Aurora Village berada empat puluh lima km jauhnya dari apartemen tempat kami menginap sebelumnya yang berada di pusat kota Murmansk, berada di sebuah desa bernama Urochishe, masih wilayah Murmansk.
Menghabiskan waktu kurang lebih empat puluh menit untuk mencapai lokasi, karena keadaan dan kondisi jalan yang ditutupi salju tebal.
" Apa kalian tau mitos / superstitions apa saja yang di percaya di Russia ? " sahut Joseph lantang membuka percakapan.
" Aku tau dan aku mengalaminya sebelumnya. Di hari pertama aku di St. Petersburg, seorang wanita berteriak dan memukulku ketika aku duduk di batu dingin depan kanal ." ungkapku dengan nada lucu.
Cuaca begitu dingin, dan pemanas mobil tidak cukup mampu menghangatkan kami.
" mengapa ? " tanya Yura dengan wajah kebingungan.
" Itu akan membuatku mandul. "
" Aku juga tau, di Russia kamu dilarang untuk bersiul di dalam ruangan, itu akan membuatmu sial sepanjang hari. " tambah Olga.
Suasana dalam mobil menjadi sedikit ribut dengan gelak tawa, masing masing yang saling berebut bicara tentang takhayul.
" Meludah kecil ( puff..puff..puff ) sebanyak tiga kali ke sebelah bahu , sebelum memulai aktivitas, atau sebelum bepergian." ungkap Valter.
" Tapi mengapa ? "
" Konon, itu dapat membuat setan kecil di bahu mu, segera pergi. Dan tidak membuatmu sial." jawab Valter.
" Bukannya setan akan semakin marah jika di ludahi ? " timpal Joseph yang disambut gelak tawa seisi mobil.
" Jika kamu keluar rumah dan harus kembali karena lupa akan sesuatu, ketika hendak keluar rumah untuk kedua kalinya, kamu harus bercermin sambil menjulurkan lidah." tambah Valter lagi.
" Mengapa harus menjulurkan lidah ? " tanyaku.
" Itu menghindarkan kamu dari kesialan. " sambungnya kembali diikuti gelak tawa seisi mobil.
Berbagai cerita tentang takhayul cukup menarik, beberapa diantaranya dapat dihubungkan secara logis, dan beberapa lagi tidak ada sangkut pautnya sama sekali.
-
Dari kejauhan kami melihat hamparan lapangan salju, semua serba putih, mobil yang membawa kami mendekat ke pinggir danau, yang diatasnya terletak dek kayu.
Di atas dek kayu, nampak sepuluh buah bangunan berbentuk setengah lingkaran, dindingnya terbuat dari keseluruhan kaca berbingkai segitiga hingga ke langit langit. Itu Igloo modern tempat kami menginap malam ini.
Letak Aurora Village ini jauh dari pemukiman berada di tepi danau di sebuah lapangan salju, aku merasa seperti menjadi 'Elsa' di film kartun Frozen. Letak Aurora Village yang terpencil dan gelap, membuat kita mudah melihat Aurora tanpa harus hunting ke tempat lain.
Kali ini aku akan sekamar dengan Mia, Yura dengan Olga, Liana bersama Joseph, dan Valter sendiri. Yang berarti aku bisa sharing dan curhat sepuasnya bersama Mia. Mia berusia lebih tua dariku, tahun ini dia menginjak usia duapuluh delapan tahun, lebih banyak pengalaman tentunya, juga lebih bijaksana menurutku.
Cuaca di luar mobil kembali membuatku mengigil kedinginan, aku meneguk Vodka yang kupegang erat sepanjang perjalanan. ini satu satunya benda yang mampu menghalau rasa dingin dengan cepat jika tidak ada pemanas atau perapian disekitar.
Aku hanya berusaha untuk tidak terlihat terlalu rapuh dengan cuaca dingin, aku sudah mempersiapkan diri dengan begitu maksimal hingga menggunakan pakaian berlapis lapis namun tetap saja aku tidak kuasa....
dingin...
brrr...
Sangat berbeda dengan keenam temanku yang lain, yang nampaknya lebih terlihat siap akan cuaca dingin. Apa aku aja yang sedikit norak ? hihi
OOOOUUUUCHHHHHH.....Ow...Owwwwwwwwwhhhh...
Aku terpeleset ke belakang pada batuan yang licin yang membeku ketika berjalan menuju deck, kalau saja Valter tidak sigap menangkap, mungkin aku berakhir di rumah sakit .
"AARGHHHH!" .
" Are you okay ? " tanpa Valter sambil memegang dan menangkapku dari belakang.
" Ups, Hampir saja. Berhati hatilah melangkah Jade , jalanan sangat licin" teriak Mia dari arah mobil, yang ikut mendengar dan menyaksikan kecelakaan kecil itu.
" iya, aku rasa aku baik baik saja. " jawabku dengan shock bercampur ketakutan.
" Pelan pelan, Jade ." bisik Valter.
Tanpa menghiraukan jawaban dariku, Valter langsung menangkap tubuhku dan menggendongnya hingga ke depan pintu kamar Igloo. posturnya yang tinggi besar membuat aku merasa seperti seorang anak kecil yang digendong ayahnya.
-
" i love it." sahutku , sambil mengamati ruangan di dalam igloo tempat kami akan menghabiskan malam dengan Aurora. Ada dua tempat tidur di dalam igloo, dengan selimut tebal dari bulu yang membuatnya sangat nyaman dan hangat.
Ada sepasang meja kursi , pemanas udara, perapian, dan gorden yang dapat dibuka tutup hingga ke langit langit kamar. Kamar mandi di dalamnya pun sudah dilengkapi dengan air hangat, lantai kayu yang hangat dengan karpet bulu di mana mana.
Di sudut kamar ada tangga kecil dari bahan kayu yang bisa dilipat, menuju sebuah ruangan kecil dibagian atas yang bisa dipakai untuk tidur / mezzanine.
" Bagaimana dengan kakimu , Jade . Apakah kamu baik baik saja ." tanya Mia sambil merebahkan diri di atas ranjang.
" yah, sepertinya tidak ada yang salah. Hanya sedikit kaget. Untunglah Valter menangkapku dari belakang. " jawabku, aku duduk di atas ranjang sambil memperhatikan Mia yang asyik mengetikkan kata di notebook sambil rebah diatas kasur.
" sepertinya dia menyukaimu. " bisik Mia pelan.
" what ? Itu terdengar tidak masuk akal. " sahutku sambil tertawa.
" Aku mengenalnya dengan baik, dia hanya malu dan dingin tapi itu benar, dia menyukaimu. " jawabnya dengan mata yang di besarkan, berusaha meyakinkanku.
" Apakah dia sahabatmu ? " selidik ku dengan wajah penuh tanda tanya.
" Aku mengenalnya sejak kecil, Jade. Orang tuanya banyak membantu keluargaku, dan mereka berhati baik. Pertimbangkanlah... karena aku bisa memastikan dia menyukaimu." terang Mia dengan yakin.
" Apa yang harus aku lakukan selanjutnya. " tanyaku pelan.
" Seperti kataku tadi, kamu sudah harus siap untuk mempertimbangkan jawabanmu. Waktu nya akan segera tiba dan dia cukup baik untuk seorang pria " jawab Mia pasti.
Aku cukup kaget dengan pengakuan Mia, karena semuanya terasa mustahil, tidak ada sekalipun tindak tanduk Valter yang menunjukkan perhatiannya, atau berusaha merayuku. Apa aku yang kurang peka ?
Valter Manuel Hallstein, pria berkebangsaan Germany, berusia tiga puluh tahun dengan tinggi badan seratus sembilan puluh tiga centimeter, dengan bola mata biru dan rambut blonde khas Germany. Typikal pria yang tegas, disiplin, dengan ekspresi datar dan dingin, yang jarang tersenyum.
Suara pintu di gedor menghentikan aku dari lamunan tentang Valter.
knock...knock...
Aku bergegas berjalan ke arah pintu, nampak Olga dan Yura berdiri di pintu masuk.
" Guys, ayo keluar, aku sedang membuat perapian." sahut Olga setengah berteriak.
" Sebentar lagi kami bergabung, aku akan berendam di Jakuzzi sambil menikmati udara segar di luar ." ucap Mia dari dalam kamar.
" Kamu ikut , Jade ? Berendam akan membuatmu hangat dan segar."
" Baiklah. " jawabku.
Mia adalah sosok yang di tuakan di antara kami, dia lah yang mengatur dan mengkoordinir perjalanan kami.
Aku mengaguminya.
-
Hangatnya air panas di dalam jakuzzi, sambil memandang hamparan salju putih di daerah Murmansk adalah pengalaman hidup yang extraordinary bagiku, nampak matahari mengintip di sela sela igloo, namun tidak cukup panas untuk melelehkan salju di tempat yang nyaris mendekati kutub ini.
Olga, Yura, dan Valter berada tidak jauh dari tempat kami berendam, mereka berdiri di dekat perapian sambil bertukar cerita dan menikmati suasana.
" Bolehkah aku bergabung ? " tanya Valter kemudian, sambil menyodorkan dua botol bir untuk aku dan Mia.
" tentu saja." Sambut Mia .
" Lagian, sebentar lagi aku akan selesai, novel ku menunggu ku di kamar , sebelum makan malam tiba. Alangkah baiknya kamu menemani Jade ngobrol ." tambahnya.
Aku tak kuasa menahan Mia untuk tetap tinggal, namun tak ada alasan untuk ku untuk menolak Valter bergabung ke dalam Jakuzzi.
" Bagaimana keadaanmu, Jade. Apa kamu baik baik saja ? " tanya Valter kemudian, sambil duduk di dalam Jakuzzi bersamaku.
" yah, aku merasa lebih baik, hanya sedikit kaget. By The Way, terima kasih sudah membantuku, aku tidak bisa membayangkan jika tanpamu saat itu." Jawabku sedikit kaku , tidak seperti biasanya.
" sama sama Jade , aku senang bisa membantumu. " tambah Valter sambil terus memandangku.
Aku membalas tatapan Valter, dan menatap jauh jauh ke dalam matanya. Mia benar, tidak salah lagi, pria di depanku ini menyukaiku, aku dapat merasakannya dari melihat jelas dari sinar matanya.
Aku terus membalas tatapan Valter, aku bukan gadis yang kemarin, seorang gadis yang lugu, pasrah, yang hanya mampu berkata iya, ketika seseorang menawarkan apapun kepadaku. juga bukan gadis pengecut yang lari dari komitmen dan meninggalkan pria dengan sejuta harapan begitu saja. [ Maafkan aku, Deniz. ]
Gadis itu sudah tidak ada, aku bergerak menuju versi ku yang lebih baik, yang mampu bertangung jawab atas segala resiko dan pilihan, tahu benar apa yang kumau, juga berjuang demi kebahagiaanku.
" Apa rencanamu selanjutnya setelah Russia, Jade ? " tanya Valter.
" Sesungguhnya aku belum ingin pulang , mungkin aku akan ke Italy, atau ke Germany bersama Yura dan Mia. " jawabku polos.
" Kenapa kau tidak ikut serta denganku ke Finland. Kamu sudah sangat jauh dari rumah, sebaiknya merasakan setiap kota di Eropa, dan Finland adalah negara terdekat dari sini. " terang Valter sambil berdiri keluar dari Jakuzzi, menyodorkan tangannya , berniat membantuku berdiri keluar.
" akan aku pikirkan tawaranmu " sahutku sambil memamerkan senyum terbaik dan berdiri sambil memegang tangan Valter.
Tidak ada yang lebih indah ketika pergi memejamkan mata di malam hari, dengan pijar lampu alami yang menari nari di langit.
Sehangat malam yang damai, ketika tidur di pangkuan ibu mendengarkan dongeng sebelum tidur.
Aku baru mengerti, malam yang indah tidak hanya milik malam bertaburan bintang, namun juga milik malam bertabur aurora yang sedang menari indah di langit.
☃️☃️☃️