Chereads / Aku dan 1000 kota / Chapter 4 - Istanbul, Turkey ( 2 )

Chapter 4 - Istanbul, Turkey ( 2 )

Seminggu sudah aku berada di Istanbul, banyak hal indah yang aku sukai dengan kota ini.

Dan Deniz sudah mengajakku ke berbagai tempat di Istanbul, dimana hampir semua tempat adalah sejarah besar, memanjakan para pencinta sejarah, peminat seni Islam atau seni arsitektur.

Berbagai peninggalan sejarah di Istanbul berada dalam kondisi sangat terawat, dan kami mengunjungi berbagai museum di Istanbul and 'we seen many amazing things!'

Suasana musim dingin di Istanbul terasa romantis untukku, dengan Deniz yang selalu setia menemani kemanapun aku pergi.

Sesungguhnya aku terlalu takut mengartikan kedekatan antara kita, atau mungkin aku yang terlalu munafik untuk mengakuinya.

Museum pertama yang kami kunjungi -Hagia Sophia, museum yang menjadi icon kota Istanbul yang sebelumnya adalah bangunan gereja dan kemudian di alih fungsi menjadi masjid hingga kini berubah menjadi Museum, gedung ini sangat extraordinary beauty dimataku, indahnya langit langit di Hagia Sophia, setiap detil kaligrafi Islam dan gambar sejarah mosaik Bunda Maria mengendong baby Jesus, membuatku memejamkan mata, berdoa mengucap syukur atas kesempatan hidup dapat menyaksikannya.

Berada di dalam museum ini, membuatku merasa seperti masuk ke dalam ruang Majestic, hingga tanpa aku sadari aku berjalan sambil mengengam erat tangan Deniz.

Deg...

Kami melangkahkan kaki keluar dari Hagia Sophia, aku melepaskan tanganku dari gengaman Deniz, Deniz tampaknya tidak ingin melepaskan tanganku begitu saja, ia meraih kembali tanganku dan menariknya lebih dekat denganya.

Kami tampak seperti sepasang kekasih, apa memang sudah.. ah sudahlah.. aku tidak ingin memikirkan bahkan berharap banyak, lagipula aku tidak bisa menetap lebih dari sebulan di negara ini, visa turis yang terbatas akan memaksaku hengkang dari negeri indah ini.

Aku harus bisa menahan diri untuk tidak terlibat terlalu dekat denganya, atau aku sendiri yang akan bermasalah.

Tidak begitu jauh dari Hagia Sophia, bisa dilihat dari kejauhan, kurang lebih tiga menit berjalan kaki, terletak masjid yang sangat indah namanya Grand Blue Mosque dan tak lupa kami menyempatkan diri ke Basilica Cistern yang masih satu area dengaan Hagia Sophia juga Grand Blue Mosque.

Basilica Cistern atau dalam bahasa Turki disebut Yerebatan Sarayi adalah tempat penyimpanan air berukuran raksasa untuk istana raja Byzantium, letaknya terletak dibawah tanah kota Istanbul.

Mereka menyebutnya istana tenggelam, karena struktur bawah tanah dan pilar penyangga di bawah tanah persis seperti layaknya istana, dulu pernah dijadikan tempat rapat oleh kalangan pejabat istana pada zaman Justianus, sebelum dirombak menjadi tempat penyimpanan air.

Lantai Basilica Cistern senantiasa tergenang air dan dihuni oleh ikan karper, suasana di dalam begitu lembab, dan pengap. Aku berjalan pelan dalam gelap bawah tanah yang kurang pencahayaan mengengam erat tangan Deniz, menariknya bangunan ini disangga oleh pilar dihiasi ukiran kepala medusa, yang terbalik, salah satu pilar lain, medusa dalam keadaan menengok ke samping.

Seperti yang kutahu dari cerita cerita buku dan film, medusa adalah mitologi yunani yaitu tokoh perempuan yang mampu mengubah makhluk hidup menjadi batu hanya dengan memandangnya saja. Tidak heran Basilica Cistern digunakan sebagai latar syuting film James Bond 'From Russia With Love' tahun 1963, dan tampil di film yang didasarkan pada novel karya besar Dan Brown 'Inferno'.

Satu februari 2018, pagi ini cuaca lebih dingin dari sebelumnya, seperti biasa aku bangun sebelum pukul 10.00 pagi, aku tidak ingin Deniz menemukanku dalam keadaan kusut masih dengan piyama lengkap.

Deniz muncul dengan membawakanku roti simit [ roti bagel khas turki dengan taburan wijen yang mudah ditemui di penjaja gerobak di setiap sudut kota Istanbul ] dengan segelas jus pomegranate.

Seperti biasa, pagiku dihabiskan dengan tertawa mendengar celotehan Deniz yang menggoda atau sekedar jokes murahan yang ia sampaikan, bagiku itu sebuah peningkatan luar biasa untuk keadaan jiwaku yang rapuh dan sepi.

Aku bisa tertawa lepas seperti ketika aku menemukan serangga di teras rumah, tanpa beban,tanpa ketakutan dan khawatir.

Hal yang sama terulang, aku tertawa lepas menemukan serangga tampan pemilik rumah yang aku tempati, tanpa khawatir, ketakutan dan trauma.

"Aku ingin mengajakmu ke Izmir, kota dimana aku dibesarkan." disela sela canda tawa Deniz.

"Dengan senang hati jika kamu membolehkanku ikut." timpalku dengan cepat.

"Ada apa disana? " tambahku dengan nada antusias.

"Kota Izmir terletak di perairan lautan Ege, berhadapan dengan kepulauan Greece [ Yunani ] terkenal akan keindahan pantainya. Disana sangat indah dan tenang."

Membayangkan pantai, memberiku rasa hangat dari uap air yang naik ke permukaan. Akankah seperti Pulau Bali di Indonesia? benakku bertanya tanya.

"Senang sekali rasanya, jika aku bisa bepergian ke sana." ucapku di sela sela lamunanku.

Deniz tertawa melihatku, tarikan senyumannya dan matanya yang tajam adalah sebuah kolaborasi manis membuat wajah tampannya semakin terlihat mempesona.

Empat belas hari sudah aku berada di kota indah ini, ini berarti aku hanya memiliki enam belas hari lagi sebelum aku di kick out dari Turkey, dan tawaran Deniz untuk bepergian ke Izmir mustahil ku tolak, ingin rasanya meneruskan perjalanan ke Capadokya, Pamukalle, Konya dan Ankara jika waktu memungkinkan.

Tapi, bagaimana dengan nasib Deniz setelah ini ?

Deniz terlalu baik untuk patah hati, dia tidak pernah egois memaksakan perasaannya, juga sangat menghargaiku sebagai wanita.

Dia tidak pernah menggunakan kesempatan mengajakku bermesraan, dan aku bisa melihat ketulusan di sinar matanya.

Deniz terlalu fokus denganku, aku hampir mencuri sebagian besar waktunya.

Deniz bekerja sebagai seorang IT, di sebuah perusahaan IT berkantor pusat di NY, States.

Deniz mengerjakan seluruh pekerjaannya dari rumah, itulah sebabnya ia punya waktu banyak untuk menemaniku kemana saja.

Beberapa kali company meminta dia untuk segera pindah ke kantor pusat di New York, namun masih ditolak olehnya, karena ibu Deniz belum mengizinkan Deniz pergi merantau jauh sebelum menikah, sebelumnya Deniz sudah pernah merantau ke NY ketika duduk di bangku kuliah.

Mungkin ibunya ingin memastikan dengan siapa Deniz akan bersanding, atau khawatir Deniz akan jatuh cinta dengan wanita bule Amerika yang tidak sesuai dengan culture budaya.

Hey... wait, Jade tersadar bahwa separuh dirinya juga adalah bule , gleg... bagaimana jika ibu Deniz akan mengusirnya pergi sesampainya ia melihatku.

Seketika itupun aku jadi khawatir dengan perjalanan kami keesokan harinya.

Aku masih sedikit trauma akan diskriminasi yang terkadang kurasakan ketika di Indonesia, warna kulit, latar belakang agama seringkali menjadi pemicu perbedaan

.

"Aku menepuk jidat ku, agar kembali ke kenyataan... "

Aku bukan lah siapa siapanya Deniz, aku datang sebagai teman baik, seorang turis Indonesia yang mengunjungi Turkey.

Thats it !

Stop HALU... :)

Bunyi notifikasi whatsap dari ponsel ku menyadarkan aku dari lamunan. Bergegas aku membuka dan membacanya.

ting...

Deniz

[hello , baby. Apakah kamu sudah pergi tidur ?] Deniz selalu memanggilku dengan kata 'baby' sebagai panggilan sayangnya untukku.

Jade

[belum, ada apa?]

Deniz

[Aku hanya ingin memastikan kamu siap dengan perjalanan besok hari. Apakah ada sesuatu yang kamu butuhkan ? Biar aku membawakan untukmu.]

Jade

Rasa rasanya aku ingin mengetikkan kata.. iya aku ingin ditemani..

Aku mengetiknya dan menghapusnya lagi...

aduh..ini kenapa lagi...

[Ya..aku baik baik saja, dan aku belum membutuhkan apapun. Terima Kasih.]

dingin.

whatsapp ku hening.

-

Aku berusaha memejamkan mataku yang tidak ngantuk, besok aku harus bangun lebih pagi untuk bersiap menuju airport, Sabihe Gochen Airport tujuan kami untuk berangkat ke Izmir berada cukup jauh dari kota Istanbul, berada sekitar satu jam lebih perjalanan jika tidak terserang macet.

Benakku penuh berbagai kekhawatiran tidak berdasar, hasil dari khayalan dan perasaan yang bercampur aduk, juga kepedean.

Akankah aku akan bersama Deniz ?

Apakah Deniz hanya akan menjadi bagian kecil di kisah perjalananku seperti cinta lokasi sesaat dalam novel novel roman yang berakhir dengan drama perpisahan ?

Argggh... aku gelisah.

πŸ¦„πŸ¦„πŸ¦„