Dua jam yang lalu jimin di larikan ke rumah sakit karena tiba-tiba ia pingsan karena kondisinya yang lemas akibat insiden yang terjadi beberapa waktu yang lalu. Dan di sini lah ia sekarang terbaring di bed pesakitan rumah sakit dengan sebuah jarum infus yang menancap di punggung tangannya.
Saat ini perasaan jungkook tampak cemas sejak jimin jatuh pingsan beberapa waktu lalu. Ia tak meninggalkan sedetik pun dari sisi jimin nya. Tetap berada di sampingnya dengan kedua tangannya menggenggam tangan mungil kekasihnya yang bebas dari jarum infus. Ia begitu cepas takut akan kemungkinan jimin mengalami traumanya kembali. Ia tak ingin melihat jimin nya tersiksa lagi ia tak ingin jimin nya kembali seperti hari itu dimana sang kekasih meronta dengan racauan yang memilukan dan menyayat hati.
"Sayang, cepatlah bangun. Aku ingin melihatmu tersenyum dan tertawa lagi seperti beberapa hari yang lalu. Tuhan ku mohon jangan buat jimin kembali mengingat saat-saat kelam itu. Aku tak ingin ia semakin tersiksa aku ingin ia kembali tertawa bahagia. Ku mohon tuhan.. Aku dengan sangat memohon padamu." Ucap jungkook sambil menunduk dengan air mata yang kini jatuh di kedua matanya.
Malam telah tiba, jungkook masih setia menemani jimin di sampingnya. Masih setia menatap wajah jimin yang tampak pucat dengan mata yang masih betah terpejam didepannya. Hingga seseorang membuka pintu kamar rawat itu.
๐พ๐๐ ๐ก๐๐
"Jungkook." Ucap seokjin setelah berada di samping putranya. Jungkook pun menoleh ke arah sang ibu dan memeluknya erat dengan isakan yang kini keluar dari belah bibir tipisnya. Seokjin pun membalas pelukan jungkook sambil mengusap punggung dan kepala putranya untuk menenangkan jungkook yang terisak.
"Eomma.. Hiks.."
"Tenang sayang, tenang dirimu. Eomma yakin jimin akan baik-baik saja." Ucap seokjin menenangkan putranya.
"Semua karena si brengsek yunho.. Hiks.. Ini semua salahnya." Seokjin pun ikut menangis merasakan perasaan putranya yang kini tengah hancur karena kakak dari suaminya itu. Seokjin mengerti jungkook tak ingin jimin nya mengalami trauma nya kembali karena mungkin kejadian ini lebih parah dan keji dari yang sebelumnya. Ya, seokjin sudah mengetahui semuanya setelah mendengar dari namjoon suaminya dan suaminya itu yang telah mendengar semua kejadian yang menimpa jimin dari seung gi sesaat setelah mengetahui jika sang hyung melakukan tindakan balas dendam itu pada saat ia mendapat kabar jimin yang di larikan ke rumah sakit dari jungkook.
"Sudah sayang, eomma yakin jimin akan baik-baik saja. Sekarang makan ya.. Eomma yakin kau belum makan malam kan?"
"Aku tidak lapar eomma." Ucapnya sambil menghapus air matanya.
"Kau harus menjaga kesehatanmu jungkook, jika kau sakit siapa yang akan menjaga jimin hum?" Jungkook pun diam dan dalam hati membenarkan ucapan sang ibu dan berakhir ia mengangguk dan beranjak dari kursi yang ada di samping ranjang jimin ke sofa yang ada di dalam ruangan itu. Di atas meja yang ada di depannya sudah ada sebuah kotak bekal yang di bawa oleh sang ibu khusus untuknya. Jungkook pun membuka kotak bekal itu dan segera memakannya.
***
"Kakek, sudah merasa lebih baik?" Tanya Jongsuk pada tuan Lee yang saat ini juga tengah di rawat di rumah sakit yang sama. Setelah mendapat telepon dari yunho saat insiden itu terjadi dan mendengar suara teriakan putus asa dari cucu kesayangannya yang tengah di lecehkan, tuan Lee mendapat serangan jantung mendadak akibat rasa terkejutnya saat itu.
"Aku sudah tak apa-apa jongsuk. Bagaimana keadaan adikmu?" Tanya tuan Lee pada jongsuk yang saat ini menemaninya.
"Jimin di rawat di sini juga kek, dia masih belum sadar."
"Apa yang terjadi pada jimin hingga dia harus dirawat di rumah sakit?"
"Kakek jangan khawatir jimin hanya kelelahan."
"Syukurlah jika dia tak apa-apa. Aku sangat khawatir saat pria itu melakukan sesuatu padanya jongsuk. Jadi bagaimana sekarang, apa pria itu sudah mendapatkan hukumannya?"
"Sudah, sekarang kakek tenang saja ne semua sudah selesai."
"Kau yakin?"
"Nde, aku sangat yakin kek." Ucap jongsuk sambil menggenggam tangan keriput tuan Lee.
"๐๐ฆ๐ฎ๐ถ๐ข ๐ต๐ฆ๐ญ๐ข๐ฉ ๐ฃ๐ฆ๐ณ๐ข๐ฌ๐ฉ๐ช๐ณ ๐ฌ๐ฆ๐ฌ, ๐ด๐ฆ๐ฎ๐ถ๐ข๐ฏ๐บ๐ข ๐ต๐ฆ๐ญ๐ข๐ฉ ๐ฃ๐ฆ๐ณ๐ข๐ฌ๐ฉ๐ช๐ณ.." Ucap jongsuk dalam hati
***
Pagi telah tiba, sinar mentari pun perlahan naik dan untuk menerangi pagi yang cerah saat ini. Pemuda mungil yang sudah satu hari terlelap kini terusik oleh cahaya yang masuk ke dalam ruangan inap nya melewati celah horden yang menutupi jendela ruangannya.
"Eungmhh.." Jimin melenguh saat baru saja menggerakkan kepalanya menghindari cahaya yang menerpa wajahnya hingga ia kesulitan saat ingin membuka matanya.
Saat menoleh ke arah kiri jimin perlahan membuka matanya dan dapat ia lihat pemandangan dimana jungkook masih terlelap dengan duduk di kursi yang berada di samping ranjangnya dengan melipat kedua tangannya.
Jimin tersenyum lebar saat melihat jungkook selalu ada di sampingnya. Ia merasa sangat bahagia saat ini karena sekarang ia memiliki seseorang yang sangat mencintainya berada di sampingnya. Menjaganya dengan segenap hati tanpa menyerah. Sedetik kembali pada ingatan masa lalu jimin tak pernah menduga pria yang dulunya pernah menyakiti dan menghancurkannya, kini pria itulah yang saat ini ada di sampingnya. Menemani hari-harinya mengisi kekosongan yang kini telah pria itu isi dengan cinta dan kasih sayang nya.
"Terima kasih kookie, kau selalu ada di sampingku Selalu bersabar untukku. Aku tak pernah menyangka jika benang merah telah mengikat kita. Mengikat kuat hingga tak pernah bisa di lepaskan. Aku sangat bahagia saat ini. Bersamamu aku tak pernah menyesalinya. Ku harap kita akan selalu bersama, aku tak ingin kehilanganmu kookie.." Ucap jimin yang kini mulai terisak. Kedua tangannya membungkam bibirnya agar tak mengeluarkan suara karena ia tak ingin suara nya mengganggu jungkook yang masih tertidur dengan lelapnya.
Jimin beranjak dari ranjang pasiennya untuk ke kamar mandi karena ingin buang air kecil. Namun saat ia akan melangkahkan kakinya meninggalkan ranjangnya, sebuah tangan menahan lengannya. Jimin pun tersentak dengan jantung yang berdetak kencang ia pun menoleh ke belakangnya dan dapat ia lihat jungkook tengah menahan lengannya sambil menatapnya khawatir.
"Kau mau ke mana sayang?" Tanya jungkook.
"Aku ingin ke toilet kookie. Wae?" Jimin pun mengernyit bingung dengan pertanyaan jungkook. Jelas-jelas ia dapat melihat jiminย saat ini tengah menghadap ke arah kamar mandi.
"Ku antar ne.. Aku tak ingin kau kenapa napa di sana."
"Astaga.. Kookie~ aku hanya ingin buang air kecil saja." Ucap jimin yang kini merengek akan sikap jungkook yang sedikit berlebihan.
"Kau masih belum baik sayang.. Ya? Ku antar ya?"
"Aish.. Terserah!" Ucap jimin sambil mengerucutkan bibirnya kemudian ia berjalan terlebih dulu ke arah kamar mandi.
"Hati-hati sayang!" Jimin pun memutar bola matanya malas kemudian ia pun berjalan masuk ke dalam toilet itu.
๐ฝ๐ก๐๐ข
"Yah... Baby, kenapa di kunci?!" Protes jungkook saat mendengar suara pintu yang di kunci.
"Jangan berlebihan kookie, kau jadi tampak aneh!" Ucap jimin dari dalam toilet.
"Siapa yang berlebihan sayang.. Aku sedang mengkhawatirkan mu."
"Tapi tidak seperti itu jungkook."
"Seperti apa maksudmu?"
๐พ๐๐ ๐ก๐๐
Jimin pun keluar dari toilet dan menatap jungkook yang sudah berada di depan pintu toilet itu.
"Perhatianmu sungguh berlebihan sayang~" Rengek jimin sambil menjelaskan maksud dari kata-katanya.
"Kau tampak pucat baby, aku tak ingin kau kenapa-napa sayang." Jungkook pun merengkuh pinggang sempit jimin menuntunnya ke arah ranjang.
"Beristirahatlah baby." Jimin pun mengangguk dan segera membaringkan tubuhnya ke ranjangnya. Jungkook pun memakaikan selimut jimin setelahnya ia kembali duduk di kursi yang sedari tadi ia tempati untuk menunggu jimin.
"Apa kau sudah merasa lebih baik?"
"Um, aku sangat baik kookie. Waeyo?"
"Kau yakin?" Jimin pun mengangguk yakin.
"Aku sangat yakin dan kapan aku bisa pulang? Bukankah dokter sudah mengatakan jika aku bisa pulang hari ini." Jungkook mengernyit menatap bingung ke arah jimin.
"kapan dokter mengatakannya? Dia tak mengatakan apa-apa padaku?!"
"Yah kemarin bukankah dokter sudah mengatakan padaku jika setelah terapi aku boleh pulang dan melakukan rawat jalan?!" Jungkook semakin bingung saat ini. "Heol.. Terapi? Maksud jimin terapi apa? Bukan kah.... Oh!" Jungkook membelalakkan matanya.
"Jimin maksudmu dengan terapi.... Terapi pada trauma mu?"
"Um. Dokter juga sudah mengatakan padamu bukan?"
Seketika jungkook pun berdiri dari duduknya dan segera memanggil dokter untuk memeriksanya. Jimin yang di tinggalkan tiba-tiba pun bingung, "ada apa dengannya?" Jimin menggendikan bahunya acuh.
Tak berapa lama jungkook pun datang bersama dengan seorang dokter masuk ke dalam ruangannya.
"Maaf, bisa keluar sebentar? Saya akan memeriksanya." Jungkook pun mengangguk dan segera keluar dari ruangan itu.
Di luar jungkook tengah mondar mandir dengan perasaan cemas memenuhi hati dan pikirannya. Ia berharap apa yang ia pikirkan tidak benar terjadi. "Tuhan.. Semoga saja yang ada di pikiranku tidak terjadi." Harapnya sambil mendudukkan dirinya di kursi tunggu di depan ruangan rawat jimin.
Setelah 15 menit berlalu, dokter keluar dari sana dan segera mendekat ke arah jungkook,"Dok, bagaimana keadaan jimin?" Tanyanya dengan perasaan khawatir.
"Tuan jungkook, tuan jimin......
๐๐ฝ๐พ