Chereads / Impossible wish / Chapter 39 - Stranger

Chapter 39 - Stranger

Kini jungkook dan yoongi sudah berada di taman rumah sakit dengan duduk di salah satu bangku yang tersedia di sana. Mereka masih saja diam entah apa yang mereka pikirkan.

"Jungkook-ssi kenapa kau lakukan ini? " Yoongi memecah keheningan diantara mereka dengan pertanyaan yang belum bisa di cerna oleh jungkook. Jungkook pun menoleh setelah mendengar ucapan yoongi.

Jungkook mengernyit bingung, "apa maksudmu yoongi-ssi? " Yoongi pun tersenyum tipis mendengar pertanyaannya di jawab dengan pertanyaan lain.

"Kenapa kau lakukan ini? Apa kau mendekati jimin hanya kasihan padanya?"

"Kasihan? Lebih tepatnya aku mencintainya." Yoongi yang mendengarnya tersenyum remeh.

"Karma huh? Apa kau lupa dulu kau pernah menyakitinya?!"

"Aku ingat dan ya.. Mungkin terkena karma lihat saja aku sekarang tergila-gila pada orang yang pernah ku sakiti," Jungkook menghela nafasnya kasar.

"Sempat ragu akan perasaan ini namun, saat melihat jimin yang bisa tersenyum lebar di depanku dadaku menghangat dan mulai menumbuhkan perasaan lain di hatiku." Jelas jungkook dengan penuh keyakinan.

"Aku juga merasakan hal yang sama. Bagaimana kalau aku bisa merebut jimin darimu?"

"Jangan coba-coba yoongi-ssi! Tentu aku tak akan tinggal diam. Ku peringatkan kau!"

"Ck! Aku tak akan takut dengan ancaman mu." Ucap yoongi kala beranjak dari duduknya.

"Yah.. Kau jangan macam-macam."

"Kau takut eoh? Kita lihat siapa yang bisa menikahinya." Ucap yoongi seraya melangkah memasuki gedung rumah sakit untuk menuju keruangan rawat jimin.

"Yak!!" Jungkook pun mengikuti yoongi di belakang sambil menggerutu dan mengumpat. Sedangkan yoongi yang berjalan lebih dulu di depan jungkook tersenyum geli mendengar gerutuan pria di belakangnya itu.

***

𝙏𝙖𝙥.. 𝙏𝙖𝙥.. 𝙏𝙖𝙥..

Suara langkah terdengar di tempat yang terasa dingin dan juga pengap. Seorang pria paruh baya dengan mengenakan setelan jas formal berjalan menghampiri seorang pemuda bernama taehyung yang tengah meringkuk di atas lantai dingin di balik jeruji besi.

Pria itu tersenyum sinis menatap taehyung yang saat ini terlihat mengenaskan. Taehyung mendongakkan kepalanya menatap pria itu. Kemudian ia mencoba menegakkan tubuhnya susah payah karena rasa sakit pada kakinya akibat luka tembakan yang ia terima saat penangkapannya beberapa hari yang lalu.

"Kau begitu bodoh!" Ucap pria itu.

"M-maafkan aku." Taehyung menunduk tak berani menatap sorot mata pria itu yang menatap tajam padanya.

"Sudah ku katakan berulang kali padamu untuk melakukannya secepatnya. Kau sungguh lamban dalam melakukan suatu pekerjaan. Sekarang ini lah akibatnya tak menuruti apa yang aku perintahkan."

"M-maaf.. Maaf.."

"Maaf kau bilang! Sudah ku bilang sebelum jangan menggunakan perasaan, gunakan otakmu taehyung! Aish.. Kau tak becus melakukan pekerjaan mudah itu. Padahal tinggal selangkah lagi kau mendapatkannya.. -pria itu mengusap wajahnya kasar- ..aku tak mau tau setelah ini kau harus melakukannya. Jika kesempatan kedua ini kau sia-siakan,aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri."

"Ne aku janji akan melakukannya untukmu." Ucap taehyung masih dengan menunduk.

"Tunggulah satu minggu lagi, aku pastikan kau akan bebas." Pria itu pun berbalik dan melangkah pergi dari sana meninggalkan taehyung dengan smirk evil nya.

"Tenang saja, aku pastikan setelah aku keluar dari sini jimin akan ku dapatkan." Gumam taehyung dengan smirk yang masih menghiasi bibirnya.

***

"Kakek!" Ucap jimin disaat melihat tuan Lee memasuki kamar rawatnya di ikuti Jongsuk dan seung gi di belakang nya. Tuan Lee pun tersenyum lebar sambil berjalan ke arah jimin dan setelah sampai tuan Lee pun memeluknya.

"Bagaimana kabarmu nak? Kakek sangat merindukanmu." Ucap sang kakek kemudian memberikan kecupan di kening cucu manisnya.

"Aku baik kek, oh ya..di mana jungmin?"

"Jungmin sedang bersama eomma dan yoo-jung di rumah kau tak perlu khawatir." Ucap seung gi seraya mendekat dan memeluknya di ikuti jongsuk di belakangnya.

"Kau sudah merasa lebih baik?" Ucap jongsuk sambil mengusak rambut jimin sayang.

"Um, aku sudah lebih baik hyung. Oh ya.. Kakek masih ingat jihoon?" Ucap jimin sambil menunjuk ke arah jihoon adiknya yang sedari tadi diam di samping nyonya Min.

"Oh.. Ini jihoon? Maaf kakek tak mengenalimu karena dulu saat kita bertemu kau masih bayi." Ucap tuan Lee sambil mengusap puncak kepala jihoon dengan lembut. Jihoon pun tersenyum malu sambil menunduk karena untuk pertama kalinya ia mengetahui jika pria tua itu adalah kakeknya.

"Kakek dengar sekarang kau tinggal dengan keluarga Min, kakek sebenarnya berharap jika kau mau kembali bersama kami. Tapi, kakek tak akan memaksamu karena kau yang menjalani hidupmu nak. Dengan kau tak melupakan jimin adalah saudaramu saja kakek merasa cukup senang dengan hal itu." Ucap tuan Lee dengan senyuman lebarnya. Jihoon pun mengangguk.

"Ne kek, aku tak akan melupakan jasa jimin hyung saat jihoon masih bersamanya. Karena jimin hyung adalah sosok yang kuat dan dia juga adalah sosok pahlawan bagiku." Ucap jihoon yang terdengar bangga saat memuji jimin hyung nya.

𝘾𝙚𝙠𝙡𝙚𝙠

"Woah jadi ramai sekali!" Ucap jungkook seraya memasuki ruangan itu dan menyusul yonggi di belakangnya.

"Kookieee!!!" Pekik jimin saat melihat jungkook yang masuk ke dalam ruang rawatnya. Jimin pun segera merentangkan tangannya untuk memeluk kekasihnya namun, yang datang memeluknya melainkan yoongi. Jungkook yang melihatnya dengan tatapan tajam dan perasaan kesal kemudian berjalan cepat kearah dua orang itu tanpa perduli beberapa yang ada di sana melihatnya dengan menahan tawa.

"Yak! Jimin meminta pelukan padaku bukan dirimu.. Aish.." Jungkook pun menarik paksa yoongi dan menjauhkannya dari jimin setelahnya jungkook mendekap tubuh jimin menyembunyikannya ke dalam dekapannya dan menatap tajam pada yoongi.

"K-kookie s-sesak.." Ucap jimin saat kesusahan untuk bernafas karena jungkook menenggelamkan wajahnya ke dada bidangnya.

𝙋𝙡𝙚𝙩𝙖𝙠

"Aww!!" Ringis jungkook saat mendapat pukulan pada belakang kepalanya dari tuan Lee.

"Kau ingin membunuh cucu ku hah!" Sekarang jungkook yang di dorong jauh dari jimin oleh tuan Lee.

"Yah.. Kakek aku ingin di peluk kookie." Protes jimin saat kakeknya menjauhkannya dari jungkook. Entah kenapa ia menjadi lebih manja pada jungkook dari sebelumnya.

"Kau tak ingin di peluk kakek hum? Kau sudah tak sayang kakek dan lebih memilih kelinci jadi-jadian itu?"

"Eh? Kakek, kookie bukan kelinci jadi-jadian. Em.. Kek, aku ingin pulang. Aku rindu jungmin." Ucap jimin dengan tatapan memohon.

"Tapi, kau harus menjalani terapi dulu sayang."

"Apa tak bisa saat jadwal terapi saja aku ke rumah sakitnya? Aku sangat merindukan jungmin kek. Aku sudah tidak apa-apa luka-luka ku juga sudah tak seberapa sakitnya." Ucap jimin yang matanya mulai berkaca-kaca. Tuan Lee pun menghela nafasnya.

"Baiklah nanti kakek akan menyuruh dokter untuk memperbolehkan mu pulang." Jimin pun menatap berbinar ia merasa senang karena sebentar lagi ia bisa bertemu putranya. Jimin pun memeluk kakeknya karena rasa senang yang ia rasakan saat ini. Dan mereka yang ada di dalam ruangan itu pun ikut tersenyum kecuali satu orang yang sedang berada di balik pintu ruangan itu. Orang itu menatap kedalam dengan tatapan tajam yang tak di sadari oleh orang-orang yang berada di dalam. Namun, yang paling peka dari semuanya adalah seung gi. Ia merasa seseorang tengah menatap mereka dari luar dan seung gi pun menoleh ke arah pintu namun ia tak menemukan siapa-siapa di sana, "𝘢𝘬𝘶 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘺𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘴𝘦𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘣𝘢𝘭𝘪𝘬 𝘱𝘪𝘯𝘵𝘶 𝘪𝘵𝘶 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘵𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘫𝘢𝘮𝘯𝘺𝘢. 𝘛𝘢𝘱𝘪 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘵𝘶𝘫𝘶𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢?" Ucap seung gi dalam hati dan masih menatap lurus ke arah pintu.

𝙏𝘽𝘾