Gheisha memasak sarapan pagi lebih awal. Ia tidak bisa tidur. Lagipula, Sammy sudah menyuruhnya untuk datang ke hotel lebih pagi. Pemotretan kali ini sepertinya akan lebih lama. Karena itulah, ia diminta datang lebih pagi.
Tok! Tok!
"Jo! Bangun! Kakak sudah menyiapkan sarapan. Jangan lupa sarapan sebelum berangkat sekolah," ucap Gheisha dari depan pintu kamar Johan.
Adik laki-lakinya itu bukan anak yang sulit untuk dibangunkan. Mendengar suara ketukan pintu sja, dia pasti bangun. Gheisha segera berpamitan, meski tidak ada jawaban darinya. Setelah membangunkan adiknya, ia segera pergi.
Johan sudah membuka mata, mendengarkan ucapan kakaknya. Suara Gheisha menghilang, Johan menghela napas berat. Ia tahu, kakaknya sudah pergi.
"Aku adalah anak laki-laki satu-satunya di rumah ini, tapi aku belum bisa menjadi kepala keluarga. Aku belum bisa menggantikan Papa, menanggung semua beban rumah tangga, membahagiakan ibu dan kedua kakak perempuanku. Aku sungguh tidak berguna.
"Kak Ghe-Ghe harus mencari uang sendiri siang dan malam. Sekarang, ia bahkan mengambil pekerjaan lagi di pagi hari. Aku tidak tega melihatnya," gumam remaja itu sambil menatap jendela kamarnya. Menatap mentari senja yang mengintip di balik tirai berwarna hitam.
Ia turun dan melangkah mendekati jendela. Menyibak tirai jendela, melihat Gheisha yang berdiri di depan gerbang rumah. Gadis itu sedang menunggu taksi pesanannya.
Tak lama, taksi datang dan Gheisha pergi. Johan melambaikan tangannya. Walaupun, kakaknya tidak melihat itu.
"Ah, sebulan lagi ujian nasional. Setelah lulus, aku mau bekerja saja. Aku ingin membantu Kak Ghe-Ghe." Remaja itu menyambar handuk dan masuk ke kamar mandi. Bersiap untuk berangkat sekolah.
***
"Bang Sammy, senyum-senyum aja, nih. Lagi bahagia, ya, Bang," goda asisten fotographer.
"Iya. Aku sedang menunggu pacarku," jawab Aryk. Ia terus menatap jam dinding. Entah kenapa, waktu terasa sangat lama.
"Hah? Bang Sammy sudah punya pacar?" tanya salah seorang penata rias. Ia tidak pernah mendengar Sammy Orlan dekat dengan seorang gadis.
Semua kabar menyebutkan, Sammy Orlan selalu menolak para model dan artis wanita yang mendekatinya. Sampai-sampai, pernah terdengar kabar bahwa Sammy Orlan adalah penyuka sesama jenis. Mendengar dia mengatakan memiliki pacar, bukan hanya para kru yang terkejut, tapi Icha juga merasa terkejut.
Manajernya itu paling tahu dengan kehidupan Aryk. Tidak hanya sebagai manajer, Icha juga sahabat Aryk. Tidak mungkin jika dia sampai tidak tahu kalau pria itu sudah memiliki kekasih.
"Wah, kapan diumumkan ke publik nih, Mbak Icha?" tanya penata rias itu.
"Aku saja tidak tahu kalau dia punya pacar. Apa yang mau dipublikasikan? Lagipula, dia masih punya kontrak dengan majalah Self dua tahun ke depan. Dia tidak boleh memiliki kekasih apalagi istri untuk dua tahun ke depan. Jadi, awas saja kalau kau melanggar kontrak!" ancam Icha.
Aryk tidak bisa berkutik. Perjanjian kontraknya belum berakhir. Ia tidak mungkin menyeret Icha ke dalam masalah. Jika sampai ia melanggar kontrak, mereka pasti akan digugat oleh pihak majalah Self.
"Kalian saja yang terlalu serius. Maksudku, pacar pasangan pemotretan hari ini," kilah Aryk.
"Oohh!" Mereka kompak mengatakannya bersamaan.
"Tapi, dia bukan pacar. Dia berperan sebagai istri, Bang Sammy," seloroh asisten fotographer.
"Oh, iya. Seharusnya menunggu istri," sahut Aryk. Ia harus menyembunyikan hubungannya dengan Gheisha sampai masa kontraknya dengan majalah itu berakhir.
Tok! Tok! Tok!
"Nah, itu pasti istrinya Bang Sammy," kelakar penata rias.
Asisten fotographer membukakan pintu untuk Gheisha. Seperti apa gadis itu merias wajahnya, ia selalu terlihat cantik. Hari ini, Gheisha hanya memakai bedak dan lipgloss, tapi Aryk sampai menganga saat menatapnya.
"Ekhem!" Icha menepuk pundak Aryk karena mulutnya terbuka lebar. "Kalau ada yang mengambil fotomu saat membuka mulut lebar seperti itu, habislah citra ketampananmu," ejek Icha. Ia tertawa sambil meninggalkan Aryk yang menggerutu kesal.
Icha membawa Gheisha untuk mengganti baju di toilet. Gadis itu menerima bajunya tanpa dilihat terlebih dulu. Ketika ia sudah membuka kemeja dan celana panjangnya, ia menganga saat melihat baju yang harus dipakainya.
"Ini … lingerie! Astaga! Mereka mau aku memakai lingerie di hadapan orang banyak?" Gheisha mondar-mandir kebingungan. Ingin membatalkan kontrak kerja sama, tapi denda yang harus dibayar terlalu besar. Ia tidak bisa melakukannya. Memakai lingerie sama saja dengan telanjang baginya.
Icha melirik jam tangannya. "Sudah setengah jam. Masa cuma pakai itu saja dia tidak bisa?" gumam Icha. Ia pikir, Gheisha tidak tahu cara memakai lingerie merah terang yang diberikan olehnya.
"Ghe! Sudah belum?" tanya Icha sambil mengetuk pintu toilet.
Gheisha membuka sedikit pintu toilet itu dan menjawab dengan berbisik. "Mbak Icha, saya tidak mau memakai ini. Lebih baik, Mbak bunuh saya saja. Saya tidak bisa mengganti rugi pembatalan kontrak, tapi saya juga tidak mau telanjang di depan umum. Baju ini hanya menutup bagian bawah dan dada saya. Saya tidak mau," ucap Gheisha memelas.
"Kenapa tidak bilang dari tadi. Ada pilihan yang lainnya. Sebentar, aku ambilkan," ucap Icha. Ia mengambil dua baju tidur seksi yang lainnya. "Ini!" Icha menyerahkannya pada Gheisha.
Gheisha membuka satu persatu baju yang baru saja diberikan Icha. Yang satu adalah gaun tidur berwarna hitam transparan. Walaupun tidak separah lingerie, tapi itu masih memperlihatkan bagian dalaman yang dipakainya. Ia membuka gaun yang terakhir.
Gaun berwarna merah berbahan sutra, lembut saat disentuh. Gaun itu memiliki belahan dada dan punggung yang sedikit rendah. Namun, di antara dua yang lainnya, gaun itulah yang lebih tertutup. Bahannya licin, tapi tidak menerawang.
Gaun tidur merah itu menggunakan tali sekecil lembaran spagheti. Ia harus menarik napas dalam-dalam sebelum keluar dari dalam toilet. Setelah bisa mengatasi rasa gugupnya, ia pun keluar.
"Sudah?"
Gheisha hanya mengangguk. Tangannya menyilang di depan dada. Ia belum pernah berpakaian seksi seperti itu di rumah, apalagi di depan orang lain.
Penata rias, memoleskan make up setipis mungkin. Tema pemotretan kali ini adalah malam pertama. Jadi, ia tidak mengaplikasakan make up tebal, tapi make up minimalis. Ia membuat mata Gheish terlihat sendu dengan eye shadow coklat muda, hampir tak terlihat warnanya.
Jantung Aryk berdetak cepat. Gadis yang berdiri di hadapannya saat ini begitu menggoda hasrat laki-laki. Mungkin juga, hanya Aryk yang merasa seperti itu. Ia tergoda karena memang gadis itu selalu ada di dalam pikirannya.
"Bersiap di posisi!" perintah fotographer.
Gheisha dan Aryk berjalan menuju tempat tidur yang sudah ditaburi kelopak bunga mawar merah. Berkali-kali, Gheisha menarik bagian depan gaun tidurnya. Ia benar-benar gugup karena Sammy terus menatap ke bagian belahan bukit kembarnya. Rasanya ingin bersembunyi di lubang kelinci, jika saja ada.
====BERSAMBUNG====