Jam satu dini hari, Gheisha selesai bekerja. Ia turun dari panggung, menghampiri kekasihnya. Mereka duduk sebentar di depan meja bartender. Saling bertukar kabar dengan Hendry.
Aryk merasa cemburu melihat Gheisha sangat akrab dengan Hendry. Laki-laki mana yang tidak cemburu, jika melihat istrinya tersenyum di depan laki-laki lain. Ia mengajak Gheisha untuk pulang.
"Kita pulang yuk!"
"Oh, iya. Oke deh, Hen. Aku pulang dulu ya, sampai besok," pamitnya.
Aryk menarik tangan Gheisha, mengajaknya keluar agar segera menjauh dari Hendry. Gadis itu merasakan perubahan dalam sikap kekasihnya. Tadi, ia begitu gembira melihat Gheisha, tapi sekarang wajahnya berubah masam.
"Bau cuka nih," goda Gheisha.
"Kamu terlalu akrab dengan Hendry," ucap Aryk.
"Oh, karena itu. Sebelum aku mengenalmu, aku sudah mengenal Hendry. Dia yang memegang kunci loker, dia yang membantuku membujuk bos, ketika aku hilang tanpa kabar. Dia sahabatku."