Tit..tit..tit ..tit...
"Eunghh.."Β Terdengar lenguhan dari bibir jimin yang mulai terbangun dari tidurnya karena terusik bunyi alarm dari ponselnya. Tangannya meraba-raba mencari letak ponselnya. Setelah mendapatkannya dia menghidupkan layar ponsel itu dan melihat dengan hanya sebelah matanya yang terbuka karena rasa kantuk yang masih terasa.
"Hmm.. Masih pukul enam lewat." Jimin mulai membuka kedua matanya tangannya mengusap matanya untuk menghilangkan rasa kantuknya. Setelahnya jimin berjalan kearah kamar mandinya untuk membersihkan badan dan lekas berganti pakaian.
Setelah 15 menit jimin yang sudah rapi keluar dari kamarnya untuk turun kebawah ke ruang makan mengikuti sarapan yang wajib untuk hadir sarapan jika tidak sang ibu pasti akan marah padanya. Karena di keluarga jimin diharuskan mengikuti aturan setiap waktu sarapan dan makan malam harus ada di meja makan kecuali waktu makan siang karena sang ayah bekerja dan jimin yang kuliah. Kata orang tuanya itu dilakukan sebagai bentuk keharmonisan dan kerukunan bagi keluarga. Itu pun terbukti adanya.
"Selamat pagi ayah, ibu!"
"Selamat pagi sayang! Apa kau ada kuliah pagi ini? Tanya tuan park pada jimin.
"Jimin ada kuliah siang nanti."
"Jadi kenapa sekarang sudah rapi hum?
" Hari ini taehyung mengajak keluar ayah, ibu."
"Eoh? Taehyung, apa dia akan mampir nanti? Ibu sangat merindukannya. Sudah lama dia tak main ke sini."
"Dia juga sibuk dengan kuliahnya ibu, jadi dia tak bisa main ke sini."
"Ah.. Begitu rupanya. Baiklah sarapan lah dulu."
Saat jimin akan menyuapkan makanannya ke dalam mulut, ponselnya bergetar tanda bahwa ada panggilan masuk. Dan terlihat nama 'taehyung' di sana.
"Hallo! Tae-ah!"
"Jim, aku sudah di depan rumah."
"Masuklah dulu tae, ibu merindukanmu."
"Ah jinja? Baiklah tunggu sebentar aku memarkirkan mobilku dulu."
"Ne."
"Apa itu taehyung nak?"
"Ne ayah. Dia akan mampir."
"Ah.. Baguslah ibu sangat merindukannya."
Tak berapa lama sosok taehyung pun masuk ke dalam rumah itu. Dengan senyum lebarnya menyapa orang-orang yang berada di ruang makan itu.
"Selamat pagi paman, bibi!"
"Taehyung! Bibi sangat merindukanmu."
"Maaf bibi, aku sangat sibuk dengan kuliahku karena dosen-dosen tak ada bosannya memberikan tugas-tugas yang sangat banyak. Sampai waktu istirahat pun berkurang." Nyonya jeon tersenyum simpul mendengar ucapan dari taehyung.
"Tapi jangan lupa kesehatanmu juga tae."
"Ne paman aku pasti mengingatnya."
"Baiklah sekarang ikutlah sarapan."
"Bibi tahu saja kalau aku belum makan hehe.." Taehyung mengeluarkan cengiran konyolnya. Mereka pun menikmati sarapan mereka dengan khidmat.
Setelah menyelesaikan sarapannya jimin dan taehyung segera berpamitan pada tauan dan nyonya park.
"Ayah ibu kami pamit ne,. mungkin jimin nanti akan langsung ke kampus setelah pergi dengan taehyung."
"Ya, baiklah. Kalian hati-hati ne..."
"Ne ibu."
"Paman, bibi kami permisi." Tuan dan nyonya park menganggukkan kepalanya.
Kini jimin dan taehyung pun telah pergi dari kediaman keluarga jimin di dalam mobil ke duanya saling melempar candaan satu sama lain.
"Tae, bagaimana yoongi hyung? Bukankah dia menyukaimu?"
"Iya tapi aku masih memikirkannya. Aku bingung jimin."
"Apa yang kau bingung kan?"
"Bukannya aku ragu pada perasaannya. Aku hanya belum yakin jim."
"Ah.. Baiklah kalau urusan yakin tidaknya. Hanya kau yang tahu. Oh ya.. Ngomong-ngomong kita mau kemana tae?"
"Aku ingin membeli beberapa buku untuk bahan tugas."
"Ah.. Kebetulan aku juga ingin membeli buku novel keluaran terbaru yang kapan hari ku lihat di internet."
Sesampainya di tempat tujuan, jimin dan taehyung memasuki toko buku itu. Keduanya mulai berpencar mencari buku yang mereka cari.
"Tae, kau sudah menemukannya?" Tanya jimin sambil membolak-balikkan sebuah buku novel yang berada di tangannya.
"Sudah, kau sendiri bagaimana?" Ucap taehyung sambil melirik ke arah jimin.
"Em, sudah ini lihatlah. Akhirnya aku mendapatkannya." Jimin tersenyum sampai matanya menghilang membentuk bulan sabit. Sangat cantik.
"Okey, kita bayar sekarang." Jimin dan taehyung pun berjalan ke kasir untuk membayar buku mereka.
πΏπ§π§π©π©π©... πΏπ§π§π§π©π©π©...
Jimin yang merasakan getaran ponsel pada saku celananya, dia pun merogoh kantong sakunya. Dan melihat tertera nama 'ayah' di layar ponselnya.
"Tae, tolong buku ku juga aku akan mengangkat telepon dari ayah." Ucap jimin pada taehyung sambil menyerahkan buku novelnya.
"Em.. Baiklah." Jimin keluar dari toko itu dan segera mengangkat telepon itu.
"Hallo! Ayah!"
"Jimin, bisakah kau pulang sekarang?"
"Ada apa ayah?"
"Kakek sakit, kita harus segera ke Jepang."
"Baik ayah, sebentar lagi aku akan pulang."
"Ya nak, sekarang ayah akan mengurus tiketΒ penerbangan kita. Ayah tutup dulu."
"Ne ayah." Telepon pun terputus jimin segera menghampiri taehyung untuk mengantarnya pulang.
"Tae, tolong antar aku pulang."
"Kenapa jim, apa yang terjadi?"
"Kakek sakit tae, aku ayah juga ibu harus segera ke Jepang."
"Benarkah? Baiklah aku akan mengantarmu pulang."Β Jimin dan taehyung pun segera memasuki mobilnya dan dengan cepat mobil itu bergerak kembali ke kediaman keluarga park.
Tak berapa lama mereka pun sampai di rumah jimin. Jimin pun segera memasuki rumahnya dan mencari ayah dan ibunya. Dan taehyung pun sudah pamit pulang.
"Ayah, ibu.."
"Jimin, kau sudah pulang? Cepat bersiaplah kata ayah penerbangan kita pukul 1. Sebentar lagi ayah akan sampai dan menjemput kita untuk segera ke bandara."
"Ne ibu." Jimin pun bergegas masuk ke kanarnya, mengemasi beberapa pakaian juga barang yang mungkin ia butuhkan nantinya kemudian memasukannya ke dalam sebuah koper berwarna merah miliknya.
Tak berapa lama deru suara mesin mobil milik ayahnya terdengar jimin mendongakkan kepala kearah dinding sebelah kanannya dimana jam dinding itu berada. Dia melihat waktu sudah menunjukan pukul 11.45 am jimin segera turun dengan menyeret koper miliknya.
"Baekhi-ah.. Apa jimin sudah pulang?" Tanya Chanyeol ayah jimin pada baekhyun ibu jimin.
"Sudah Chanie, dia sedang bersiap.. Ah itu dia sudah turun."
"Baiklah kita ke bandara sekarang."
ππ ππ₯
Kini keluarga park sudah berada di dalam pesawat menunggu 1 jam untuk sampai ke jepang. Jimin merasa gelisah dan perasaanya tidak enak akan keadaan sang kakek yang sedang sakit. Dia tidak ingin kehilangan kakeknya karena jimin sangat menyayangi sang kakek.
"Semoga kakek baik-baik saja." Lirih jimin sebelum rasa kantuk menyerang dan tak lama kemudian ia pun terlelap.
Setelah satu jam akhirnya pesawat pun landing di bandara internasional Narita, Prefektur Chiba,Β Jepang.
"Jimin.. Jimin.. Sayang kita sudah sampai ayo kita turun." Ucap sang ibu yang membangunkan jimin yang sedang terlelap.
"Eunghhh.. Apa sudah sampai..? Hoam.."
"Kita sudah sampai. Kita harus cepat turun kita harus segera sampai tokyo sebelum malam."
"Ne ibu." Jimin dan keluarganya segera turun dari pesawat. Mereka pun segera menuju pintu keluar.
"Kita tunggu disini saja. Sebentar lagi datang."
"Ayah apa ada yang menjemput kita?"
"Iya sayang, suami dari sepupumu seokjin, namjoon. Baru saja menghubungi ayah untuk menunggu karena sebentar lagi dia sampai."
"Namjoon hyung dan seokjin hyung ada di jepang?"
"Iya jim, namjoon di tugaskan ayahnya untuk mengurus cabang perusahaan yang ada di sini." Jimin hanya ber'o' ria menanggapinya. Tak berapa lama sebuah mobil berwarna hitam berada di depan keluarga park dan kaca mobil samping tepat di depan mereka perlahan turun menampakan seorang pria tampan dengan senyum dimple nya menyapa kami.
"Paman park selamat datang. Masuk lah paman."
"Terima kasih namjoon-ah sudah mau menjemput kami." Keluarga park pun segera masuk ke dalam mobil itu. Dan segera menuju tokyo ke rumah kakek dan nenek jimin.
"Ne paman, aku senang bisa bertemu kalian. Ah apakah ini jimin?"
"Ne hyung."
"Aku hampir tak mengenalimu, sudah lama tak bertemu kau semakin cantik jiminie."
"Yah.. Hyung aku tampan hyung bukan cantik! Kenapa sih semua orang yang bertemu denganku selalu memujiku cantik. Uhh.." Ucap jimin tak terima sambil mencebikkan bibirnya.
"Karena kau memang cantik jimin!"Β Ucap mereka serentak seperti orang paduan suara. Jimin pun semakin muram dan mengerucutkan bibirnya karena tiga orang itu yang sangat senang menggoda jimin.
ππ½πΎ