Aku memandang jalan raya yang membawaku ke kota Wunsdorf dengan lesu, di sampingku ada Valter yang sibuk mengemudikan mobil. Tidak seperti biasanya setiap diajak bepergian aku selalu bersemangat, tapi kali ini sepertinya hatiku tertinggal di rumah.
" Ada apa sayang, kenapa kau terlihat kurang bergairah." ucap Valter sesekali melirik ke arahku.
" Tidak apa apa, mungkin aku terlalu lama berada di dalam rumah, sehingga sedikit nervous. " jawabku sekenanya.
" Maafkan aku sayang, kamu harus tertahan di Postdam karena George, aku akan minta ijin untuk segera membawamu pulang ke Munich pekan depan. Lagipula George nampaknya sudah pulih, seharusnya tidak masalah untuk ditinggal. " tambahnya lagi.
" Aku tidak keberatan jika harus tinggal lebih lama Valter. Aku betah berada di Postdam, tidak usah terlalu dipikirkan. " sahutku meyakinkannya.
" Aku sangat berharap George bisa cepat pulih. Beberapa kali Mia menanyakan kapan kau akan kembali, sudah 4 bulan ia tidak melihatmu semenjak pesta pernikahannya. "
" Iya, Aku pasti akan menemuinya sesampainya aku di Munich. ucapku lagi.
"By The Way, Aku juga sudah mendapatkan data data penguntitmu, seperti dugaan kita, dia hanya seseorang yang dibayar untuk memata-mataimu, dan ia mengikutimu sejak kamu meninggalkan Ataturk Airport, dia bahkan berada di pesawat yang sama denganmu."
" woow. Aku tidak menyadarinya. " ucapku dengan mata terbelalak.
" Deniz mungkin tidak percaya padamu, sehingga dia menyuruh orang mengikuti kemana engkau pergi."
" Menurutku itu terlalu berlebihan." tambahku.
" Kita tidak tau sampai dimana, pengejaran dia. Yang pasti untuk sementara dia kehilangan jejakmu. Aku berharap dia sudah bisa melupakanmu. " sambung Valter lagi.
" Semoga saja demikian."
Valter memakirkan mobil di parkiran di depan sebuah gedung tua bercat kuning yang dikelilingi tembok yang tidak terurus.
Suasana sepi, dikelilingi rerumputan kering tinggi dan jalan setapak yang penuh dengan dedaunan kering.
" Sayang kita dimana ? " ucapku sambil memperhatikan sekeliling dengan kebingungan.
" Kita berada di kota terlarang Wunsdorf." sahut Valter.
" Baiklah, ayo kita turun. Aku tidak sabar untuk melihat ada apa di dalam sana. " sahutku bersemangat.
" Sebentar sayang. " Valter menangkap pergelangan tanganku, sambil memandangku.
" Aku tidak tau apa yang kau alami selama disini, yang aku harap kamu bisa jujur jika kamu tidak nyaman di rumahku. Aku tidak pernah melihat raut wajahmu seperti ini, aku harap aku tidak melewatkan sesuatu. "
" Aku tidak apa apa, tolong jangan terlalu khawatir. " sahutku tersenyum meyakinkannya.
-
Ini adalah Kamp Militer besar dari zaman Kaisar Wilhelm II, Nazi, dan kemudian Soviet yang terletak tersembunyi di dalam hutan pinus di Wunsdorf sebuah kota di sebelah timur negara Germany.
"Kota tua ini terkenal sebagai forbiden city atau kota terlarang ketika masa pendudukan soviet berkuasa, seluruh area dikelilingi oleh tembok beton, Seperti yang kau lihat sekarang ini." sahut Valter mengawali cerita dimana kita berada.
"Dahulu jalan utama melalui Wunsdorf diblokir dan kota ini menjadi kota terlarang bagi semua orang selain militer yang bertugas di sana, bahkan untuk penduduk setempat Germany sekalipun. Kota ini dikenal dengan nama 'Little Moskow' karena selanjutnya menjadi rumah bagi orang Soviet di Germany."
"Setelah runtuhnya Tembok Berlin pada tahun 1989, penyatuan kembali Jerman Timur dan Barat, termasuk pembubaran Uni Soviet. Seluruh pasukan, keluarga Soviet yang sudah menetap berpuluh tahun dipaksa kembali ke negaranya."
"Ketika mereka pergi segala aktivitas militer dihentikan, mereka meninggalkan sebuah kota yang luas berserakan 98.300 amunisi, 47.000 unit persenjataan, 29,3 ton amunisi dan sampah, termasuk bahan kimia, minyak limbah, cat tua, ban, baterai, dan asbes begitu saja. Soviet pergi tanpa sempat membawa peralatan rumah tangga, bahkan semua elektronik juga hewan peliharaan dibiarkan begitu saja." terang Valter, lebih jelas dan detil daripada seorang pemandu wisata.
Aku mendengarkan dengan penuh seksama sambil mengamati keadaan sekeliling, banyak pepohonan yang tumbuh tidak terurus di sekitar.
Kami masuk ke dalam bangunan besar bercat kuning yang disebut Haus der Offiziere, di depan gedung ada patung besar revolusioner komunis Russia Vladimir Lenin.
Cat dinding kuning yang pudar dan terkelupas, kaca jendela yang pecah, ruang demi ruangan kosong dan tua, kotak listrik yang mengantung, pipa air yang berkarat juga jejak kotoran musang liar di lantai, debu dan bau lembab menyambut kedatangan kami ketika melangkah masuk ke gedung utama, aku melangkah dengan penuh hati hati, khawatir terinjak kotoran atau sesuatu yang berbahaya.
Selain dari kota terlarang, daerah itu masih memiliki jejak pemerintahan Reich Ketiga Nazi - termasuk sistem bunker yang rumit dan rahasia. Aku terkagum kagum dengan peninggalan yang satu itu.
Bunker ini disebut Kompleks Maybach 1 dan Maybach 2, ada sekitar 12 bunker dengan bentuk atap rumah hanya terlihat seperti reruntuhan. Bunker ini dibangun sejak tahun 1936. Di bunker inilah rencana dan perintah selama Perang Dunia Kedua disiapkan.
Tak jauh dari Bunker Maybach, terdapat Bunker Zeppelin yang juga tidak kalah penting, Dua kompleks Bunker ini dihubungkan oleh terowongan bawah tanah. Kedua bunker ini tetap dapat diakses melalui reruntuhan bangunan pintu masuk, sedangkan yang lain nyaris rusak total.
Bunker Zepelin adalah bunker komunikasi bawah tanah tempat dimana perintah militer dikirim ke seluruh Eropa. Aku sedikit heran bagaimana bisa bunker ini sudah menggunakan teknologi tinggi seperti telepon modern, telegraf dengan system pulsa dan sistem listrik mengunakan sekering pada tahun itu, sedangkan rata rata akses ini diperkenalkan ke masyarakat nanti pada akhir tahun 1950 an.
Dengan rasa penasaran yang kuat, aku dan Valter masuk ke dalam bunker, bunker terdiri dari konstruksi yang sangat kuat dengan lantai besi dan beton setebal tiga meter yang melindungi tempat itu dari bom atau menahan ledakan besar. Kami menuruni tangga curam yang melilit ke bawah, dan lorong lorong panjang suram dan kotor membawa kami berada 20 meter jauh di dalam tanah.
Pintu pintu bunker sangat tebal dan berat yang menakutkan ketika ditutup. Ruang ruang di dalam bunker penuh dengan peralatan militer yang sudah tua dan berkarat.
Di bagian lain dari bunker, banyak bangunan bangunan tua di mana puluhan ribu tentara Soviet dan keluarga mereka ditempatkan selama hampir setengah abad di puncak perang dingin.
Masih terlihat file dan dokumen tua, foto, meja tua yang dengan buku yang berantakan, cangkir berkarat yang tetap disitu selama puluhan tahun, boneka yang tampak menakutkan ada di antara barang-barang rongsokan yang tidak pernah disentuh semenjak pangkalan itu di tutup.
Terlepas dari suasana bawah tanah yang suram dan pengap, aku merasa seperti menemukan jejak rahasia sejarah di masa lalu, wawasan berharga tentang dunia yang tidak dikenal.
" Itu tadi luar biasa. " sahutku dengan mata terbinar binar. Valter tersenyum puas mengamati wajahku yang berbinar senang seperti anak kecil yang diberi permen.
" Aku lapar." Sahutku sambil memelas.
" Mari kita pergi dari sini. " sahutnya lagi.
-
Perjalanan pulang terasa sedikit lebih lama dibandingkan perjalanan ketika pergi yang hanya membutuhkan waktu sekitar 40 menit. Aku tertidur selama perjalanan, dan bangun dengan perut keroncongan, sedari tadi perutku hanya diisi sepotong sandwitch yang kami beli di sebuah kedai di Wunsdorf.
💚💚💚