Hari kedua di Portugal kami berpindah ke sisi barat daya Portugal di sebuah kota berada di atas perbukitan. Perjalanan selama kurang lebih tiga puluh menit dari kota Lisbon menggunakan mobil rental yang kami sewa dari Lisbon.
Sintra adalah sebuah kota kecil di Portugal yang dijuluki sebagai permata tersembunyi Eropa dan juga merupakan salah satu situs warisan dunia oleh UNESCO.
Satu hal yang begitu menarik perhatian selama berada di Portugal adalah nama jalan yang dibuat dari semen setinggi pinggang orang dewasa yang kemudian ditempel ubin keramik di tengahnya, yang didalamnya terdapat ukiran cat bertuliskan nama jalan. Ini mengingatkanku dengan makam atau kuburan di Indonesia yang biasanya di dekor dengan cara yang sama.
-
Udara sejuk dan sedikit berkabut menyambut kami ketika kami memasuki kota sintra, lokasinya di atas perbukitan yang tertutup pohon pinus. Disekitar banyak terdapat istana dan rumah mewah yang membuat nuansa sekitar seperti berada di sebuah negeri fantasy.
" sayang, kita langsung menuju ke Istana pena ya ? sebelum hari beranjak siang dan tempat itu akan sangat banyak pengunjung." ucap Valter yang sibuk mengemudikan mobil.
Aku hanya menganguk nganguk tanda setuju sambil menikmati musik yang mengalun dari player mobil.
Istana Pena nampak sangat indah dari kejauhan, perpaduan warna terang seperti pink, kuning, ungu dengan arsitektur Romanesque Revival dan Neo Manueline membuatku seolah olah berada di salah satu istana di negeri dongeng. Kastil ini adalah ekspresi utama romantisisme abad ke-19 di dunia.
Di atas pintu depannya terdapat patung Dewa Neptunus besar dengan posisi jongkok sambil menengok ke bawah, yang membuat aku sedikit bergidik heran, kenapa coba dia ada disitu. haha
Bagian yang menjadi daya tarik untukku justru berada di bagian luar dari Istana, namanya Parque da pena, berupa hutan luas yang didesain seperti hutan kuno dilengkapi anak tangga memanjang menuju istana, hutan terlihat seperti alam liar berbentuk labirin menyimpan begitu banyak jenis tanaman dan pepohonan yang di ekspor dari berbagai penjuru dunia.
Setelah selesai mengunjungi Istana Pena, Valter membawaku ke destinasi selanjutnya 'Castle of the moors' atau 'Moorish Castle' yang merupakan peninggalan kekuasaan Islam yang paling mengesankan di Portugal.
Aku dan Valter berlarian sambil tertawa di sepanjang benteng tua yang berliku liku, dan menaiki tangga hingga ke puncak, kastil tua ini sangat mengagumkan, berada di puncak bukit yang di bangun pada abad ke-8 M, pada ketinggian 574 kaki. Benteng mengelilingi kastil mengingatkan kepada tembok cina dengan versi lebih kecil.
Pemandangan dan suasana di atas kastil sangat menakjubkan, nampak seluruh kota Sintra dan hutan hutan hijau berada jauh di bawah, angin kencang dan udara yang sejuk berhembus adalah pengalaman yang sangat jarang di temukan.
-
Sintra benar benar berbeda, sebuah kota kecil yang sarat akan sejarah, perjalanan kemudian berlanjut ke 'Quinta da Regaleira' yang tidak kalah seru. Istana ini dijuluki Istana Monteiro sang Miliuner yang berasal dari nama mantan pemilik awal bernama Antonio Augusto Carvalho Monteiro. Dimana bagian mistis kota Sintra berasal.
Istana ini membuatku menahan napas sebelum memasukinya, tempat ini selalu menarik perhatian karena cerita mistis tentangnya di balik eksteriornya yang indah.
Carvalho Monterio adalah seorang mason yang taat dan telah memasukkan citra dan simbol masonik di beberapa tempat di seluruh perkebunan, di sekitar istana.
Tempat ini terdiri dari perkebunan dan kapel juga taman yang indah yang berbentuk labirin yang memungkinkan untuk tersesat, ada patung dewa Yunani Dionysus ditampilkan di seluruh perkebunan yang juga bagian dari simbol populer di dunia Masonik.
Selain mempesona, ada semacam perasaan yang aneh serta janggal yang membangkitkan rasa ingin tahuku.
Di dalam bangunan memiliki lubang besar seperti sumur yang di bor sedalam 27 meter ke perut bumi, sumur ini tidak dipakai untuk penampungan air, melainkan sebagai tempat untuk mengadakan upacara ritual kaum Freemasonry dan Knights Templar.
Di bagian samping sumur, terdapat tangga yang melingkar sepanjang lingkaran sumur menuju ke dasar, Aku dan Valter turun perlahan ke dalam tangga sempit sumur.
Kami menuruni lima lantai dan melewati sembilan platform hingga ke dasar sumur. Sembilan platform ini dibuat untuk benar-benar mengingatkan pengunjung akan sembilan lingkaran Neraka karya Dante.
Tepat di bagian dasar sumur berbentuk lingkaran, terdapat titik pentagram, seperti simbol titik titik ritual dalam ajaran mason.
Suasana di dalam sumur cukup gelap dan sesak, dengan hawa misterius yang cukup kuat ada perasaan yang sulit digambarkan. Begitu pula desain bagian dalam semuanya dengan simbol yang kuat akan masonik.
"Lord Byron* pernah menyebut tempat ini sebagai Eden yang mulia." ucap Valter.
Aku bergidik ketakutan dengan misteri yang tersembunyi di balik tempat ini.
" Eden adalah salah satu nama taman di surga. Yang Mulia yang di maksud itu siapa ? " bisikku pelan.
Valter hanya mengangkat bahu dan menggeleng.
Aku dan Valter kemudian menyusuri terowongan gelap di bagian dasar sumur, seperti sebuah gua yang dinding dindingnya masih bebatuan alami, bau pengap, lembab dan sesak menyeruak terhirup memenuhi dada, kami tiba di ujung terowongan yang langsung terhubung dengan air terjun.
Sungguh pengalaman yang berbeda ketika berada di Sintra, sebuah kota kecil yang berada 23 kilometer dari ibukota Lisbon, Portugal.
Aku dan Valter makan siang di sebuah restaurant traditional selepas perjalanan mengunjungi kastil, restaurant kecil namun elegan dengan para pelayan yang sangat ramah.
Catinho Gourmet juga terkenal dengan penjualan berbagai jenis anggur dengan harga murah tapi dengan mutu yang terjaga, aku mencoba berbagai jenis anggur dan Valter yang tetap setia dengan bir nya.
Sebelum mengakhiri perjalanan hari ini kami singgah sejenak di Cabo do Roca Mercusuar, yaitu sebuah tempat di titik paling barat Portugal dan Eropa Barat yang terletak diatas 165 meter di atas samudra Atlantik, sebuah tanjung yang menjorok ke laut, terdiri dari bongkahan batu granit dan selingi batu gamping.
Ini adalah tempat yang cukup atmosfer dengan angin yang cukup kencang menghantam Anda dari bentangan Atlantik yang luas. Titik pandang dimana aku dapat melihat garis pantai dramatis yang terjal dan indah. Ini bagian 'The Edge of the World' yang kedua yang pernah kami kunjungi.
Diatas tebing yang terjal dengan angin kencang mempermainkan rambutku, Valter memeluk pingangku erat dari belakang, sesekali aku melirik Valter yang tersenyum manis di wajahnya yang rupawan membuat hatiku menari.
Aku membalikkan badanku menatap Valter, Valter menempelkan bibirnya di atas bibirku, dan memberikanku ciuman yang lembut, aku menutup mataku, membiarkan diriku terhanyut dalam ciuman hangatnya dalam deru suara ombak yang mengamuk menabrak wajah tebing jauh di bawah sana, di bawah pijakan kami berdiri.
Awal musim gugur yang paling membahagiakan dalam hidupku, Sintra dan Valter adalah dua hal yang terus akan hidup dalam pikiran dan mimpiku.
🌲🌲🌲
(*) Lord Byron adalah seorang penyair bangsawan Inggris terkenal, yang berperan dalam kemerdekaan Yunani.