Chereads / Aku dan 1000 kota / Chapter 10 - St. Petersburg, Russia ( 1 )

Chapter 10 - St. Petersburg, Russia ( 1 )

Beberapa pria dan wanita bertepuk tangan ketika pesawat mendarat sukses di Pulkovo Airport St.Petersburg, Russia, aku sedikit bingung melihatnya, mungkin ini adalah kebiasaan warga Russia ketika pesawat landing dengan sukses, semacam ucapan rasa syukur karena selamat sampai tujuan, terhindar dari resiko yang tidak diinginkan.

Dengan refleks aku ikut bertepuk tangan mengikutinya. Enam jam tiga puluh menit penerbangan langsung dari Istanbul menuju St.Petersburg, Russia.

-

Jade

[ Maafkan aku Deniz, aku telah menyia-nyiakan tiket pulang-pergi Istanbul - Jakarta yang engkau beri, juga menyia-nyiakan kepercayaanmu, aku hanya belum siap menerima kenyataan bahwa kita harus segera menikah. Aku bukanlah seperti type yang kau bayangkan, type yang jauh dari ideal untuk pria sebaik kamu, aku bukan wanita yang memandang pernikahan adalah tujuan akhir, atau seperti kisah dongeng cinderela yang berakhir bahagia selamanya. Bukan pula type wanita pemburu pasangan ideal tampan dan kaya. Maafkan pula sifat pengecutku yang tak pernah bisa mengatakan kepadamu secara langsung, Terima Kasih atas seluruh kebaikan yang engkau berikan selama aku di Istanbul juga dengan lamarannya yang sangat indah, aku tau ini tidak mudah, kamu telah mengorbankan banyak hal untukku, aku meninggalkan kotak pemberian di dalam lemari kamar, beberapa lembar Lira sebagai penganti biaya yang engkau keluarkan selama aku berada disana, serta beberapa barang mahal yang sempat engkau beri, semuanya di dalam lemari pakaian kamarku. Mohon periksa saku celana sebelah kiri, aku sudah menyelipkan cincin pertunangan kita di dalamnya. Aku percaya engkau telah menabur hal baik, engkau pula akan menuai hal manis. Segala cinta yang engkau berikan, akan kembali kepadamu dalam bentuk yang sepadan. God Bless you, kisah termanisku. ]

Pesan terkirim.

Kubaca kembali pesan terakhirku, aku merasakan butiran bening mengalir membasahi pipi, ini pertama kalinya seorang manusia mencintaiku tanpa syarat, tanpa mengetahui latar belakang siapa aku sebenarnya, tidak pernah tau apa pekerjaanku, apa yang aku punya, pendidikan apa yang aku bawa, aku datang sebagai seorang turis miskin, dari negara miskin yang jauh dari standar ekonomi negaramu, hartaku hanya sekoper kecil yang aku tenteng kemana mana, dengan cara berpakaian yang sama sekali tidak menunjukkan bahwa aku lebih kuat secara finansial darimu, aku yang kikuk, grogi dan terkadang tidak percaya diri mampu membuatmu jatuh cinta.

Apa kau sudah buta?

Bisakah kamu memberitahuku dimana kamu membeli lensa untuk mata mu yang rabun?

Pipiku semakin basah, dan membuat beberapa tetes noda basah di coat ku. aku mencuci wajahku di wastafel toilet bandara Pulkova. Dan merapikan kembali make-upku.

Aku segera mengeluarkan kartu SIM ku, kupatahkan menjadi dua bagian dan melemparkan ke tempat sampah terdekat, aku mengantikan dengan kartu SIM Russia yang aku beli di store bandara.

Mereset whatsapp dan memastikan tidak ada jalan lain untuk Deniz menghubungiku.

Aku berjalan cepat keluar menuju taxi yang akan membawaku ke apartement. Pukul 16.00 petang waktu Russia, hari sudah nampak gelap setara jam 19.00 malam hari di Jakarta, musim dingin membuat malam datang lebih cepat.

Aku ingin segera membersihkan diri, memesan makanan dan beristirahat.

Menenangkan diriku. Aku harus mampu mengendalikan semua emosiku, sebelum aku jatuh ke dalam jurang yang lebih dalam.

Sakit... iya.

-

[ Welcome to 'The Venice of the North' , Saint. Petersburg - salah satu kota cantik di Russia yang pernah berganti nama sebanyak tiga kali, awalnya kota ini bernama Sankt Peterburg , perang dunia I ketika Russia dan Germany berperang, Tsar Russia Nicholas II mengganti nama kota dengan nama 'Petrograd'.

Karena Sankt Peterburg terdengar seperti Germany. Lima hari setelah kematian Lenin, 'Petrograd' berganti nama menjadi 'Leningrad'. Dan ketika Russia berhenti dari negara komunis, 'Leningrad' dirubah kembali menjadi 'Saint Petersburg'. Kota ini pernah menjadi ibukota negara Russia, sebelum ia dipindahkan ke Moskow.

Karena nilai historis nya kota ini di daulat UNESCO sebagai salah satu situs warisan dunia, Kota ini dikelilingi oleh kanal, jembatan dan landskap cantik, bangunan bergaya rennaisance, saksi sejarah Russia yang agung, dan merupakan rumah para Tsar/Kaisar Russia pada 1703.]

Kurang lebih seperti itu isi brosur yang diberikan oleh wanita cantik di lobi apartemen tempat aku mengambil kunci kamar.

Aku menyibak tirai gorden di jendela apartemen lantai 5, tampak kesibukan jantung kota St. Petersburg - Nevsky Prospect.

Di sudut lain aku bisa melihat jelas kubah dari katedral St. Issac yang berwarna keemasan, katedral tertinggi di St. Petersburg yang berubah fungsi menjadi museum , hanya berjarak enam menit dari apartemen dimana aku tinggal.

Aku menghela napas puas dengan apartemen yang aku pilih secara terburu-buru, tanpa rencana, hanya dengan melihat gambar, rating dan review customer.

Pemandangan yang indah, terdapat banyak jendela, berada di tempat strategis sudah cukup menciptakan rasa aman buat solo travellers sepertiku.

Aku berencana akan lebih banyak menghabiskan waktu dengan membenamkan diri diri pada pekerjaan yang sudah cukup lama terabaikan, dan juga kunjungan kunjungan ke museum, tempat bersejarah tentunya.

Aku merapikan meja kerjaku, menariknya berada di samping jendela, merubah beberapa posisi benda , membuat sebuah sudut kenyamanan kerja.

Badanku masih sedikit letih oleh perjalanan panjang, hatiku juga masih begitu rapuh. Seluruh hal yang terjadi di Turkey membawa pengaruh psikis untukku, melupakan seseorang yang pernah dekat tidak lah mudah, namun untuk tetap memaksakan terjun ke dalam kehidupan baru yang tidak aku ketahui persis itu lebih gila.

-

Aku memeriksa berkas berkas laporan yang menumpuk dalam email, sudah hampir tiga minggu aku tidak memperhatikan detil pekerjaanku, segala sesuatunya aku serahkan kepada Direktur di bawahku untuk menhandlenya , aku memiliki sebuah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi pameran, interior dan promosi.

Walau masih berskala nasional, namun perusahaan ini memiliki pertumbuhan yang cukup pesat dari tahun ke tahun, sudah tiga tahun aku merintisnya dan mampu menangani klien klien cukup besar seperti Mayora, Indofood, Astra sebagai klien tetapku.

Perusahaanku memperkerjakan kurang lebih seratus karyawan aktif, meliputi managemen, desainer, marketing, finance, admin, logistic dan gudang.

Memiliki gudang sendiri di wilayah Jakarta Barat, Workshop, Percetakan, dan beberapa armada truk untuk kebutuhan loading barang exhibition atau pameran.

Walaupun tidak membuatku seperti seorang ratu, namun sudah sangat lebih untuk membiayai kebutuhanku. Dan juga mendiang ayah meninggalkan beberapa saham dan aset untuk dikelola. Secara finansial aku berada di titik aman.

Malam datang begitu cepat, aku menyelesaikan seluruh pekerjaan, dan bermaksud pergi keluar sekitar apartemen, menikmati suasana malam di St.Petersburg di sekitar Nevsky Prospect disepanjang kanal sekaligus makan malam.

Apartemen yang aku tempati berada di pusat kota, dekat dengan beberapa landmark penting di St.Petersburg, dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki.

Aku menikmati makan malamku dengan perlahan, aku memesan 'Sup Borscht' merupakan hidangan khas Russia terutama di musim dingin. Sup berwarna dominan merah berbahan dasar buah bit dan kubis merah yang disajikan bersama roti, daging, dan keju.

Rasanya gurih dan manis , disajikan dengan keadaan panas, sangat membantu menghangatkan tubuh di musim dingin, dengan segelas bir sebagai penutup.

Sebagian besar restaurant di Russia, menulis menu dengan huruf cyrillic sedikit membuatku kebingungan, kecuali untuk restaurant khusus italy atau french akan ada menu berbahasa inggris.

Menelusuri kanal di St. Petersburg sendirian di bawah siraman lampu kota yang indah dan sejuknya malam , membuat aku merasa sangat kesepian.

Kota ini sangat indah, tidak heran meraih peringkat kota tercantik di dunia oleh para traveller, terdapat banyak jembatan menghubungkan setiap kanal dan sungai, beberapa jembatan ada mengunakan system buka tutup, pada jam jam tertentu , agar kapal kapal bisa masuk dan melintas, itulah mengapa St. Petersburg juga merupakan kota pelabuhan besar, yang terletak di tepi sungai Neva dan Teluk Finsky.

Kanal mengelilingi kota mengingatkan akan kanal di Amsterdam-Belanda, untuk arsitektur bangunannya akan mengingatkanmu dengan arsitektur di kota Vienna, Austria.

Lalu lintas sungai, pelabuhan mengingatkan dengan Venesia, Italy. Pada kesimpulannya, kota ini terbentuk dari percampuran karya karya besar Eropa, Kota ini dibangun oleh Peter yang Agung dengan mengadopsi dan terinspirasi dari kota kota besar di Eropa.

Berbagai etnis yang hidup di Russia, karena wilayahnya begitu besar, dan sejarah panjang dunia menyebabkan terjadinya percampuran etnis dan budaya.

Aku berjalan perlahan menelusuri kanal, dan duduk sebentar di batu di tepi kanal untuk sejenak mengambil gambar dan moment yang kusimpan rapi di memoryku.

Aku dikagetkan dengan teriakan seorang ibu paruh baya yang berteriak sambil mulai memukulku dengan tas belanjanya.

Aku bingung dengan apa yang dimaksud , dia bahkan tidak menggunakan bahasa Inggris.

Ibu itu terus memukulku, hingga aku berdiri dan menghindarinya.

"Rese nih." gumanku dalam hati.

Seorang lelaki yang melewati kami berusaha menjelaskan kepadaku apa yang sedang terjadi dengan bahasa inggris, karena aku sendiri bukan main dibuat bingung oleh sang ibu.

"ibu ini melarangmu duduk diatas batu." sang pria menerangkan apa yang sedang terjadi.

"mengapa? Apakah saya melanggar sebuah aturan." sahutku dengan wajah protes,

" tidak sama sekali, namun menurut kepercayaan orang Russia, seorang wanita tidak boleh duduk diatas batu, nanti akan mengalami nasib sial dalam pernikahan kelak, dan akan susah mendapatkan keturunan." terangnya lagi.

Aku terganga mendengarkan penjelasannya.

Hampir tak percaya...

ternyata di belahan dunia lain jauh dari negaraku, masih banyak yang percaya akan takhayul.

Hahahahaha... superstition.

🌬🌬🌬