Chereads / Aku dan 1000 kota / Chapter 6 - Izmir, Turkey ( 2 )

Chapter 6 - Izmir, Turkey ( 2 )

Tuk..

Tuk..

Seekor burung mematuk matuk jendela kamarku, membangunkanku di pagi hari. Aku menggapai ponsel di meja kecil disamping tidurku, ada pesan dari Deniz yang bisa aku baca di screen depan layar ponsel ku, hingga tidak perlu ada laporan centang terbaca ke ponsel nya.

Sedikit sneaky tapi ini cara aman, berpura pura masih tidur, agar Deniz tidak memaksaku untuk segera membalas pesan.

Deniz

[Morning baby. Aku berharap tidurmu nyenyak semalam. Jika kamu sudah bangun, ayolah turun, aku menunggu di bawah, aku akan mengajakmu bertualang hari ini, kita akan kembali sebelum makan malam, untuk membahas pernikahan kita. love U]

ughhhhhh...

kembali menarik selimut menutupi seluruh badan ku, rasanya aku belum siap menghadapi hari ini, memang benar kuakui jika aku menyukai Deniz, merasa aman berada di sampingnya, dan terbantu selama berada di Turkey, semua hal itu tidak aku pungkiri

Tapi...

Pernikahan tidak hanya butuh baik dan rasa aman aja, pernikahan butuh keyakinan. pernikahan butuh cinta, butuh kekuatan.

Bagaimana bisa aku menikah dengan orang yang terbersit pun tidak.

Orang yang baru kukenal selama beberapa hari.

Apakah dia akan selamanya cocok berjalan bersamaku?

Apakah aku akan bisa selamanya setia untuknya?

Segala hal tentangnya yang kuketahui belumlah cukup untuk berkata iya tentang pernikahan.

Sekarang aku terjebak dalam sesuatu yang rumit.

Aku harus segera menemukan cara agar bisa lari dari semua drama ini, untuk berdamai dengan masalah ini rasanya terlalu sulit, akan ada hati yang tersakiti.

Aku bangkit dari ranjang, bersiap untuk bangun, menguatkan hati menghadapi hari ini.

Aku mengenakan kemeja putih dengan celana jins, berdandan dengan nuansa cerah, agar aku tidak terlihat muram.

Sebisa mungkin aku berlatih tersenyum di depan kaca sebelum melangkah keluar.

Tak lupa mengenakan cincin sakti yang nyaris membuat aku pingsan semalam.

-

Deniz membawaku ke Selcuk, sebuah kota kecil masih di wilayah Izmir dimana terdapat salah satu situs UNESCO yaitu Efes [ Ephesus ] - kota tua Yunani dan pernah menjadi kota utama Romawi.

Deniz menerangkan beberapa hal tentang Selcuk kepadaku,

"Kota ini merupakan salah satu dari 12 Ionian League pada masa Yunani Klasik. Ketika kota ini diambil alih oleh kerajaan Romawi, kota ini sempat menjadi kota terbesar kedua setelah Roma , bahkan kedua di dunia pada zaman itu- merupakan pusat peradaban dan saksi bisu sejarah dari St. John dalam menyebarkan kristen , kunjungan ratu Mesir Cleopatra, dan Raja Romawi Mark Anthony, juga sebagai tempat dimana Bunda Maria maupun St. John menghabiskan hari hari terakhir mereka."

Aku menganguk angukkan kepala mencoba menelaah semua informasi yang kuterima dari Deniz.

Berada di dalam kompleks kota tua Efes, membuatku seolah olah kembali ke abad ke lima zaman Romawi, aku mencoba membayangkan kejayaanya di masa lalu.

Dari gerbang depan , pemandangan yang langsung terlihat adalah Grand Theater dalam bahasa Turki disebut Buyuk Tiyatro-sebuah arena untuk menonton Gladiator.

Entah bagaimana gegap gempitanya suasana Grand Theater pada masa kerajaan Romawi dulu, karena hingga saat ini kemegahannya masih begitu terasa.

Mengingatkanku akan film kolosal holiwood bertemakan sejarah Romawi tentang adu gladiator dengan binatang khas dinasti Romawi.

Tak jauh dari situ Grand Theater berdiri bangunan yang dikenal dengan nama Celcus Library, yang dahulu kala di pakai sebagai perpustakaan, merupakan terbesar ketiga pada zamannya.

Bangunan ini memang sudah tidak utuh, namun pilar pilar depannya masih berdiri kokoh dan megah.

Ornamen patung dewa dewi menghiasi beberapa dinding bagian luar. Perpustakaan ini di dedikasikan kepada seorang senator Romawi pada masanya- 'Tiberius Julius Celcus Polemaeanus'.

Juga ada gereja St. John, sebelah selatan terdapat masjid Isa Bey -masjid Turki yang tertua, ada juga Efes Archeology Museum dimana terdapat delapan puluh ribu artefak zaman kuno serta peninggalan Alexander the Great.

Setiap keterangan dalam bangunan dan informasi yang dituturkan Deniz kurekam dengan baik, aku sangat tertarik untuk mengenal lebih jauh akan sejarah.

Setelah puas mengunjungi Efes, Deniz membawaku ke bukit bul bul / gunung Koressos, berada tujuh km jauhnya dari Efes, yaps ! Kami mengunjungi House of Virgin Mary.

Disinilah tempat Bunda Maria menutup usia. Sebuah rumah batu kecil yang jauh dari kesan mewah, tertutup oleh pohon zaitun, pohon maple dan pohon buah lainnya untuk melindungi bunda Maria.

"Kenapa berada di Turkey?" tanyaku menatap Deniz dengan pandangan bingung.

"Jesus menyuruh St. John , salah satu muridnya, untuk melindungi ibunya , Meryem Anna, sebelum Ia disalib. St. John berpikir bahwa tidak aman untuk tinggal di Jerusalem, St.John kemudian membawa Meryem Anna ke Efes ke sebuah rumah kecil yang meneduhkan di bukit ini." ucap Deniz sambil menunjuk ke arah rumah kecil diatas bukit.

Ku tatap rumah mungil yang rimbun dan penuh pepohonan, nampak sangat tua dan sederhana.

Kami melangkah menanjak menuju House of Virgin Marry , rumah kecil ini memiliki tempat misa di sebelah kiri rumah, menurut keterangan Deniz, House of Marry dan tanah disekitarnya sudah dijual oleh pemerintah Turki kepada Vatikan, ini sebab mengapa aku melihat banyak penjaga Vatikan lengkap dengan seragam berada di sekitar tempat ini.

Suasana di dalam rumah layaknya seperti gereja Katolik, ketika berjalan turun keluar, ada mata air yang dianggap suci, banyak peziarah dari seluruh dunia datang ke tempat ini dan mencuci muka juga mengambil air dari sini.

Mataku menangkap papan pesan doa, yang diselipkan disepanjang dinding di bagian luar, ada ribuan pesan disana berbagai macam tulisan dan bahasa dari berbagai dunia, ini permohonan yang di selipkan oleh para pengunjung yang datang.

Tidak lupa aku pun menyelipkan kertas doa yang kutempel di dinding keluar, mau tau doaku apa?

Hhhh...kepo :p

Aku menghela napas sangat puas, aku sangat senang bisa mengunjungi tempat ini, yang mungkin aku tidak akan pernah tahu atau mendengarnya, kalau tidak diajak Deniz hari ini.

Dengan langkah riang aku menuruni jalan menuju parkiran, ada sesuatu yang mengugah membangkitkan rasa ingin tahu lebih banyak mengenai sejarah dunia.

Semangatku telah kembali.

-

Aku melirik Deniz yang sibuk mengemudi di sebelahku.. Deniz yang tanggap, meraih tangan kiriku dan menanyakan apa aku baik baik saja. Aku hanya mengangukkan kepala dengan lemah. Sedikit letih setelah menjelajah seharian.

terbersit ide di kepalaku untuk bertanya lebih lanjut tentang hubungan kita yang masih menyisakan misteri untukku.

"Bolehkah aku bertanya?"

"kamu bisa bertanya apa saja." jawab Deniz sambil mengusap usap pungung tanganku, dia nampak begitu romantis belakangan ini.

Aku meliriknya sekali lagi, memastikan emosi nya berada dalam keadaan stabil

"Apa kamu benar benar mencintai aku?" dengan polos aku bertanya tanpa kata kata pengantar memperhalus topik pembicaraan.

---- hening ---

"Apa yang harus aku lakukan untuk meyakinkanmu?" sahutnya sambil sesekali menoleh ke arahku, laju mobil perlahan berkurang, Deniz sepertinya mencari sebuah tempat untuk berhenti.

--- hening lagi ---

Deniz memarkirkan mobilnya, di tempat terdekat. Sepertinya ia berfirasat percakapan ini akan menjadi berat.

"apa rencanamu?" tanyaku mengamati Deniz.

"menikahimu, dan hidup denganmu." jawab Deniz mengawasiku. Dahinya mengerut, mungkin sedikit bertanya tanya kenapa aku bertanya sedetil ini.

"Dengan wanita yang baru kamu kenal selama tujuh belas hari ? "ada nada emosi dan tekanan terbersit dari suaraku.

"baby, aku tidak butuh menunggu jika aku yakin." deniz menatapku lekat sambil meraih kedua tanganku, Deniz mengecup tanganku kepalanya menunduk berada sejajar dengan tanganku. Aku tersentuh melihatnya.

"bagaimana jika nantinya aku hanya akan mengecewakanmu?" timbalku yang mulai terbawa emosi.

"Aku sudah siap dengan resikonya." suara tegas, berat namun lembut mewakili pengakuannya.

Jawaban Deniz membuatku tersekat, dan nyaris tak sanggup berkata kata lagi. Aku hanya bisa tertunduk diam, sambil memikirkan langkah apa yang dapat kutempuh selanjutnya.

Deniz mengangkat wajahku yang tertunduk, mendekatkan wajahnya di dekat wajahku, menatap mataku, dan mengatakan ia tidak akan pernah mengecewakanku.

Wajahku memanas ketika wajah Deniz semakin dekat dengan wajahku. Aku menutup kedua mataku, tubuhku menegang, sepertinya aku sudah bisa menduga apa yang terjadi.

Yaps !

Deniz mengecup bibirku ... whoaaaa... first kiss pemirsahhhh...

yang berlangsung selama kurang lebih dua detik, yang disambut kaku oleh lawan mainnya.

Mungkin Deniz baru saja berpikir mencium gedebong pisang, kaku, dingin, tanpa emosi.

Aku tidak bereaksi dengan ciuman Deniz, walau aku sedikit membuka bibirku mengijinkan ia mengecup mesra.

Aku tanpa ekspresi.

Aku tertawa geli dalam hati.

Gemuruh genderang bertabu di dalam sana, jantungku seperti sekawanan manusia yang lagi berdemo. ribut.

Yah begitulah kira kira drama ini berlanjut...

Makan malam kali ini berjalan smooth, tidak ada ketegangan seperti sebelumnya, mereka membicarakan pernikahan yang akan diadakan pertengahan tahun ini, aku membiarkan Deniz mengaturnya untukku dengan catatan aku bisa pulang ke Indonesia untuk mengatur berkas pindah sebelum pernikahan diadakan.

Secara emosi aku sudah sedikit bisa menenangkan diri dan berusaha menikmati suasana selama di Izmir, ayah Deniz yang lucu mampu membuat kita terbahak bahak di meja makan.

Deniz dan aku sepakat akan melanjutkan perjalanan kita ke Pamukalle dan Cappadocia sebelum bertolak balik ke Istanbul.

Deniz terasa lebih manja dibanding sebelumnya, dia bahkan tidak ingin duduk jauh dari kursiku, seluruh perhatiannya tertuju untukku, dia juga memastikan aku benar benar ngantuk sebelum aku naik ke kamar, sepertinya dia khawatir aku akan merubah keputusan akan pernikahan.

Deniz membawakanku selimut, piyama ganti, air hangat, dan memastikan aku akan tidur dengan nyaman.

Sedikit terlihat bucin menurutku.

πŸ‘«πŸ‘«πŸ‘«