepad Tuhan, sebab akhirnya Rio dan Rani akhir nya bersatu, dimomen yang membahagiakan ini, ijinkan aku juga ikut memeberi kabar bahagia."

bang Doni mengambil sesuatu dari dalam kantong jas, lalu bang Doni menghadap ke arah kak Alin yang sedang berdiri di samping nya.

"Alin ..? Aku nggak bisa sehebat Rio dalam menggapai cinta Rani! Tapi ..? Cintaku padamu sungguh luar biasa besarnya, aku sudah menghabiskan seluruh waktuku untuk berjuang agar aku bisa layak untuk menggapai cintamu,."

"Alin ..? Maukah kamu menikah denganku ..? Maukah kamu menjadi ratu di dalam hati dan istanaku ..? Sungguh aku berjanji aku tak akan pernah menyakiti dan menyia-nyiakanmu,."

Kak Alin menunduk sambil terisak, lalu kak Alin menatap wajah bang Doni,.

"Terimakasih Doni ..? Terimakasih sebab kamu sudah membuatku jadi seperti ini, terimakasih dengan cintamu ..?, Aku mau Doni ..? Mau menjadi istrimu!."

Setelah mengucapkan itu kak Alin menghambur kedalam pelukan Bang Doni, kita semua menagis penuh haru,.