Dan Alhamdulillah, stok golongan darah B sudah ada, setelah kami mendapatkan darah yang di butuhkan, kami langsung menyerahkan kantong darah ke pihak rumah sakit.
"Maaf pak setelah kondisi darah pasien sudah normal, maka kami akan segera melakukan tindakan operasi pengangkatan peluru yang bersarang di punggung kanan pasien"
"Baik sus, saya ikut bagaimana baiknya saja."
Alhamdulillah proses tranfusi berjalan dengan baik, dan sekarang Rani sudah dibawa ke ruang operasi.
Sambil menunggu Rani di operasi aku menelepon ayah Laras.
[Hallo omm]
[Hallo Rio, bagaimana keadaan Rani?]
[Rani sekarang berada di rumah sakit harapan jaya Jakarta dan sedang di operasi]
[Kenapa Rani harus di operasi?.]
[Ceritanya panjang om, kalau bisa om dan tante juga Laras kesini ya? Temani Rio]
[Baik Om akan segera kesana]
Selang beberapa jam, om Tante dan Laras sampai di rumah sakit, lalu aku menceritakan kronologi yang terjadi sampai kenapa Rani harus di operasi.
Mendengar semua ceritaku tante dan Laras menangis sambil berpelukan.
"Sudah-sudah sebaiknya kita mendoakan Rani, semoga operasi nya lancar, dan Rani selamat"
Ucap om menenangkan Tante dan laras.
"keluarga Rani ..!."
"Iya dokter ..?."
Kami semua berjalan menuju ke arah dokter yang memanggil.
"Begini? Pengangkatan peluru sudah kami lakukan, tapi.."
"Tapi kenapa dokter?."
"Karena pendarahan yang sangat hebat, sekarang pasien dalam keadaan koma, dan harus kami pindahkan ke ruang ICU."
Aku teruduk lemas, begitu juga dengan Tante dan Laras, hanya om yang masih kuat bertahan.
"Lakukan semua yang terbaik untuk kesembuhan anak kami dok,"
ucap om kepada dokter tersebut.
*Didalam Ruang ICU*
Satu Minggu sudah aku menunggu Rani di ruang ICU namun Rani belum juga sadar, disaat aku sedang menunggu Rani tiba-tiba ada polsi datang, dengan membawa Alin, dan aku melihat di sebelah Alin ada Doni, ya aku kenal Doni sebab dulu Rani pernah bercerita bahwa Rani akan menjodohkan Alin dengan Doni.
"Rio ..? Ijinkan Alin menemui Rani."
"Tidak ..! Wanita itu tidak boleh mendekati Rani! Aku takut dia akan membunuhnya."
"Tidak Rio .., kalau sampai Alin berbuat macam-macam terhadap Rani? Aku yang akan jadi jaminannya."
Akhirnya Alin aku ijinkan masuk untuk menemui Rani, aku lihat dari jauh Alin mengusap rambut Rani, dan mencium kening Rani dengan sangat lama, dada Alin nampak berguncang, mungkin dia menangis menyesali perbuatannya.
15 menit dari waktu yang di berikan oleh suster akhir nya Alin meningglkan Rani, dia melangkah keluar dari ruang ICU, dan Alin datang menuju ke arahku.
"Rio ..? Maafkan aku, maafkan aku ..! Aku mengaku aku salah, hukumlah aku Rio ..? Hukum aku seberat-beratnya, aku rela mati membusuk di penjara asalkan Rani bisa sembuh seperti sedia kala."
"Rio ..? Aku titipkan Rani kepadamu, dia pantas bahagia bersamamu, aku tau dia juga mencintaimu ..!."
Aku menatap mata Alin, kutemukan ketulusan disana, benarkah Alin sudah berubah? Apakah penjara yang sudah membuat dia berubah secepat ini? Atau nasehat dan cinta Doni yang sudah merubah sifat Alin? Lalu aku menatap Doni, dan Doni membalas tatapanku dengan senyuman.
"Rio ..? Percayalah bahwa Alin tulus mengatakannya! Aku akan terus mendampingi Alin dalam situasi dan keadaan apapun, sebab aku sangat mencintainya, aku nggak mau melihat Alin menangis ataupun menderita. Ini kartu namaku Rio ... Kalau ada perlu apa-apa kamu bisa menghubungi ku, sebab aku tak akan pernah meninggalkan Jakarta sebelum kasus ini selesai."
Doni menatap Alin dengan tatapan sendu penuh kasih sayang, Alin menatap mata Doni dengan penuh derai air mata.
"Okey Rio ..? Kami pamit dulu, aku akan terus mendoakan Rani agar Rani bisa cepat sadar dan sehat seperti sedia kala, ayo Alin kita pulang,."
Lalu Doni menggandeng tangan Alin sambil melangkah pergi.
Setelah Alin pergi aku duduk di samping Rani, kubelai rambutnya yang panjang, aku bicara sendirian layaknya orang gila, biarlah orang menganggap aku seperti orang gila, aku hanya ingin Rani cepat sadar.
"Rani ..? Kamu tau tadi siapa yang datang ..? Tadi itu kak Alin ..? Dia meminta maaf kepadamu, apa kamu tau Rani ..? Tadi kak Alin menangis, dia sangat sedih melihatmu seperti ini, kak Alin ingin kami cepat sembuh!."
"Kamu tau Rani ..? Apa yang barusan kak Alin katakan! Kak Alin menyuruhku menjagamu? Kak Alin ingin kamu dan aku bersatu."
"Rani ..? Bangun Rani? Cintaku memanggilmu ..? Bangun Rani ..? Bangun demi aku! Aku mencintaimu Rani? Aku tak mau kehilangan mu? Bangun Rani ..? Sungguh aku sangat mencintaimu, aku tak mau kehilanganmu!."
"Bangun Rani ..? Kalau kamu pergi kami semua akan menangis ..? Kalau kamu pergi kak Alin pasti sangat sedih, dan aku ..? Aku bisa mati juga .., bangunlah Rani ..? Bangunlah demi Aku!
Tiba-tiba aku mendengar suara lenguhan dari bibir Rani, aku kurang yakin dengan pendengaran ku, lalu aku dekatkan telingaku ke bibir Rani, ternyata benar itu suara lenguhan Rani,.
"Rani ..? Ya Allah ..? Rani ..! Ayo buka Matamu! Ini aku Rio ..? Rani! Ayo buka matamu!."
Aku melihat ada air mata jatuh di pipi Rani.
Rani, ya Allah ..? Ya Rahman ..? Ya Rahim ..? Hamba mohon sadarkan Rani!.
Lalu aku mengambil Al Qur'an yang ada di dekat kepala Rani, terus aku membaca surat Ar-Rad dan surat Yassin.
*Rani Dimasa Kritisnya*
Dari tadi aku mendengar ada suara wanita menangis terus meminta maaf sambil terus menerus memanggil namaku, aku dengar semua yang dia ucapkan,
Aku berbisik lirih meminta tolong kepada suara itu.
"Tolong aku ..? Aku nggak bisa bicara ..? Lidahku kaku ..? Badanku juga sangat lemah ..? Tolong aku ..?."
Namun perempuan itu tidak mau menolongku, malah dia terus menangis meratapi, dan menyesali semua kesalahan yang sudah dia lakukan. Aku tajamkan pendengaran ku,. Suara ..? Suara .. itu seperti suara kak Alin! Kenapa kak Alin menangis? Kenapa kak Alin meminta maaf? Dan kenapa kak Alin nggak bisa mendengar suaraku? Kembali aku bicara dengan suara yang lemah.
"Kak Alin ..? Ada apa ini ..? Kenapa kakak menangis ..? Apa yang terjadi kak ..? Kenapa kakak terus meminta maaf ..? Kakak nggak bersalah sama Rani ..? Cup .., cup .., sudah kak jangan menangis terus, kalau kakak merasa bersalah dengan Rani ..? Rani sudah memaafkan semua kesalahan kakak ..? Sudah kak ..? Jangan menangis lagi!."
Aku tak mendengar lagi suara tangisan kak Alin, Namun tak lama kemudian aku mendengar ada suara laki-laki berbicara, dia menyuruh aku bangun, dan aku juga meminta tolong pada suara itu.
"Tolong aku ..? Aku kenapa ..? Kenapa semua orang menyuruhku bangun ..?."
Kembali aku mendengar suara laki-laki itu! Aku mendengar semua yang dia ucapkan, katanya dia mencintai ku sejak pertama kali bertemu denganku, katanya dia berjanji akan selalu menjagaku, suara siapakah itu? Apakah itu bang Rio?
"Bang Rio ..? Apakah ini kamu bang? Benarkah yang bang Rio katakan itu! Bang Rio ..? Bang Rio ..? Bang Rio ..?."
Aku menjerit memanggil nama bang Rio, sambil menitikan air mata, setelah itu aku mendengar laki-laki itu membacakan ayat suci Al-Qur'an, suaranya sungguh sangat merdu, bacaan Ayat Al Qur'an itu membuat tubuhku yang dari tadi aku merasa kedinginan, secara perlahan-lahan ada hawa hangat mengalir di badanku, aku diam sambil ikut membaca ayat demi ayat surat yang di baca, dan tiba-tiba mataku yang tadinya susah aku buka sedikit demi sedikit aku bisa menggerakkan kelopak mataku.
#Perjuangan Rio Menyadarkan Rani#
Setelah Alin pergi aku duduk di samping Rani, kubelai rambutnya yang panjang, aku bicara sendirian layaknya orang gila, biarlah orang menganggap aku seperti orang gila, aku hanya ingin Rani cepat sadar.
"Rani ..? Kamu tau tadi siapa yang datang ..? Tadi itu kak Alin ..? Dia meminta maaf kepadamu, apa kamu tau Rani ..? Tadi kak Alin menangis, dia sangat sedih melihatmu seperti ini, kak Alin ingin kamu cepat sembuh!."
"Kamu tau Rani ..? Apa yang barusan kak Alin katakan! Kak Alin menyuruhku menjagamu? Kak Alin ingin kamu dan aku bersatu."
"Rani ..? Bangun Rani? Cintaku memanggilmu ..? Bangun Rani ..? Bangun demi aku! Aku mencintaimu Rani? Aku tak mau kehilangan mu? Bangun Rani ..? Sungguh aku sangat mencintaimu, aku tak mau kehilanganmu!."
"Bangun Rani ..? Kalau kamu pergi kami semua akan menangis ..? Kalau kamu pergi kak Alin pasti sangat sedih, dan aku ..? Aku bisa mati juga .., bangunlah Rani ..? Bangunlah demi Aku!
Tiba-tiba aku mendengar suara lenguhan dari bibir Rani, aku kurang yakin dengan pendengaran ku, lalu aku dekatkan telingaku ke bibir Rani, ternyata benar itu suara lenguhan Rani,.
"Rani ..? Ya Allah ..? Rani ..! Ayo buka Matamu! Ini aku Rio ..? Rani! Ayo buka matamu!."
Aku melihat ada air mata jatuh di pipi Rani.
Rani, ya Allah ..? Ya Rahman ..? Ya Rahim ..? Hamba mohon sadarkan Rani!.
Lalu aku mengambil Al Qur'an yang ada di dekat kepala Rani, terus aku membaca surat Ar-Rad dan surat Yassin.
Dengan perlahan aku bisa membuka mataku, dan aku melihat wajah bang Rio dibanjiri air mata, lalu aku mencoba bicara dengan suara yang sangat lemah.
"Bang Rio ..? Aku dimana ..?.."
"Rani ..? Ya Allah ..? Alhamdulillah ..? Kamu sudah sadar ..?."
"Kamu di rumah sakit Rani? Kemaren kamu koma! Sebentar bang Rio panggil dokter dulu ya?."
Aku segera memanggil dokter, dan dokter beserta para tim medis bergegas lari ke arah Rani, lalu dokter memeriksa keadaan Rani.
"Alhamdulillah pak! Rani sudah bisa melewati masa kritisnya, hari ini juga pasien akan kami pindah ke ruang perawatan."
Alhamdulillah aku sangat bersyukur karena Rani sudah sadar dari koma, aku mengikuti para perawat yang membawa Rani ke ruang rawat inap, sesampai di ruang rawat inap, dan setelah para tim medis pergi, aku langsung duduk di samping Rani.
"Alhamdulillah ..? Abang sangat bahagia sebab kamu selamat dan bisa melewati masa kritis mu? Ini adalah sebuah mukjizat."