Chereads / Sexy man in the hot spring / Chapter 2 - part 1

Chapter 2 - part 1

Semilir angin di sore hari

benar-benar menyejukkan. Kala mentari telah menyelesaikan tugasnya menyinari dunia. Terlihat senyum manis tercetak pada bibir plum berwarna merah milik seorang pemuda yang duduk di bibir pantai menikmati pemandangan indah matahari yang mulai tenggelam.

"Pemandangan yang sangat indah." Ujar pemuda manis bernama jimin. Selesai kuliahnya jimin selalu menghabiskan waktu untuk duduk santai di bibir pantai hanya untuk menikmati pemandangan indah seperti yang ia lihat saat ini.

"Aku heran padamu jim, apa kau tak pernah bosan melihatnya setiap hari?" Ucap seseorang yang berada di samping jimin.

"Eoh.. Taemin-ah.. Ini adalah pemandangan yang sangat indah." Ucap jimin pada orang di sampingnya yang bernama taemin.

"Yah.. Baiklah terserah kau saja. Sekarang apa kau tidak ingin pulang? Sebentar lagi mulai malam jim."

"Ah iya aku akan pulang sekarang.sampai bertemu besok taemin-ah!" Jimin mulai beranjak dari duduknya. Ia pun melambaikan tangan pada taemin dan segera pergi dari sana. Jimin pun pulang dengan mengendarai sebuah mobil ferrari berwarna merah pemberian dari sang ayah.

Tak berapa lama ia pun sampai di depan gerbang yang menjulang tinggi kediaman keluarga Park. Terlihat rumah besar bertingkat bak istana berwarna putih dengan dua pilar raksasa yang menjadikan rumah tampak lebih megah dan taman luas yang mengitari rumah itu serta kolam air mancur berada di depan halaman rumah yang luas itu.

Jimin memasuki halaman rumah itu dengan mobilnya setelah melewati gerbang yang di jaga dua bodyguard dan satu security. Jangan heran dengan ketatnya penjagaan di rumah itu karena memang orang tua jimin adalah seorang yang terpandang dan juga kaya raya. Namun meski status keluarganya yang tinggi tidak dengan sikap dan sifat keluarga itu menjadi tinggi hati. Keluarga jimin terkenal dengan ramah tamahnya dan juga dermawan. Meski masih banyak orang yang beranggapan salah tentang mereka namun tak menampik jika orang-orang itu akan merasa malu bila sudah mengetahui yang sebenarnya.

Jimin kini sudah berada di depan rumah setelah memarkirkan mobilnya. Ia pun segera turun dan masuk ke rumah itu.

"Selamat malam ayah!" Ucap jimin saat bertemu sang ayah yang berada di ruang tamu dengan dua orang paruh baya seusia ayahnya membicarakan sesuatu tentang bisnis, mungkin.

"Ah! Sayang selamat datang! Bagaimana hari mu?" Ucap sang ayah pada putranya yang melihat jimin memasuki rumah dan menghampirinya.

"Baik ayah. Maaf kalau aku mengganggu kesibukan ayah." Ucap jimin setelah memeluk sang ayah dan membungkukkan badan sopan pada dua orang yang berada di depan ayahnya.

"Tidak apa-apa sayang! Kenalkan jimin ini tuan jeon dan yang di sebelahnya adalah tuan Ahn mereka adalah rekan bisnis ayah." Ucap ayah jimin mengenalkan rekan bisnisnya pada putranya.

"Ne, selamat malam tuan jeon dan tuan Ahn park jimin imnida. senang bisa bertemu anda." Ucap jimin sambil menjabat tangan ke dua orang itu.

"Ya nak selamat malam juga, tuan park putrimu sangat cantik dan sangat ramah sekali." Ucap tuan jeon dan di angguki oleh tuan Anh dengan tersenyum. Tuan jeon pun tertawa mendengar penuturan dari dua rekan bisnisnya itu

"Ahahaha.. Anda bisa saja tuan jeon tapi maaf anakku memang cantik namun dia seorang laki-laki.."

"A-apa? Yang benar saja tuan park dia terlihat sangat cantik untuk ukuran seorang pria." Tuan Ahn benar-benar terkejut dengan apa yang ia lihat.

"Hmm.. Ayah aku akan masuk saja dari pada membicarakan ku pasti tak ada ujungnya." Ucap jimin seperti berbisik pada ayahnya yang tahu bagaimana nantinya dan akhirnya mendapat anggukan dari sang ayah.

"Tuan jeon dan tuan Ahn saya permisi dulu." Jimin pun membungkuk dan segera masuk ke dalam. Kini jimin mencari keberadaan sang ibu yang saat ini telah terlihat sibuk di dapur.

"Selamat malam ibu! Sedang apa?" Ucap jimin sambil memeluk ibunya yang sedang memasak sesuatu.

"Selamat malam juga sayang! Bagaimana harimu?"

"Baik ibu, wah ibu masak apa?"

"Ibu ingin membuat makanan kesukaanmu sayang dan beberapa masakan lain untuk menjamu tamu ayah."

"Wah benarkah? Jimin bantu ya bu?!"

"Baiklah kamu bantu ibu memotong sayuran yang sudah ibu cuci dulu ya."

"Tentu ibu!" Ucap jimin dengan antusias. Kini ke duanya pun sibuk dengan urusan masing-masing dengan sesekali melontarkan candaan.

Setelah tiga puluh menit berlalu masakan mereka sudah matang dengan bantuan jimin yang ikut memasak beberapa masakan itu. Jimin memang sudah bisa memasak karena sering mempelajari dan mengingat semua cara dan bagaimana mengolah masakan dari sang ibu. Benar-benar anak yang bisa di andalkan.

Jimin dan nyonya park mulai menata masakan mereka di atas meja makan dan setelah selesai semua nyonya park menyuruh putranya untuk menemui ayah serta ke dua tamu untuk segera ke meja makan karena sudah waktunya makan malam.

"Maaf ayah makan malam sudah siap." Ucap jimin dengan sopan.

"Ne sayang, baik lah mari tuan jeon dan tuan Anh kita makan malam bersama."

"Terima kasih tuan park maaf kalau merepotkan." Ucap tuan jeon

"Tidak apa-apa tuan sekali-kali anda bisa mencicipi masakan istri saya."

Mereka pun beranjak dari sana dan berjalan menuju ruang makan. Sudah terlihat di sana jimin dan ibunya berdiri menunggu kedatangan tuan park dan para tamunya.

"Silahkan duduk tuan, maaf hanya hidangan seadanya." Ucap nyonya park merendah.

"Terima kasih nyonya ini hidangan yang terlihat menggugah selera." Ucap tuan Ahn.

"Ne nyonya benar kata tuan Ahn." Ucap tuan jeon menimpali perkataan tuan Ahn.

"Baiklah selamat menikmati tuan-tuan." Ucap nyonya jeon setelah mereka duduk di depan meja makan itu.

"Wah, rasanya sangat lezat nyonya." Puji tuan jeon pada masakan yang sedang ia nikmati.

"Terima kasih tuan, putra kami memang pandai memasak karena beberapa masakan ini adalah hasil dari tangannya."

"Ah.. Benarkah putra anda bisa memasak? Aku benar-benar di buat kagum tuan park putramu sangat cantik juga jago memasak benar-benar menantu idaman." Pujian tuan jeon yang terdengar oleh jimin membuatnya merona dan tersenyum kikuk. Menantu idaman katanya ah.. Benar-benar membuat jimin malu sepertinya.

"Tuan jeon bisa saja, lihatlah putraku sampai merona mendengar pujianmu." Goda tuan park pada jimin yang membuatnya semakin merona.

"Ayah! Ish.."

Semua tertawa dengan keadaan yang menyenangkan di ruang makan itu. Tanpa rasa canggung dan kaku di sana sudah seperti keluarga sendiri. Seperti itu lah keharmonisan dari keluarga park meskipun dengan orang lain mereka tak pernah membedakan antara orang lain dan keluarga mereka sendiri. Benar-benar sebuah gambaran keluarga idaman yang selalu di inginkan setiap orang saat membina sebuah keluarga yang mungkin tak memiliki kenyamanan, kehangatan dan keharmonisan di dalamnya.

𝙏𝘽𝘾